Seluruh warga Suku Tikus sebenarnya mengaku tak betah tinggal terlalu dalam rumah petak yang sumpek, pengap, berisik dan kumuh. Namun apa daya, mereka harus pasrah menyambut setiap pergantian musim, baik dingin, panas, gugur, dan semi di dalam sana.
Mereka pun sebenarnya memiliki harapan suatu hari bisa membeli rumah walaupun kecil dan sederhana, namun berada di atas tanah. Akan tetapi, rata-rata Suku Tikus mengaku tetap bersyukur, karena masih bisa menyisihkan uang sedikit demi sedikit untuk masa depan mereka yang sebenarnya tidak pasti.
Mengapa tidak pasti? Pada tahun 2010 lalu pejabat kota sempat mengumumkan akan menindak keras bagi warganya yang tidak menaruh perhatian kepada faktor kesehatan dan keselamatan. Namun janji tinggalah janji, masa depan Suku Tikus alias rat tribes Beijing ini pun tak pernah kembali diperhatikan.
Terlebih, warga asli Beijing dengan sinis kerap memandang remeh Suku Tikus dan menganggap mereka adalah warga pendatang yang sangat menganggu lingkungan dan disebut sebagai penyusup yang tak dinginkan kehadirannya.
Sayangnya, kendati pemerintah Beijing pernah berjanji akan melakukan perombakan sistem perumahan kota di tahun 2012, lagi-lagi warga harus menelan pil pahit lantaran para pejabat belum bisa memberikan jawaban untuk mereka, tertutama terkait soal harga property yang terjangkau bagi warga pendatang.
Intan Y. Septiani/Tabloidnova.com
SUMBER: DAILY MAIL