Si Dia Senang Menumpuk Barang

By nova.id, Kamis, 3 November 2011 | 22:54 WIB
Si Dia Senang Menumpuk Barang (nova.id)

Ada juga yang suka menyimpan dan mengumpulkan pernak-pernik seperti botol parfum, stiker, bahkan tiket perjalanan. Ia menyimpan tiket perjalanan mungkin untuk aktualisasi diri dan bangga-banggaan saja. Bukti berupa tiket menunjukkan bahwa ia sudah banyak melakukan perjalanan. Mungkin juga tujuannya sebagai kenang-kenangan, karena ia merasa senang dan puas dengan pengalaman yang diperolehnya.

Namun demikian, orang yang mulanya cuma "memulung" karena sekadar suka atau untuk kenang-kenangan, bisa saja kemudian meningkat menjadi kolektor. Bahkan, kemudian sampai menguber barang-barang itu untuk jadi koleksinya. Tentunya, kalau sudah sampai pada tahap mengoleksi ini, dibutuhkan biaya yang terbilang "mahal".

HARUS MEMILAH

Menurut Henny, sebetulnya "memulung" apa pun tidak dilarang bagi suami-istri. Hanya saja si "pemulung" ini harus bisa belajar memilah, mana yang penting sekali dan tidak. Mana yang bisa disimpan dan mana yang bisa dibuang. "Karena tak semua barang harus disimpan, apalagi kertas-kertas dari zaman kapan."

Kedua, ia pun harus bertanggung jawab dalam menjaga keharmonisan, suasana, kerapian rumah, dan lainnya. Sepanjang ia tahu cara penyimpanan yang baik, tak sampai mengganggu pasangan, anak-anak, dan suasana rumah, maka tak jadi masalah. Jika tak ingin menimbulkan masalah memang perlu dipikirkan adanya ruangan penyimpanan yang cukup memadai. Jangan sampai suasana rumah menjadi runyam karena kebersihan dan kerapiannya terganggu.

Selain itu, jangan sampai pasangan yang hobi "memulung" selalu mengurusi koleksinya sampai-sampai melupakan hal lain dan bahkan pasangannya. Akan lebih baik, menurut Henny, pasangan yang memang suka "memulung" memberitahukan kebiasaannya itu untuk dipikirkan solusinya bersama-sama. Misalnya, apa saja yang bisa disimpan dan bagaimana menyimpannya, disesuaikan dengan keadaan rumah.

Juga, akan lebih baik lagi bila kedua pasangan dapat meluangkan waktu untuk merapikan barang simpanannya. Catatan-catatan penting seperti nomor telepon di berbagai kertas bisa dipindahkan ke buku telepon sehingga kertas-kertas tadi bisa dibuang. Bila itu berupa makalah atau buku, maka susunlah dengan rapi. Begitu pun dengan barang-barang seperti cenderamata atau lainnya, dirapikan berdua.

Yang sering memicu konflik adalah bila pasangan yang hobi "memulung" malas merapikan barang-barangnya, sementara pasangan lainnya hobi berbenah dan membuang benda-benda yang sudah tidak enak dipandang mata. Oleh karena itu, mintalah izin kepada si pemilik barang bila ingin membenahi koleksinya.

Tanyakan pula pada pasangan, apa saja yang boleh dibuang dan yang tidak. "Ini mau diapakan? Apakah kamu mau membereskannya sendiri? Kalau aku yang bereskan mana yang boleh kubuang?" atau, "Kamu sebaiknya pilah dulu mana yang mau dibuang dan nanti sisanya saya yang rapikan." Bila pasangan tak mau memilah, katakan saja secara baik-baik bahwa barang yang disimpannya sudah menumpuk atau terlampau banyak.

Jika pun sampai terjadi konflik, selesaikankah dengan bijaksana. Jangan sampai urusan sepele jadi lebih penting daripada pasangan. Bila memang tanpa sengaja benda-benda penting itu terbuang, maka siapa pun yang melakukannya harus meminta maaf. Pasangan yang merasa dirugikan pun hendaknya berbesar hati menerima kekhilafannya.

Bila kebiasaan menumpuk barang disebabkan kesembronoan, maka hendaknya perilaku tersebut diperbaiki. Namun, bila maksudnya menyimpan atau mengoleksi, maka harus dihargai. Hanya saja dalam hal itu tetap dituntut tanggung jawabnya, selain juga harus bisa menjaga perasaan pasangan.

Dedeh