5 Saat belanja, minta tas plastik berbahan singkong yang ramah lingkungan. Bedanya dengan tas plastik biasa, dalam beberapa minggu plastik jenis cassava ini bisa diurai oleh tanah. "Saya lihat di beberapa gerai sudah menggunakan plastik jenis ini."
6 Membuat lubang biopori. Di rumahnya yang seluas 770 meter pesegi, Egi membuat banyak lubang biopori. Lubang ini untuk mengurangi sampah rumah tangga. "Sampah organik, saya masukkan ke lubang biopori, misalnya sisa makanan, tulang, kulit bawang atau sayuran setelah memasak. Daun-daun yang rontok dari pepohonan juga bisa dimasukkan ke lubang biopori."
Lantas bagaimana jika tidak punya lahan? Menurut Egi, bisa bikin lubang biopori di parit depan rumah. Kalaupun parit di depan rumah terpaksa disemen, "Semennya sedikit saja, sehingga masih bisa dibor untuk lubang biopori. Sebagian rumah saya juga ada konblok, tapi saya bikin semacam parit untuk lubang biopori. Lubangnya cukup 10-15 cm, sebaiknya dengan kedalaman 1 - 1,5 meter." Satu bulan kemudian, sampah ini sudah jadi kompos.
7 Untuk sampah kering, seperti koran, jika bisa mendaur ulang memang lebih baik. Kalaupun tidak, koran-koran ini bisa dijual ke pemulung. "Saya biasa memberikan kepada sopir, sekaligus untuk tambahan penghasilan dia."
Soal pengelolaan sampah ini, Egi merasa beruntung karena di rumahnya ada pengelola sampah swasta yang sanggup mengelola sampah dengan baik. Sampah yang sudah dipilah-pilah itu dicacah. "Hasilnya terbagi jadi tiga yaitu kompos, sampah daur ulang, dan satu lagi biomassa, bahan bakar untuk industri."
Henry Ismono/ bersambung