Selingkuh Setelah Diselingkuhi

By nova.id, Jumat, 29 Juli 2011 | 23:09 WIB
Selingkuh Setelah Diselingkuhi (nova.id)

PA - Malang Dear PA,

Gde Prama mengatakan begini, kereta bukanlah kereta sebelum ia dijalankan, nyanyian bukanlah nyanyian sebelum dinyanyikan dan cinta bukanlah cinta sebelum ia dilaksanakan. Nah, bila saja keenam laki-laki yang kata Anda pernah Anda sebut sebagai pacar saya dideretkan di depan Anda, dapatkah Anda merumuskan perasaan cinta yang Anda miliki pada masing-masing mereka? Si A, Si G, dan empat lainnya? Apa yang sudah Anda laksanakan dalam mengekspresikan cinta Anda? Begitu pula para lelaki itu pada Anda?

Saya khawatir, Anda mengklaim bahwa laki-laki itu adalah pacar setelah beberapa kali makan bareng, diantar pulang, atau ditraktir nonton. Artinya, it is not love, but just dating. Bukan cinta, cuma kencan.

Apa bedanya? Jelas ada! Pada awalnya, cinta tidak gubrrrak lalu menjadi segunung. Cinta yang sesungguhnya adalah sebuah perjalanan emosi dibarengi penguatan-penguatan oleh nalar kita, bahwa dalam kebersamaan dengannya, ada rasa nyaman, rasa aman, dan rasa-rasa positif lainnya. Ini kemudian mengerucut pada tumbuhnya sebuah keyakinan di kedua belah pihak bahwa bersama-sama pasti akan menyebabkan keduanya lebih bahagia ketimbang sendirian. Ketika rasa ini tidak berkembang seimbang, hubungan bisa tetap berjalan, tetapi akan datang suatu saat di mana sosok yang mencintai dengan sangat dan merasa selalu berbuat yang terbaik untuk melaksanakan dan membuktikan cintanya, lalu lelah mendapati bahwa pasangannya ternyata tidak seperti dirinya.

Di titik inilah, kebijaksanaan untuk berani melihat kenyataan akan memengaruhi keputusan. Mau terus dengan luka hati yang makin menganga, dan berpura-pura bahwa every thing is all right, atau berani mengatakan pada diri sendiri bahwa ternyata yang ada di hatinya cuma ketertarikan dan bukan cinta. Jadi, tak ada gunanya diterus-teruskan. Luka hati? Pastinya, lah, tetapi sebentar, sejalan dengan berlalunya waktu, sakit hati akan hilang.

Menumbuhkan cinta dengan subur, utamanya membutuhkan TRUST, rasa saling percaya bahwa kebersamaan keduanya memang akan memberi banyak hal. Lalu, respek terhadap pasangan atas kelebihan yang ia miliki dan toleransi atas kekurangan atau kelemahan yang ada dalam dirinya.

Jadi, ada seperangkat keterampilan dalam berhubungan yang harus kita miliki agar kualitas kebersamaan dengan pacar makin lama makin baik dan mematangkan kesiapan untuk menjalankan peran sebagai suami dan istri. Bila tidak, yang akan bermain di dalamnya adalah sikap egois, ingin mendominasi pasangan, ingin mengembangkan ketergantungan pacar kepada kita. Intinya memperlakukan pacar sebagai benda yang kita miliki saja, sebagai properti.

Agar mampu menghargai pasangan, terlebih dulu kita harus mampu menghargai diri sendiri, Sayangku. Maka, saya tidak heran kalau Anda katakan Anda tidak happy dengan para lelaki yang Anda pacari, karena tak ada respek pada mereka, yang mengindikasikan Anda juga kurang memberi perhatian pada pengembangan respek terhadap diri sendiri. Sehingga, bisa saja orang lainpun lalu kurang bisa menghargai diri Anda.

Respek pada diri akan berkembang bila Anda percaya bahwa sebagai manusia Anda punya nilai-nilai kehidupan yang menyebabkan Anda hidup dengan cara terhormat. Bagaimana Anda bisa menghargai diri sendiri kalau misalnya Anda melakukan penyangkalan-penyangkalan terhadap keriterikatan Anda dengan seseorang yang dalam suatu masa di kehidupan Anda memang pernah Anda cintai?

Coba deh lihat sekeliling, kita, sebagian besar individu,mulai tidak terlalu "ribet" bereaksi terhadap perselingkuhan, saking banyaknya laki-laki berselingkuh. Tetapi, RASA keadilan kita terusik ketika ada laki-laki yang dengan lantang mengatakan bahwa dahulu ia kumpul kebo dan tidak pernah menikah resmi dengan perempuan yang puluhan tahun mendampinginya hidup bersama, bukan? Ada sesuatu yang mengganjal dalam diri kita, karena yang terjadi adalah kita berempati dan dengan mudah mampu memahami bagaimana beratnya beban perempuan yang tiba-tiba disangkal eksistensinya dalam perkawinan yang sudah berlangsung sekian lama, untuk membenarkan apa yang kini dilakukan lelaki tadi. Yaitu, ia punya lagi perkawinan lain di luar sana.

Kata berikut adalah KOMITMEN, dear PA. Keterikatan yang secara sukarela kita lakukan untuk selalu bersama pasangan hidup kita, itulah yang akan menyebabkan Anda tidak bisa dengan mudah meninggalkan begitu saja pasangan Anda, begitu Anda merasa sedikit saja tak nyaman, ataupun menemukan orang lain yang terasa lebih muda, lebih mapan, lebih cantik atau keren ketimbang yang ada di sisi Anda sekarang!

Nah, tidak usah pikirkan lagi, deh, apa sebenarnya yang terjadi dengan para lelaki di masa lalu Anda. Canangkan saja hati Anda membaca jawaban di NOVA tercinta ini, sebagai sebuah perjalanan baru untuk meningkatkan kualitas kepribadian Anda, dengan mengikuti tahapan yang saya ceritakan di atas, ya? Mulai dari respek terhadap diri, tetapkan kriteria diri untuk dapat disebut sebagai pribadi yang baik-baik. Kalau berhubungan dengan laki-laki, tetapkan dulu apa yang Anda rumuskan sebagai CINTA, serta bagaimana Anda melaksanakannya untuk benar-benar jadi cinta yang terwujud dalam trust dan komitmen menjadikannya sebagai hubungan yang lebih permanen.

Ini yang akan membuat tumbuhnya keyakinan bahwa dengannya-lah Anda ingin menghabiskan sisa hidup Anda di dunia ini. Oke? Gali terus sisi positif dari dalam diri, kelola pula sisi yang harus diperbaiki atau dihilangkan agar Anda makin dewasa dan makin mampu berbagi dengan orang lain. Salam sayang.