Selingkuh Setelah Diselingkuhi

By nova.id, Jumat, 29 Juli 2011 | 23:09 WIB
Selingkuh Setelah Diselingkuhi (nova.id)

Dear Ibu Rieny,

Salam hangat, Bu. Usia saya 25 tahun. Sewaktu kuliah mempunyai pacar yang hingga hari ini masih membuat sakit hati. Cinta itu buta? Bener banget, waktu itu saya BUTA PARAH karena cinta.. Pacar saya, G, tipe yang manja. Apapun yang dia minta, selalu saya penuhi. Sulit belajar, saya selalu mengajari sampai prestasi sendiri anjlok.

Dulu, saya naif karena merasa G adalah cinta pertama. Saya setia dan berharap bahwa G adalah cowok pertama dan terakhir. Keluarga sangat menentang hubungan ini karena kami sebaya dan berbeda agama. Ibu saya selalu menasihati agar saya memutuskan G, tapi saya ngotot dan ini sangat saya sesali.

G sendiri bersikap tarik ulur dalam menyayangi saya. Saat tidak perlu, saya diabaikan di depan teman-temannya dan hanya diakui adik. Namun saat butuh saya, G bersikap lembut dan membuat saya luluh. G tahu kelemahan saya, sehingga bisa seenaknya menginjak perasaan dan harga diri saya. Yang membuat menyesal adalah saya sempat nekat kabur bersama dia karena ibu menekan untuk memutuskan G.

Namun, apa yang saya dapatkan? G dengan entengnya berkata "Kita putus aja, yah, kayaknya Ibumu susah dibuat mengerti." Mendengar itu, saya sangat sedih dan syok. "Kamu pulang aja, kita enggak ada hubungan apa-apa lagi, nanti aku yang disalahkan karena kamu kabur." Saya sedih, menyadari bahwa kata-kata Ibu benar sekali.

Setelah putus, saya melanjutkan kuliah dan memperbaiki hubungan dengan keluarga. G sempat meminta balik, memohon, menyesal, namun saya tolak karena mati rasa. Eh, G menfitnah saya di depan teman-teman bahwa saya ini cewek jahat.

G mengubah saya menjadi wanita yang tidak percaya kepada pria. Saya lalu berpacaran sebanyak empat kali namun semua berakhir karena saya selingkuh. Saya menjadi cepat bosan, penuntut, tidak setia dan tidak mencintai pasangan dengan tulus. Jauh dalam hati, saya merasa ketakutan jika hanya akan disakiti dan ditinggalkan lagi.

Saya sempat bingung, sebenarnya apa yang saya cari dalam diri seorang pria? Mantan saya yang terakhir, sebut saja A, dia baik, setia, selalu mengalah, dan sangat sayang. Saat kami terpaksa berhubungan jarak jauh karena saya bekerja di luar kota setelah lulus, saya merasa single lagi dan tidak peduli dengan tiga tahun hubungan kami.

 Ada teman kantor, S, yang mendekati. Saya hanya sebulan terbuai oleh S, karena dia pintar dan lebih dewasa dibandingkan A. Ketika A tahu saya tidak setia, kami putus. Saat itulah saya sadar bahwa saya sama dengan G! Saya orang brengsek yang tega menyakiti pasangan yang sangat tulus menyayangi saya.

Setelah berpisah dengan A dan pacaran dengan S, justru mata saya terbuka dan menyadari bahwa menilai seorang pria bukan hanya dari 1-2 kelebihan mereka, tetapi lihat kekurangannya dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Saya lelah dan ingin putus dari S karena tidak mencintai S. Saya hanya terpesona sesaat dengan kelebihannya dan lupa bahwa ketidakcocokan kami lebih banyak.

Bu, bagaimana cara supaya saya bisa kembali menjadi wanita yang setia? Saya ingin seperti dulu, dapat mencintai pasangan dengan tulus. Tanpa dihantui perasaan takut ditinggalkan ataupun disakiti lagi, namun tetap menggunakan akal sehat dalam mencintai seseorang.

Tolong Bu, saya sudah lelah menyakiti orang yang sayang kepada saya. Saya tidak meminta kembali kepada A, karena saya sadar A akan lebih bahagia dengan wanita lain yang lebih baik dari saya. Saya ingin memperbaiki diri dan hati saya Bu, supaya saya mampu menebus dosa saya kepada A dan bertemu dengan 'The Right One' suatu saat nanti. Terima kasih. Salam hangat.

PA - Malang Dear PA,

Gde Prama mengatakan begini, kereta bukanlah kereta sebelum ia dijalankan, nyanyian bukanlah nyanyian sebelum dinyanyikan dan cinta bukanlah cinta sebelum ia dilaksanakan. Nah, bila saja keenam laki-laki yang kata Anda pernah Anda sebut sebagai pacar saya dideretkan di depan Anda, dapatkah Anda merumuskan perasaan cinta yang Anda miliki pada masing-masing mereka? Si A, Si G, dan empat lainnya? Apa yang sudah Anda laksanakan dalam mengekspresikan cinta Anda? Begitu pula para lelaki itu pada Anda?

Saya khawatir, Anda mengklaim bahwa laki-laki itu adalah pacar setelah beberapa kali makan bareng, diantar pulang, atau ditraktir nonton. Artinya, it is not love, but just dating. Bukan cinta, cuma kencan.

Apa bedanya? Jelas ada! Pada awalnya, cinta tidak gubrrrak lalu menjadi segunung. Cinta yang sesungguhnya adalah sebuah perjalanan emosi dibarengi penguatan-penguatan oleh nalar kita, bahwa dalam kebersamaan dengannya, ada rasa nyaman, rasa aman, dan rasa-rasa positif lainnya. Ini kemudian mengerucut pada tumbuhnya sebuah keyakinan di kedua belah pihak bahwa bersama-sama pasti akan menyebabkan keduanya lebih bahagia ketimbang sendirian. Ketika rasa ini tidak berkembang seimbang, hubungan bisa tetap berjalan, tetapi akan datang suatu saat di mana sosok yang mencintai dengan sangat dan merasa selalu berbuat yang terbaik untuk melaksanakan dan membuktikan cintanya, lalu lelah mendapati bahwa pasangannya ternyata tidak seperti dirinya.

Di titik inilah, kebijaksanaan untuk berani melihat kenyataan akan memengaruhi keputusan. Mau terus dengan luka hati yang makin menganga, dan berpura-pura bahwa every thing is all right, atau berani mengatakan pada diri sendiri bahwa ternyata yang ada di hatinya cuma ketertarikan dan bukan cinta. Jadi, tak ada gunanya diterus-teruskan. Luka hati? Pastinya, lah, tetapi sebentar, sejalan dengan berlalunya waktu, sakit hati akan hilang.

Menumbuhkan cinta dengan subur, utamanya membutuhkan TRUST, rasa saling percaya bahwa kebersamaan keduanya memang akan memberi banyak hal. Lalu, respek terhadap pasangan atas kelebihan yang ia miliki dan toleransi atas kekurangan atau kelemahan yang ada dalam dirinya.

Jadi, ada seperangkat keterampilan dalam berhubungan yang harus kita miliki agar kualitas kebersamaan dengan pacar makin lama makin baik dan mematangkan kesiapan untuk menjalankan peran sebagai suami dan istri. Bila tidak, yang akan bermain di dalamnya adalah sikap egois, ingin mendominasi pasangan, ingin mengembangkan ketergantungan pacar kepada kita. Intinya memperlakukan pacar sebagai benda yang kita miliki saja, sebagai properti.

Agar mampu menghargai pasangan, terlebih dulu kita harus mampu menghargai diri sendiri, Sayangku. Maka, saya tidak heran kalau Anda katakan Anda tidak happy dengan para lelaki yang Anda pacari, karena tak ada respek pada mereka, yang mengindikasikan Anda juga kurang memberi perhatian pada pengembangan respek terhadap diri sendiri. Sehingga, bisa saja orang lainpun lalu kurang bisa menghargai diri Anda.

Respek pada diri akan berkembang bila Anda percaya bahwa sebagai manusia Anda punya nilai-nilai kehidupan yang menyebabkan Anda hidup dengan cara terhormat. Bagaimana Anda bisa menghargai diri sendiri kalau misalnya Anda melakukan penyangkalan-penyangkalan terhadap keriterikatan Anda dengan seseorang yang dalam suatu masa di kehidupan Anda memang pernah Anda cintai?

Coba deh lihat sekeliling, kita, sebagian besar individu,mulai tidak terlalu "ribet" bereaksi terhadap perselingkuhan, saking banyaknya laki-laki berselingkuh. Tetapi, RASA keadilan kita terusik ketika ada laki-laki yang dengan lantang mengatakan bahwa dahulu ia kumpul kebo dan tidak pernah menikah resmi dengan perempuan yang puluhan tahun mendampinginya hidup bersama, bukan? Ada sesuatu yang mengganjal dalam diri kita, karena yang terjadi adalah kita berempati dan dengan mudah mampu memahami bagaimana beratnya beban perempuan yang tiba-tiba disangkal eksistensinya dalam perkawinan yang sudah berlangsung sekian lama, untuk membenarkan apa yang kini dilakukan lelaki tadi. Yaitu, ia punya lagi perkawinan lain di luar sana.

Kata berikut adalah KOMITMEN, dear PA. Keterikatan yang secara sukarela kita lakukan untuk selalu bersama pasangan hidup kita, itulah yang akan menyebabkan Anda tidak bisa dengan mudah meninggalkan begitu saja pasangan Anda, begitu Anda merasa sedikit saja tak nyaman, ataupun menemukan orang lain yang terasa lebih muda, lebih mapan, lebih cantik atau keren ketimbang yang ada di sisi Anda sekarang!

Nah, tidak usah pikirkan lagi, deh, apa sebenarnya yang terjadi dengan para lelaki di masa lalu Anda. Canangkan saja hati Anda membaca jawaban di NOVA tercinta ini, sebagai sebuah perjalanan baru untuk meningkatkan kualitas kepribadian Anda, dengan mengikuti tahapan yang saya ceritakan di atas, ya? Mulai dari respek terhadap diri, tetapkan kriteria diri untuk dapat disebut sebagai pribadi yang baik-baik. Kalau berhubungan dengan laki-laki, tetapkan dulu apa yang Anda rumuskan sebagai CINTA, serta bagaimana Anda melaksanakannya untuk benar-benar jadi cinta yang terwujud dalam trust dan komitmen menjadikannya sebagai hubungan yang lebih permanen.

Ini yang akan membuat tumbuhnya keyakinan bahwa dengannya-lah Anda ingin menghabiskan sisa hidup Anda di dunia ini. Oke? Gali terus sisi positif dari dalam diri, kelola pula sisi yang harus diperbaiki atau dihilangkan agar Anda makin dewasa dan makin mampu berbagi dengan orang lain. Salam sayang.