Langkah pertama, ketahui penyebab kemanjaan si prasekolah. Apakah karena kita tanpa sadar sering memanjakannya atau kurang memberikan perhatian yang cukup. Intinya, lakukan introspeksi. Kemudian, coba gali perasaannya dengan meminta anak bercerita. Akan tetapi, hindari pertanyaan yang membuat anak malah tak mau mengutarakan perasaannya. Contoh, "Kenapa sih kamu manja begitu? Kayak anak kecil saja." "Tuh, lihat anaknya Tante Isye enggak manja, kok." Sebaliknya, ajaklah anak berdialog dari hati ke hati. Jangan salah, kebutuhan attachment anak usia ini dengan orangtua masih tinggi. Lantaran itu saat berkomunikasi dengannya, tunjukkan bahwa kita mengerti dan memahami perasaannya dengan cara mendengarkan pendapatnya, mendefinisikan perasaannya secara tepat seperti, "Oh kamu capek, ya, makanya minta gendong. Padahal kamu biasanya kuat jalan kaki," dan menunjukkan perhatian yang tulus.
2. Beri Perhatian
Kalau masalahnya si prasekolah cemburu terhadap adiknya, kita mesti meyakinkannya bahwa ia tetap mendapat perhatian yang sama, meskipun ada adik. Buktikan hal itu dengan tidak selalu menyalahkan kakak dan memenangkan adik. Begitu pula, ketika kita menyadari telah mengabaikannya, luangkanlah waktu untuk menemaninya bermain atau sekadar mengantar-jemputnya ke sekolah. Atau saat libur, ajaklah ia melakukan aktivitas yang disukai, seperti berenang.
3. Tak perlu membandingkan
Anda suka jika dibandingkan dengan orang lain? Kalau tak suka, maka begitu pula anak. "Tuh, temanmu enggak manja kok. Enggak seperti kamu." Cara ini tidak efektif, karena anak malah sebal dan memperlihatkan perasaannya dengan merengek dan menangis. Membandingkan juga tidak sehat karena membuat anak jadi kecil hati dan melunturkan rasa percaya dirinya. Lebih baik, bantulah ia untuk berpikir positif dan besarkanlah hatinya. Umpama, "Ibu yakin kamu sudah bisa kok pakai baju sendiri. Ayo coba, Ibu mau lihat bagaimana caranya." Berikan senyuman yang paling manis atau pujian jika si prasekolah menunjukkan suatu perkembangan positif dalam hal apa pun.
4. Hargai potensi/kemampuannya
Yakinkan pula bahwa ia berharga dan punya potensi untuk menunjukkan kemandiriannya. Tak perlu dikekang, dilarang ini-itu, atau malah selalu diberi bantuan. Biarkan dia mencoba sendiri kemampuannya dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi saat melakukan aktivitas sendirian atau bersama temannya.
5. Pupuk rasa percaya diri
Rasa percaya diri erat kaitannya dengan kemampuan menjadi mandiri. Kemandirian adalah lepasnya ketergantungan anak secara bertahap dari orangtua. Jadi lagi-lagi, pupuklah rasa percaya diri anak dengan memberinya kebebasan dan kepercayaan melakukan segala sesuatu, asalkan tidak berbahaya. Misalnya, biarkan anak memutuskan sendiri hari ini mau memakai baju dan celana yang mana atau mau belajar apa. Melalui kesempatan dan kebebasan yang kita berikan, rasa percaya dirinya akan terpupuk. Dari hari ke hari ia jadi semakin yakin dapat melakukan tugas-tugas tadi. Bila kebiasaan ini terpupuk dengan baik, nantinya anak dapat memutuskan apakah dia memang bisa dan harus melakukan tindakan apa yang sesuai dengan situasi saat itu.
6. Asah kemampuan bersosialisasi
Perbanyak hubungan anak dengan dunia luar, baik dengan teman-teman sebaya maupun dengan yang beda usia. Kemampuan bersosialisasi juga membantu membentuk kemandirian anak. Buang jauh sikap overprotektif Anda. Larangan ini-itu hanya akan mematikan kreativitas yang selanjutnya memperkuat ketergantungan anak pada orangtua karena telat mandiri dan cenderung manja.
Hilman Hilmansyah