Trik Hadapi Anak Manja

By nova.id, Selasa, 1 Februari 2011 | 17:01 WIB
Trik Hadapi Anak Manja (nova.id)

Trik Hadapi Anak Manja (nova.id)

"Foto: Ferdi "

Padahal, kalau dilihat dari sisi perkembangan, di usia prasekolah anak mulai bisa "dilepas" untuk mandiri. Ia sedang senang-senangnya bereksplorasi dan melakukan beragam aktivitas tanpa mau dibantu orang lain. Kalaupun masih ingin bermanja-manja, tentu dilakukan sesekali saja. Selain mulai mampu mandiri, di usia 3-5 tahun umumnya mulai memiliki kemampuan bersosialisasi yang lebih baik ketimbang usia batita. Dengan kata lain, sebenarnya pusat perhatian mereka tak lagi pada keluarga inti, akan tetapi sudah lebih luas ke lingkungan sosial. Misalnya, teman-teman di sekitar rumah dan teman sebaya di sekolah termasuk guru.

Kembali ke persoalan semula, bila sikap manja si prasekolah yang cenderung berlebihan ini dibiarkan, dikhawatirkan akan berdampak sampai ia besar nanti. Apalagi bila orangtua malah memperkuat sikapnya dengan cara memanjakan. Bukan bermaksud menakut-nakuti, tapi ini bisa merugikan perkembangan kepribadian anak di kemudian hari.

KENALI DAMPAKNYA

Sebagian orangtua menganggap sikap manja pada anak itu memalukan, sebagian lagi menilai manja itu merepotkan. Itu baru dampak yang dilihat dari sudut pandang orangtua. Bagaimana dampaknya bagi anak sendiri?

* Malas

Bila sikap manja tak dibenahi, anak cenderung menjadi malas melakukan tugas atau bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan yang semestinya bisa ia lakukan. Kecenderungan malas ini dapat mengakibatkan sikap bossy dengan main perintah terhadap pengasuh atau bahkan orangtua. Misalnya, membereskan mainannya atau hal lain yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya.

* Kurang mampu berinisiatif

Anak berkemungkinan besar berkembang menjadi individu yang kurang inisiatif mengenai apa yang harus dilakukan maupun bagaimana harus menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Sekali lagi, sikap manja yang dibiarkan membuat anak terbiasa dilayani. Ia hanya tahu beres saja, tak mau menjalankan proses dari hasil yang diharapkan.

* Menghambat kemampuan bersosialisasi

Pergaulan sehat biasanya tidak menoleransi si pemalas, si tidak bertanggung jawab, dan si bossy yang menyebalkan. Nah, apa jadinya kehidupan sosial anak jika karena kemanjaannya ia jadi tak disukai teman-teman? Percayalah tak ada relasi yang sehat jika yang terbentuk adalah hubungan boss dan bawahan.

* Kecerdasan emosi rendah

Sikap manja yang berlarut-larut menumpulkan kecerdasan emosi anak karena hilangnya rasa empati dan tanggung jawab terhadap diri sendiri serta lingkungan.

Nah, tak mau, kan, putra-putri tercinta mengalami segala dampak itu? Karenanya limpahkan kasih sayang secara pas tanpa menjadikannya si anak manja.

KETAHUI PENYEBABNYA

Nah, apa yang menyebabkan anak usia ini masih manja pada orangtuanya? Naomi Soetikno, psikolog dari Omni Medical Centre, Jakarta, menguraikannya kepada kita:

* POLA ASUH KELIRU

Ayo, jangan malu mengakui, apakah Anda termasuk orangtua yang tidak tegaan? Kalau ya, barangkali Anda kelewat sering membantu anak dan bahkan membatasi geraknya karena takut terjadi cedera dan lainnya. Ini, sih, bukan salah anak kalau ia jadi manja lantaran selalu dibantu dan terlalu dilindungi. Alhasil ia jadi kurang bisa bersikap mandiri. Ujung-ujungnya, bukan tak mungkin anak memanfaatkan situasi ini dan menuntut keinginannya untuk selalu dituruti. Kalau tidak, ia akan merengek atau sedikit-sedikit menangis.

* CARI PERHATIAN

Si prasekolah masih bersikap manja sebagai upaya mencari perhatian. Ini biasanya muncul bersamaan dengan kehadiran adik baru, adik sudah bisa bicara, atau adik sedang lucu-lucunya. Si prasekolah khawatir kasih sayang orangtuanya terhadapnya berkurang. Bisa juga karena orangtua kurang memberikan perhatian yang besar ketimbang kesibukannya bekerja. Akibatnya, anak yang tadinya tak manja, malah jadi manja. Atau yang dulunya memang manja, jadi semakin manja.

* KURANG KEDEKATAN EMOSI

Faktor lain adalah kurang terpenuhinya kebutuhan akan kedekatan emosional (attachment) dengan orangtuanya. Anak perlu merasa yakin bahwa orangtua menyayanginya, memberikan rasa aman dan nyaman. Anak memiliki keinginan untuk mendapatkan kebutuhan fisik maupun psikologis sebagaimana seharusnya. Penting diketahui, kedekatan emosional merupakan modal untuk tumbuhnya rasa percaya bahwa ia berada di lingkungan yang aman dan nyaman. Kalau kedekatan emosional itu tak terpenuhi, jangan heran kalau anak bersikap manja sebagai manifestasi bahwa dirinya cemas/khawatir.

6 TRIK SOLUSI

1. Gali perasaannya

Langkah pertama, ketahui penyebab kemanjaan si prasekolah. Apakah karena kita tanpa sadar sering memanjakannya atau kurang memberikan perhatian yang cukup. Intinya, lakukan introspeksi. Kemudian, coba gali perasaannya dengan meminta anak bercerita. Akan tetapi, hindari pertanyaan yang membuat anak malah tak mau mengutarakan perasaannya. Contoh, "Kenapa sih kamu manja begitu? Kayak anak kecil saja." "Tuh, lihat anaknya Tante Isye enggak manja, kok." Sebaliknya, ajaklah anak berdialog dari hati ke hati. Jangan salah, kebutuhan attachment anak usia ini dengan orangtua masih tinggi. Lantaran itu saat berkomunikasi dengannya, tunjukkan bahwa kita mengerti dan memahami perasaannya dengan cara mendengarkan pendapatnya, mendefinisikan perasaannya secara tepat seperti, "Oh kamu capek, ya, makanya minta gendong. Padahal kamu biasanya kuat jalan kaki," dan menunjukkan perhatian yang tulus.

2. Beri Perhatian

Kalau masalahnya si prasekolah cemburu terhadap adiknya, kita mesti meyakinkannya bahwa ia tetap mendapat perhatian yang sama, meskipun ada adik. Buktikan hal itu dengan tidak selalu menyalahkan kakak dan memenangkan adik. Begitu pula, ketika kita menyadari telah mengabaikannya, luangkanlah waktu untuk menemaninya bermain atau sekadar mengantar-jemputnya ke sekolah. Atau saat libur, ajaklah ia melakukan aktivitas yang disukai, seperti berenang.

3. Tak perlu membandingkan

Anda suka jika dibandingkan dengan orang lain? Kalau tak suka, maka begitu pula anak. "Tuh, temanmu enggak manja kok. Enggak seperti kamu." Cara ini tidak efektif, karena anak malah sebal dan memperlihatkan perasaannya dengan merengek dan menangis. Membandingkan juga tidak sehat karena membuat anak jadi kecil hati dan melunturkan rasa percaya dirinya. Lebih baik, bantulah ia untuk berpikir positif dan besarkanlah hatinya. Umpama, "Ibu yakin kamu sudah bisa kok pakai baju sendiri. Ayo coba, Ibu mau lihat bagaimana caranya." Berikan senyuman yang paling manis atau pujian jika si prasekolah menunjukkan suatu perkembangan positif dalam hal apa pun.

4. Hargai potensi/kemampuannya

Yakinkan pula bahwa ia berharga dan punya potensi untuk menunjukkan kemandiriannya. Tak perlu dikekang, dilarang ini-itu, atau malah selalu diberi bantuan. Biarkan dia mencoba sendiri kemampuannya dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi saat melakukan aktivitas sendirian atau bersama temannya.

5. Pupuk rasa percaya diri

Rasa percaya diri erat kaitannya dengan kemampuan menjadi mandiri. Kemandirian adalah lepasnya ketergantungan anak secara bertahap dari orangtua. Jadi lagi-lagi, pupuklah rasa percaya diri anak dengan memberinya kebebasan dan kepercayaan melakukan segala sesuatu, asalkan tidak berbahaya. Misalnya, biarkan anak memutuskan sendiri hari ini mau memakai baju dan celana yang mana atau mau belajar apa. Melalui kesempatan dan kebebasan yang kita berikan, rasa percaya dirinya akan terpupuk. Dari hari ke hari ia jadi semakin yakin dapat melakukan tugas-tugas tadi. Bila kebiasaan ini terpupuk dengan baik, nantinya anak dapat memutuskan apakah dia memang bisa dan harus melakukan tindakan apa yang sesuai dengan situasi saat itu.

6. Asah kemampuan bersosialisasi

Perbanyak hubungan anak dengan dunia luar, baik dengan teman-teman sebaya maupun dengan yang beda usia. Kemampuan bersosialisasi juga membantu membentuk kemandirian anak. Buang jauh sikap overprotektif Anda. Larangan ini-itu hanya akan mematikan kreativitas yang selanjutnya memperkuat ketergantungan anak pada orangtua karena telat mandiri dan cenderung manja.

Hilman Hilmansyah