Pasangan Tak Disiplin, Anak Jadi Korban

By nova.id, Rabu, 23 Maret 2011 | 17:01 WIB
Pasangan Tak Disiplin Anak Jadi Korban (nova.id)

Ayah/ibu yang tak disiplin, biasanya sulit menerima kesalahan serupa pada anaknya. Sebabnya, ungkap Dradjat, ia serasa bercermin melihat kekurangan dirinya. Makin si anak menyerupai keburukan dirinya, makin keras pula sikapnya menolak si kecil. Kalau ia merasa tak sukses akibat tak disiplin dalam belajar, ia akan menuntut anaknya berprestasi.

Itu sebab, bila anaknya mendapat nilai jelek, ia akan marah setengah mati. Sementara ia cuma bisa marah-marah tanpa bisa menunjukkan jalan terbaik untuk mencapai target yang diharapkan. Karena pada dasarnya ia memang tipe penuntut tanpa bisa menjadi tempat bergantung bagi orang lain, termasuk anaknya!

SANTAI? ENGGAK DILARANG KOK!

Menurut Dradjat, dengan disiplin bukan berarti kita lantas tak boleh bersantai, lo! "Boleh-boleh saja santai, tapi tetap dalam rangka pengembangan diri atau menunjang aktualisasi diri." Artinya, tukas Dradjat, ada keseimbangan antara waktu kerja, waktu istirahat, dan waktu bersosialisasi." Itu sebab, bila bukan merupakan keinginan untuk bermalas-malasan, kesantaian bisa ditoleransi, kok, yakni bila ditujukan untuk istirahat, menyegarkan pikiran, dan menjalin hubungan dengan orang lain yang bisa memperkaya wawasannya.

SULUNG/BUNGSU SAMA-SAMA BERPELUANG

Umumnya, kata Dradjat, si sulung sering mendapat keistimewaan dan prioritas dari orang tua. Kalau hal-hal seperti ini yang mendapat penekanan dalam pola pendidikan, ia cenderung akan berperilaku seenaknya. Akan tetapi kalau penekanannya lebih pada prestasi, tanggung jawab, dan keteladanan, semisal bertugas menjaga/mengantar adik, maka anak sulung akan terbiasa menghadapi realitas.

Sebaliknya, si bungsu yang lebih sering dibantu dan dilindungi, berpeluang tumbuh jadi pribadi yang kurang matang. Terlebih bila peraturan yang diberlakukan untuknya cenderung longgar.

 BISA DIANTISIPASI LEWAT KEBIASAAN KENCAN

Untuk memastikan apakah pasangan kita disiplin atau sebaliknya, menurut Dradjat, agak sulit bila dilakukan sebelum menikah. Meski bisa saja, sih, "terbaca" lewat kebiasaan kencan yang selalu molor atau kebiasaan lain yang kurang terpuji. Hanya saja, saat masih pacaran umumnya orang menutup mata terhadap kekurangan pasangan. Kala dimabuk cinta, dunia jadi lebih terlihat berwarna-warni, hingga sisi-sisi gelap pasangan seolah tak tampak. Padahal seharusnya justru digali supaya tak seperti membeli kucing dalam karung.

  Th. Puspayanti/nakita