Jangan terlalu gampang menyalahkan pihak istri. Suami yang tak subur perlu berlapang dada untuk mengakuinya,sekaligus segera menjalani pengobatan.
Salah besar jika tuntutan kesuburan hanya dialamatkan pada wanita! Menurut dr. Tri Bowo Hasmoro Sp.And., pria yang ingin mendapat keturunan pun harus memiliki kesuburan yang baik. Bahkan berdasar penelitian, diperkirakan sekitar 40-50 persen kasus pasangan yang tidak dapat memiliki anak, disebabkan faktor ketidaksuburan laki-laki.
Oleh karena itu kemandulan seharusnya tak dilihat sebagai "kesalahan" pihak perempuan saja, melainkan juga terkait dengan sang suami.
CELANA KETAT & SUHU TINGGI
Meski acapkali masalahnya tidak sekompleks pada wanita, kesuburan pria perlu mendapatkan perhatian serius. Androlog dari RSIA Hermina, Jakarta, Jakarta ini mengungkapkan hal-hal yang dapat mengurangi kesuburan pada pria. Antara lain,
1. Perokok, peminum alkohol, pengisap ganja dan sejenisnya, terlebih dalam kadar berlebih, dapat memperburuk kualitas sperma. Pria yang sehari menghabiskan 20 batang rokok, contohnya, berarti menimbun nikotin dan karbon dalam tubuhnya. Otomatis akan mempersulit sperma mendapat suplai oksigen yang baik dan membuat kualitas dan kuantitas sperma, menurun. Atau, jumlah sperma cukup tapi geraknya lambat sehingga mati di jalan sebelum mencapai indung telur.
2. Melakukan aktivitas seks tanpa memperhatikan kebersihan sehingga terkena penyakit kelamin seperti gonorhea, sifilis, dan terinfeksi HIV/AIDS. Sperma yang seharusnya memiliki mobilitas tinggi, kini jadi terhalang oleh bakteri-bakteri penyebab penyakit tadi.
3. Ketidakstabilan suhu yang terjadi dalam testis juga mempengaruhi jumlah sperma maupun gerakannya. Mereka yang bekerja di lingkungan bersuhu tinggi, bisa menjadi tak subur, terutama jika daerah "pabrik" spermanya terpapar dan tak mendapat perlindungan khusus.
Kebiasaan mengenakan celana ketat atau terbiasa berada dalam posisi tertentu semisal duduk/berpangku kaki dalam waktu lama, bisa membuat kesuburan menurun. Demikian pula pengaruh dari bahan-bahan kimia seperti DDT, pestisida, dan dioksin yang dapat menyebabkan penurunan jumlah, kemampuan mobilitas ataupun kerusakan sperma secara keseluruhan.
4. Seiring dengan meningkatnya usia, kian berkurang pula kesuburan pria. Nah, agar kehidupan seksual tetap terjaga, jaga kondisi tubuh dengan memperhatikan asupan gizi yang baik dan seimbang.
5. Penyakit kronis seperti diabetes, TBC, atau AIDS, dapat mengganggu kesuburan akibat harus mengonsumsi obat-obatan seperti obat antihipertensi atau antikanker.
JUMLAH, BENTUK & GERAKAN
Sebenarnya, menurut Tri Bowo, ukuran subur-tidaknya pria, bukan dari banyak-sedikitnya air mani yang berhasil dipancarkannya, melainkan standar mutu sperma yang dapat membuahi sel telur. Air mani yang dikeluarkan saat ejakulasi, jelasnya, belum tentu ada bibitnya. Pancaran yang terlihat kencang dan banyak pun, belum tentu mampu membuahi sel telur. Soalnya, sperma maupun sel telur juga harus bermutu bagus agar terjadi hasil pembuahan yang baik pula.
Melalui uji klinis di laboratorium bisa diketahui, bermutu-tidaknya sperma. Secara alamiah, untuk membuahi sel telur memang hanya dibutuhkan satu spermatozoa terbaik dari sekian juta yang dikeluarkan. Spermatozoa yang berkualitas baik, dalam satu ejakulasi minimal 2 ml dengan jumlah sperma lebih kurang 40 juta. Selain mutunya baik, sperma harus berjumlah sekitar 60 persen dari total keseluruhan.
Bentuk dan gerakan sperma juga punya peran penting. Gerakannya harus lurus dan cepat, tidak berbelok-belok atau malah diam. Sperma yang bagus tidak bakal menggumpal (aglutinasi) terus-menerus, melainkan mencair. Ini perlu agar bibit dapat bergerak sekaligus mampu menerobos keluar. Secara umum, sperma yang berkualitas baik memiliki bentuk kepala oval yang berguna untuk menembus dinding sel telur. Bila kepalanya gepeng, lonjong, segitiga, atau lancip, kesempatan untuk membuahi sel telur jadi lebih kecil.
Yang juga diperlukan adalah akrosom atau semacam tudung pada bagian kepala sperma yang berperan "menabrak" sel telur hingga membuat lubang tempat masuknya sperma. Jika tudung rusak berarti kualitas sperma kurang baik karena tak mampu menembus masuk sel telur.
MAKANAN BERGIZI
Untuk meningkatkan kualitas sperma, selain menghindari faktor penyebab ketidaksuburan, Tri Bowo menganjurkan makanan seimbang dari macam-macam sumber (mineral, protein, karbohidrat, lemak, air, dan vitamin). Makanan dengan kandungan protein yang baik, misalnya, merupakan bahan utama yang dibutuhkan dalam pembuatan bibit.
Vitamin dan mineral juga penting sebagai zat pengatur hormon dan enzim tubuh. Makan yang banyak mengandung mineral bisa meningkatkan kualitas sperma. Sedangkan seng (zinc), salah satu jenis mineral, berperan dalam pembentukan kadar plasma testoteron dan folicle stimulating hormone (FSH) yang meningkatkan produksi sperma. Seorang pria yang sering melakukan aktivitas seksual, sebaiknya mengonsumsi sumber makanan yang mengandung zinc (seng) yang terbuang saat ejakulasi. Antara lain terdapat di telur, daging, kecambah, kacang-kacangan, dan seafood.
Berbagai vitamin seperti A, B1, B6, B12, C, dan E juga diduga mampu menunjang aktivitas kehidupan seksual. Dari semua itu, vitamin E dianggap paling populer bisa meningkatkan kesuburan. Kandungan vitamin ini banyak ditemui dalam minyak nabati dan kecambah/tauge.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan, mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C ternyata bisa memperbaiki mutu sperma. Sperma umumnya mengandung 20-40 persen spermatozoa yang terbentuk abnormal akibat serangan radikal bebas. Nah, kerusakan sperma tadi amat berpeluang menurunkan tingkat kesuburan pria. Untuk meminimalkan prosentase sperma yang abnornal atau mengalami kerusakan, dianjurkan tidak melupakan vitamin C setiap hari dalam menunya.
MENGENDARA MOTOR
Aktivitas tertentu, seperti scot jump atau terlalu sering mengendarai motor, sering dituduh sebagai pengurang kesuburan pria. "Itu cuma mitos," tegas Tri Bowo. Bukan scot jump-nya yang mengganggu kesuburan, tapi mungkin saja saat melakukannya, si pria menggunakan celana ketat yang kelewat menekan testis lalu membuat suhu di sekitarnya meningkat.
Begitu juga dengan naik motor. Kalau kelewat sering, apalagi dengan bercelana ketat, bisa mengganggu kelancaran produksi sperma dalam testis. Untungnya, bentuk jok motor saat ini sudah didesain sedemikian rupa agar angin bisa meredam suhu. Jok bagian depan dibuat lebih rendah sehingga memungkinkan angin berhembus untuk menetralkan udara panas yang terbentuk.
Irfan