Kenali Karakter Istri

By nova.id, Jumat, 4 Februari 2011 | 17:01 WIB
Kenali Karakter Istri (nova.id)

Namun, ada pula yang tak betah di rumah lantaran merasa belum cukup dengan apa yang sudah dilakukannya di rumah. "Jadi, ia memang bisa mengisi waktu dengan pekerjaan rumah tangga tapi menginginkan lebih dari itu." Apalagi bila ia merasa kompeten dan berpeluang membina karir di luar karena punya keterampilan tertentu, tentu tak berlebihan jika si ibu lantas meninggalkan rumah guna mewujudkan angan-angannya tadi. Bukan berarti ia enggak sayang pada anaknya, lo. Terlebih jika anaknya sudah mulai besar dan tak perlu ditunggui setiap saat, nggak ada salahnya, kan, bila ia memanfaatkan waktunya untuk lebih mengaktualisasikan dirinya?

Ada juga, lo, istri-istri yang tak betah di rumah lantaran kesepian. Hingga, ia lantas mencari hiburan dengan keluyuran tak tentu arah. Tentu saja, perilaku ini tak hanya terbatas pada ibu rumah tangga semata, melainkan juga para eksekutif. Terlebih 10 tahun terakhir ini, banyak orang pulang kantor bukannya ke rumah, malah jalan-jalan dulu ke kafe, pub, dan sejenisnya.

Nah, yang harus dicari adalah jawaban mengapa ia tak betah di rumah dan adakah sesuatu yang membuatnya begitu. Boleh jadi lantaran ia merasa harus tampil cantik atau menarik karena ia sudah bosan tampil seadanya setiap hari di rumah. Bisa jadi pula karena hubungannya dengan suami kurang memuaskan hingga ia butuh pengakuan dari orang lain. Atau, ia tak betah di rumah karena ingin menghindari keruwetan rumah tangga lantaran tak diajarkan/dibiasakan terampil memecahkan masalah, hingga yang ada hanya sekadar pelarian.

Kemungkinkan lain, ia cuma ingin pamer, "Nih, lo, gue!" untuk mendapat pengakuan sosial yang tinggi di saat pertemuan-pertemuan rutin semacam arisan tak lagi dianggap memberinya kepuasan.

Alasan-alasan tersebut, menurut Raymod, bisa dipahami sepanjang cuma untuk sementara waktu. Jadi, kalau cuma lantaran bosan tampil dengan daster butut di rumah lantas tiap hari keluyuran, ya, enggak bener, dong.

4. TUKANG NGOMEL

Pusing juga, ya, Pak, punya istri model ini. Sedikit saja ada yang nggak berkenan di hatinya, ia langsung ngomel. Apalagi kalau ada yang bikin salah, omelannya bisa memekakkan telinga. Tak peduli siapa orang yang ia omeli, entah suami, anak, ataupun pembantu.

Menurut Raymond, karakter ini muncul bukan lantaran perempuan pada dasarnya memang cerewet, karena lelaki pun banyak yang cerewet. "Karakter ini lebih merupakan mekanisme pertahanan untuk menunjukkan dirinya agar dihargai." Kasarnya, "Ini, lo, gue! Jangan anggap remeh gue, ya!'." Pasalnya, secara fisik, yang bersangkutan tak mampu menyelesaikan masalahnya, hingga ditempuhlah cara dalam bentuk agresivitas yang dianggapnya paling aman dan terhormat ketimbang main lempar-banting piring.

Raymond melihat, mengomel merupakan bentuk agresivitas yang paling sering muncul lantaran orang merasa frustrasi. Pemicunya berupa situasi yang serba "mengurung" hingga ia merasa tak berdaya. "Kalau ada masalah tapi enggak diselesaikan, pastinya, kan, bertumpuk. Nah, kalau ini selalu berulang, tentu sangat menjengkelkan dan terakumulasi. Apalagi jika sudah dikasih tahu baik-baik tapi tetap tak ada perubahan, ya, akan memunculkan agresi."

Akan halnya cerewet, lebih disebabkan faktor kecemasan. Bukankah para ibu biasanya relatif lebih mudah cemas? Hingga, saat si kecil pamit hendak main sepeda di depan rumah, misal, ibu langsung membekalinya dengan segudang nasihat. Pendeknya, segala sesuatu bikin ia cemas. Bahkan, omongannya sendiri pun ia cemaskan, "Jangan-jangan omongan saya tadi enggak jelas," hingga bolak-balik ia omongin lagi hal yang sama sampai yang mendengarnya pun capek.

Cerewet, bilang Raymond, harus dibedakan dengan orang yang memang senang bicara. "Mereka kalau bicara kata-katanya lebih bermakna dan sistematis, bukan asal ngomong atau berkomentar asal nyeplos tapi betul-betul dipikirkan."

5. PENCEMBURU