Kenali Karakter Istri

By nova.id, Jumat, 4 Februari 2011 | 17:01 WIB
Kenali Karakter Istri (nova.id)

Sayang, reaksi orang-orang rumah, terutama suami, sering enggak tepat semisal marah, menuduh, atau melecehkan, hingga yang kemudian muncul justru keinginan lebih untuk bekerja dan terus bekerja. "Daripada di rumah cuma ribut terus, mending ke kantor," begitu yang ada di benaknya.

Menurut Raymond, secara kasat mata biasanya sulit dibedakan antara yang gila kerja lantaran memang betul-betul menikmati ataukah hanya sekadar pelarian. Pastinya, mereka yang potensial punya rasa rendah diri merasa menemukan pengakuan atau dianggap berharga dari dunia kerja. Terlebih jika dari suami, ia lebih kerap mendengar kata-kata bernada menghina/melecehkan.

8. "PELAYAN SEJATI"

Masih banyak, lo, istri model ini. Penyebabnya, "faktor budaya," ujar Raymond. Bukankah budaya kita, terlebih jaman dulu, mendudukkan perempuan lebih rendah dari pria? Jadi, sedari kecil, perempuan sudah terbiasa kalah dan mengalah; dididik untuk selalu melayani, bukan dilayani. Hingga yang tertanam di benaknya, "Saya ada untuk melayani suami dan anak." Selain, perempuan memang punya naluri untuk merawat, hingga ada kecenderungan lebih mengutamakan suami dan anak.

Jika suami tergolong tipe yang senang dilayani, kloplah. Suami puas, istri pun merasa dirinya berharga. Namun buat suami yang lebih mementingkan diskusi antar anggota keluarga dan keterlibatan istri dalam pengambilan keputusan, tentulah sangat tak nyaman beristrikan model ini. Ia butuh istri yang bisa diajak ngobrol, bisa dimintai pendapat dan ide-idenya, bahkan bisa memutuskan apa yang terbaik buat suami kala si suami sudah kehabisan solusi untuk mengatasi masalahnya. Dalam bahasa lain, ia butuh pasangan yang setara. Nah, jika kebutuhan ini tak diperoleh dari istrinya, bisa jadi ia akan mencarinya dari orang lain. Jika orang lain itu sejenis, mungkin nggak masalah. Namun bila berlainan jenis, apa nggak bakalan runyam nantinya?

Buat suami yang tak puas, saran Raymond, "komunikasikan dengan istri." Soalnya, istri model ini "tak punya" nyali buat ngomong duluan karena ia terbiasa menerima. Bukan tak mungkin setelah diajak bicara, ternyata ia juga merasa tertekan dengan sikapnya yang demikian tapi tak berani mengutarakannya.

9. "TERSERAH MAS AJA, DEH."

Kalau yang ini lebih karena sedari kecil tak dibiasakan memilih dan mengambil keputusan. Namun bisa juga lantaran suami kelewat dominan atau boleh jadi ia punya pengalaman pahit/menyakitkan kala ikut menentukan pilihan semisal komentar suami yang melecehkan, "Selera Mama, kok, norak banget, sih?" atau "Ah, kamu memang nggak pernah bisa dimintai pendapat, salah melulu." Istri sebaik dan sesabar apa pun pasti akan terluka hatinya. Akhirnya, ia lebih memilih diam daripada harus sakit hati. Namun buntutnya, bisa jadi ia ngomel di belakang menunjukkan kekecewaan, "Kok, gini, sih?"

Th. Puspayanti/nakita