Kenali Karakter Istri

By nova.id, Jumat, 4 Februari 2011 | 17:01 WIB
Kenali Karakter Istri (nova.id)

Istri model ini amat posesif karena ia merasa tak aman. Coba telusuri lebih jauh penyebabnya sampai ke masa kecilnya, adakah ia punya pengalaman buruk. Soalnya, terang Raymond, "mereka yang punya pengalaman tak enak, berpotensi besar jadi cemburuan." Misal, apa yang ia miliki mudah hilang atau barang-barangnya yang dipinjam tak pernah kembali.

Kondisi kehidupan atau tuntutan tugas yang "memaksa"nya sering berpindah tempat, juga bisa menjadi salah satu sebab munculnya karakter ini. Bukankah ia harus tercabut dari lingkungan lama yang sudah akrab dan selalu harus memulai dari awal lagi? "Nah, ini membuatnya merasa tak aman dan nyaman. Ia merasa segala yang telah dibina selalu sia-sia, hingga timbullah posesivitas dan keresahan tingkat tinggi." Akibatnya, terhadap suami pun, ia demikian; ia takut kehilangan orang yang dicintainya hingga ia punya kecemasan berlebihan kalau-kalau suaminya akan lepas juga darinya. Buntutnya, muncullah cemburu buta.

"Sebenarnya, istri atau suami cemburu itu, wajar, kok. Malah dibutuhkan untuk menunjukkan ekspresi cinta dan perasaan memiliki," kata Raymond. Namun bila berlebihan, jadi tak wajar, karena sudah disertai kecurigaan dan ketidakpercayaan. Jelas ini enggak sehat dan pasti mengundang konflik. Iya, kan, Bu-Pak?

6. SLORDIG

Buat mereka, keteraturan nggak terlalu penting. Itu sebab, mereka tak terusik sedikit pun kala melihat si kecil belum juga mandi padahal hari hampir magrib atau mendapat tas kerja suami ada di tempat tidur, dan sebagainya. Bahkan, si kecil belum makan pun, tak jadi soal buatnya. "Toh, kalau lapar nanti juga minta makan," begitu pikirnya. Rumah berantakan juga ia tenang-tenang saja.

Jika pasangannya juga seirama, mungkin tak bakal jadi masalah buat keduanya. Namun bila suaminya sangat teratur, bisa-bisa tiap hari ada "bom" meletus di rumah. Betapa tidak! Di mata si teratur, segala sesuatu harus serba rapi, dan sistematis, tak boleh melenceng sedikit pun. Mereka juga amat disiplin, cenderung mengatur dan mendominasi orang lain. Nggak heran, kan, kalau dua karakter yang bertolak belakang ini akhirnya jadi sering konflik?

Apalagi, si slordig ini tipe orang yang cenderung menunda-nunda pekerjaan dan menggampangkan masalah. Baginya, hidup ini seperti air mengalir; segalanya berjalan biasa saja, tak ada yang harus dikejar. Umumnya karena ia tak punya ambisi dan aspirasi yang muluk. Nah, inilah yang harus ditumbuhkan dalam dirinya.

Menurut Raymond, ketiadaan ambisi dan aspirasi ini lebih disebabkan pandangan yang salah kaprah tentang peran perempuan. "Di sini masih banyak, kan, yang mengganggap wanita egois kalau ingin bersekolah lagi atau bekerja. Dianggapnya tak perhatian sama anak, lebih mementingkan diri sendiri, dan sebagainya." Dengan kata lain, label-label dari lingkunganlah yang menindas aspirasi wanita. Celakanya, jika ia juga bersuamikan yang setipe dengan lingkungan tersebut, makin tenggelamlah aspirasinya.

7. GILA KERJA

Ini sudah lampu kuning, Pak. Soalnya, bisa jadi ada something wrong dengan kehidupan rumah tangga Anda berdua, hingga ia merasa tak nyaman, lalu mencari kompensasi dengan bekerja dan mengejar prestasi di bidang lain. Meski tak tertutup kemungkinan kegilaannya berhubungan dengan achievement atau ambisi mencapai sesuatu yang lebih. "Ia merasa ada yang kurang hingga harus mengejar untuk menutupi kekurangan itu," jelas Raymond.

Bisa juga karena faktor-faktor teknis seperti kondisi kantor dan sistem kompensasi yang amat bagus, hingga orang terpacu untuk berkarier dan terus berkarier. Akibatnya, ia merasa lebih betah di kantor ketimbang di rumah, terlebih jika kondisi rumah juga mendukungnya untuk "lari" ke kantor. Wong, di kantor lebih nyaman, kok. Ia merasa dihargai, mendapat kepercayaan dan kesempatan, jenjang kariernya jelas, dan situasi kerjanya pun menyenangkan.

Disamping, gila kerja juga didorong oleh kecenderungan untuk memiliki uang pribadi agar tak ada ketergantungan ekonomis pada suami. Umumnya, pertimbangan ekonomi cukup kuat mendorong ibu-ibu untuk bekerja dan mengejar karier.