TAK HARUS BERSETUBUH
Mengenai teknik persetubuhan, menurut Ferryal, tak ada kaitannya dengan orgasme. "Sepanjang ketiga fase tersebut diikuti, apapun tekniknya, suami-istri bisa sama-sama mengalami kepuasan, kok." Jadi, tak ada patokan untuk melakukan teknik tertentu. Lagi pula, soal teknik, kan, bisa terinspirasi dengan sendirinya tanpa harus baca buku petunjuk apalagi dihafalkan. Tercapainya orgasme juga tak berkaitan langsung dengan frekuensi hubungan seksual. Yang penting, pasangan tersebut cocok dan saat berhubungan keduanya dalam keadaan "siap tempur".
Jangan sampai ada keterpaksaan dari istri ataupun pemaksaan dari suami. "Bila kedua hal ini terpenuhi, kapan pun suami-istri mau dan berapa kali pun dalam sehari enggak jadi masalah," tukas Ferryal. Lagi pula, kehidupan seksual sebetulnya tak selalu harus diartikan sebagai persetubuhan, "melainkan hubungan timbal-balik dalam hal kasih sayang dan mengupayakan kebahagiaan pasangan." Itulah mengapa, hubungan seksual yang ideal justru yang terencana, disiapkan sungguh-sungguh, sekaligus dinikmati kedua belah pihak.
"Cobalah selalu membiasakan diri melakukannya dalam keadaan tenang dan rileks, sehingga kepuasan yang didapat juga maksimal," saran Ferryal. Caranya dengan latihan konsentrasi dan belajar menguasai diri. Pikiran yang menggebu-gebu hanya akan jadi gangguan. Jikapun bisa mencapai kepuasaan, sifatnya dadakan sehingga tingkat kepuasannya pasti jauh lebih rendah dibanding bila hubungan dinikmati tanpa keterburu-buruan. Bukan berarti suami-istri tak boleh melakukan hubungan seks secara cepat, lo.
"Kalau memang keduanya sama-sama sibuk hingga tak punya waktu untuk menikmati kebersamaan ini, ya, silakan saja," tukas Ferryal. Meski risikonya serba terburu-buru, toh, masih bisa cepat terangsang dan cepat pula orgasme. Hanya kepuasan yang diperoleh biasanya tak mendalam dan tak maksimal.
Julie/Th. Puspayanti