Uang Belanja, Kok, Dijatah

By nova.id, Kamis, 11 November 2010 | 17:07 WIB
Uang Belanja Kok Dijatah (nova.id)

Banyak, lo, istri yang enggak tahu gaji suaminya. Sampai-sampai uang belanja pun dijatah oleh suami.

Kisah seorang istri berikut ini adalah sebuah contoh nyata. Linda, sebut saja begitu, sudah 3 tahun menikah. Namun sejak menikah hingga sekarang, ia tak pernah tahu berapa besar gaji suaminya setiap bulan. "Saya cuma dikasih uang belanja setiap minggu 150 ribu. Sebelum krismon, saya dikasih 100 ribu. Pinter-pinternya saya, deh, gimana ngaturnya," tutur wanita 32 tahun ini.

Sebenarnya, Linda yang sejak menikah tak bekerja lagi, ingin sekali tahu penghasilan suaminya setiap bulan, namun ia tak berani menanyakannya. "Pernah sekali saya tanya, tapi dia malah marah. Katanya, saya nggak perlu tahu. Toh, segala kebutuhan saya sudah dia penuhi.

Memang, sih, meski dijatah setiap minggu, tapi kalau saya kekurangan, dia pasti ngasih meskipun ditanya dulu untuk apa," lanjutnya. Pendeknya, kendati ada ganjalan di dada, namun Linda tak terlalu mempersoalkan berapa besar gaji suaminya. Apalagi sang suami, akunya, tak pelit-pelit amat. "Kalau saya perlu uang, dia selalu memberi asalkan alasannya tepat," tambah ibu seorang putri berusia 1 tahun 8 bulan ini.

Boleh jadi, Linda masih beruntung ketimbang istri-istri lain yang selain dijatah suaminya -bahkan, tak sedikit istri yang dijatah harian- masih harus pontang-panting untuk menutupi kekurangan belanja harian lantaran suaminya tak mau tahu lagi. Perilaku suami yang demikian, ternyata banyak, lo, dijumpai. Soalnya, kata psikolog Widyarto Adi Ps., setiap lelaki memang punya kecenderungan untuk menggunakan uang seenaknya sendiri. Nah, lo!

ISTRI "MENTERI KEUANGAN"

Tapi sebenarnya, persoalan uang belanja yang dijatah ini, menurut Widyarto, lebih disebabkan tak adanya kedudukan yang setara antara suami-istri. "Suami tak percaya kalau istrinya mampu mengelola keuangan keluarga, sehingga ia berpikir istrinya tak perlu tahu berapa besar gajinya dan untuk keperluan sehari-hari keluarga, si istri dijatah, yang besarnya uang sudah ditentukan oleh suami," tuturnya.

Itulah mengapa, Widyarto menekankan, kesetaraan antara suami-istri sangat mutlak diperlukan agar pengelolaan keuangan di dalam keluarga menjadi lebih mudah. "Biasanya istri yang akan ditunjuk sebagai 'menteri keuangan' keluarga yang bertanggung jawab dalam mengelola gaji suami. Tentu dilakukannya secara terbuka dan transparan oleh suami maupun istri pada saat mengelolanya," paparnya. Dengan demikian, istri harus tahu berapa besar gaji maupun hasil sampingan suaminya.

"Kalau suaminya sering diundang jadi pembicara atau moderator, misalnya, sudah sewajarnya istri juga tahu berapa 'pasaran' suaminya di dunia seminar." Hal serupa juga harus dilakukan istri. "Bila istri punya sampingan, misalnya, bersama kawan berbisnis pakaian, suami pun harus tahu berapa gaji maupun hasil sampingan suaminya. "Kalau suaminya sering diundang jadi pembicara atau moderator, misalnya, sudah sewajarnya istri juga tahu berapa "pasaran" suaminya di dunia seminar." Hal serupa juga harus dilakukan istri.

"Bila istri punya sampingan, misalnya, bersama kawan berbisnis pakaian, suami pun harus tahu berapa pendapatannya." Soalnya, ketidakterbukaan dan ketidaksetaraan merupakan penyebab utama saling curiga di antara suami-istri. Kadang ada, kan suami ataupun istri yang mengeluarkan uang diluar kebutuhan anak-istri atau suaminya. Misalnya, harus membantu adik-adiknya yang masih sekolah karena ayahnya sudah lama pensiun atau membantu biaya hidup ibunya.

"Nah, itu semua harus sepengetahuan pasangan masing-masing. "Kalau tidak, akan menyebabkan mereka tak merasa enak jika dikemudian hari pasangan hidupnya mengetahui dan menganggapnya 'berselingkuh' uang". Hal ini dapat menjadi pemicu timbulnya pertengkaran di antara suami istri.

JADI KONSUMTIF