Jika Istri Dipelototi Pria Lain

By nova.id, Selasa, 9 November 2010 | 17:01 WIB
Jika Istri Dipelototi Pria Lain (nova.id)

Setelah saling mengutarakan isi pikiran, cobalah cari titik kompromi. Bisa jadi titik kompromi ini tidak memuaskan kedua belah pihak, tapi itu merupakan jalan tengah yang paling sedikit risikonya.

* Jangan main paksa

Bila pasangan belum mau mengubah persepsinya, jangan pernah memaksakan kehendak. Misalnya pasangan dipaksa melupakan rok mini yang selama ini menjadi "kostum kebesarannya". Dikhawatirkan pemaksaan seperti itu justru menimbulkan kepalsuan. Kalau ada suaminya dia akan menurut, tapi di belakangnya justru makin menjadi-jadi.

* Luruskan pandangan

Bisa jadi masalah ini muncul karena persepsi yang salah. Oleh sebab itu, luruskan persepsi tersebut. Misalnya rasa takut kehilangan bisa dinetralisir dengan berkata tegas, "Memang benar banyak orang yang melihat penampilan fisikku, tapi itu tidak berarti aku menjadi milik mereka, kan? Aku tetap istri/suami kamu terlepas dari pandangan semua orang." 

GANGGU KEHANGATAN RANJANG

Bisa jadi karena setiap hari merasa tubuh pasangan yang "aduhai" dijadikan santapan banyak mata, suami/istri lantas kehilangan gairah seksualnya. Benarkah demikian? "Sebenarnya tidak otomatis seperti itu," ungkap Clara.

Gangguan tersebut muncul karena secara psikologis pasangan tersebut merasa "ditinggal". "Tiap jalan berdua yang diperhatikan hanya salah satunya saja. Lama-lama akan muncul perasaan tidak nyaman dan akhirnya yang bersangkutan merasa terabaikan. Perasaan seperti ini bila dibiarkan terus-menerus bukan tidak mungkin akan berpengaruh pada kehidupan seksual mereka."

Kemungkinan lain adalah akan muncul perasaan tidak setara. Baru mau "menyentuh" sudah muncul perasaan minder, karena tubuh pasangannya terlihat sangat sempurna, sedangkan dia biasa-biasa saja. Akan muncul keragu-raguan dalam hati, "Jangan-jangan pasanganku tidak bisa menikmati bentuk tubuhku." Perasaan-perasaan seperti ini bila dibiarkan, dalam jangka panjang tentu akan memunculkan efek. Salah satunya adalah memudarnya kehangatan di atas ranjang.

Oleh sebab itu, saran Clara, kompromi merupakan jalan mutlak yang harus ditempuh oleh suami-istri. Jangan sampai komunikasi macet atau malah terputus hingga menimbulkan masalah yang sebenarnya tidak perlu muncul, seperti menurunnya gairah seksual tadi. Keindahan tubuh pasangan merupakan anugerah yang seharusnya disyukuri dan dinikmati. "Justru jadikan hal ini sebagai bonus yang bisa meningkatkan kualitas hubungan seksual dan bukan sebaliknya," tandasnya.

DULU TERTARIK KINI INGIN MENGUASAI

ADA juga kasus lain, sewaktu kenal pertama dulu suami/istri tertarik pada kondisi fisik pasangannya, entah karena keseksiannya atau kekekarannya. Yang bersangkutan sadar betul bahwa itu adalah "modal" yang membuat pasangannya dilirik banyak mata. Namun setelah menikah, suami/istri tentu saja tak rela lagi kalau kondisi fisik pasangannya masih "dinikmati" orang lain. "Itu namanya cinta yang obsesif. Ia ingin menguasai pasangannya sepenuhnya. Lo kalau sedang berjalan di tempat umum, apa iya orang lain tidak boleh melihat sama sekali?" tukas Clara. Di sinilah dibutuhkan kepercayaan dari kedua belah pihak. Dilihat boleh, disentuh jangan!

Marfuah Panji Astuti