Ini tingkat paling sulit karena anak harus membuat bangun/bentuk sendiri. Jadi, bentul-betul dituntut hanya mengandalkan imajinasinya. Misal, menggambar bebas, mencipta mobil balap dari lego atau membangun rumah dari balok-balok aneka warna.
Di sini anak dihadapkan pada pilihan kompleks semisal penggunaan warna dan bidang- bidang geometris. Kemudian, anak diharapkan bisa mengkomunikasikan hasil ciptaannya. Misal, "Ini rumahku. Ini tempat aku bobok. Ini tempat tidur Kakak. Di sebelah sini kamar Ayah dan Ibu. Kalau ini, garasi." Meski awalnya mungkin belum berstruktur atau terpola rapi, minimal anak sudah mencobakan kemampuan bahasanya dengan mengkomunikasikan hasil imajinasinya pada orang lain.
Dengan demikian, dalam patern making, anak bukan hanya dilatih keterampilan motorik halusnya, melainkan juga struktur kognitif dan perkembangan bahasanya. Saat ia membangun rumah dari balok-balok aneka warna, misal, struktur kognitifnya bisa dilihat dari caranya memadukan warna, menyesauaikan bentuk antara kanan dan
kiri, dan lainnya. Di sini ia belajar melihat segala sesuatu secara berstruktur, bahkan apa pun yang kelihatannya abstrak.
JANGAN MENYALAHKAN
Tentunya, agar si kecil sampai pada kemampuan tingkat tinggi, harus dimulai dari tingkat terendah (imitasi). Ini berarti ia harus mampu memegang pensil warna atau crayon, misal, agar bisa mewarnai bentuk-bentuk tertentu. Nah, jika caranya memegang benda-benda tersebut enggak betul, bagaimana ia bisa mewarnai dengan baik?
Ketua Program Studi PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta ini mengingatkan, jika di tingkat paling sederhana (imitasi) saja, kemampuan motorik anak tak terlatih dengan baik, maka di tingkat selanjutnya takkan optimal. Jadi, betapa penting latihan menggunakan tangan ini, ya, Bu-Pak. Misal, dengan mengajarkannya menjepit biji-bijian di antara kedua jarinya, lalu memasukkannya ke botol.
Membiarkan anak mencoret-coret juga salah satu cara melatih keterampilan tangannya. Umumnya, corat-coret dilakukan anak usia batita karena memang pada tahapan usia itu anak lagi senang-senangnya corat-coret. Sampai-sampai dinding rumah, pakaian, dan kaki-tangannya pun dicoreti. Tentu saat usia ini caranya memegang pinsil atau crayon masih salah. Nah, tugas kitalah untuk membetulkannya, tapi bukan dengan cara mencerca atau menyalahkan, "Bukan begitu pegang pensilnya, itu salah! Yang benar begini." Sebaiknya katakan, "Ayah bisa, lo, menggambar apa saja kalau pegang pensilnya begini." Jadi, dikasih contoh dengan cara halus, hingga anak pun tertantang untuk memegang secara benar. Begitu juga bila anak melakukan "kesalahan" saat mewarnai. Wajar, kok. Bu-Pak, jika anak usia prasekolah masih berantakan pewarnaannya karena keterampilan motorik halusnya memang belum sempurna. Itu sebab harus banyak dilatih.
Sikap menyalahkan, terang Hapidin, bisa membuat anak merasa dirinyalah yang paling benar. Kalau sudah begitu, ia akan ngotot mempertahankan caranya yang salah. Tak cuma itu, ia pun jadi belajar menyalahkan orang lain. Atau, ia malah jadi frustrasi lantaran kelewat sering disalahkan. Dampaknya, ia jadi tak termotivasi lagi untuk melakukannya. Makanya, tekan Hapidin, "jangan terlalu mempersoalkan kesalahan anak seolah dosa besar yang tak termaafkan."
LIBATKAN SEMUA JARI
Penting pula diperhatikan, dalam melatih keterampilan motorik halus, semua jari anak harus ikut dilatih. Jadi, saat ia dilatih menjepit biji-bijian, misal, bukan cuma ibu jari dan telunjuknya saja. Tangan yang digunakan pun harus keduanya, kiri dan kanan. Dengan demikian, ada keseimbangan antara tangan kanan dan kiri. "Bila tak ada keseimbangan, risiko akan sangat terasa ketika tangan kanan sakit/luka, sementara tangan kiri tak bisa dimanfaatkan sama sekali," jelas Hapidin.
Memang, diakui Hapidin, orang tua di negeri kita cuma mengajarkan anak menggunakan tangan kanan. Padahal, seharusnya ada keseimbangan antara tangan kanan dan kiriJadi, untuk hal-hal yang berkaitan dengan konteks budaya semisal tata krama, memang sudah seharusnya bila kita mengajarkan si kecil menggunakan tangan kanan. "Namun untuk hal-hal lain seperti mengerjakan tugas-tugas, kan, enggak harus pakai tangan kanan?" ujarnya.