Pendiam Bukan Berarti Tak Bisa Komunikasi

By nova.id, Senin, 9 Agustus 2010 | 17:56 WIB
Pendiam Bukan Berarti Tak Bisa Komunikasi (nova.id)

Jadi, orang yang merasa dirinya cerewet, perlu juga menahan diri untuk berperan sebagai pendengar agar komunikasi yang timbal-balik berjalan. Karena kalau dua-duanya berbicara terus tanpa ada yang mau mendengar, maka tak ada timbal-balik, sehingga tujuan atau maksud yang hendak dicapai tak terwujud karena tak ada kompromi.

Dengan demikian, konflik yang muncul dalam rumah tangga, tandas Livia, bukan terletak pada sifat pendiam atau cerewetnya pasangan. "tapi lebih sering timbul karena macetnya komunikasi." Tentunya, bila istri bicara terus tanpa mendengar, suami tentu akan jadi gedeg. Demikian juga kalau ada ganjalan, sebaiknya langsung dikomunikasi pada pasangannya. "Karena kalau konflik tak terselesaikan dengan baik, akhirnya malah membuat masalah jadi bertumpuk. Bukankah masing-masing punya interpretasi sendiri, sehingga harus dibicarakan untuk mencari titik temu. Jangan diam saja."

DAMPAK PADA ANAK

Yang tak boleh dilupakan, ingat Livia, komunikasi orang tua akan mempengaruhi anak juga, karena anak akan melihat dan merasakan dari apa yang dilihat. Namun demikian, ibu atau ayah pendiam tak perlu berkecil hati kalau-kalau balita kesayangan akan berkurang kesempatannya untuk berkomunikasi dengan Anda. "Tergantung bagaimana menanganinya.

Kalau si ibu merasa dirinya pendiam, perlu dipikirkan bagaimana agar bisa tetap berinteraksi dengan anak-anaknya." Anak belajar komunikasi, terang Livia, bukan hanya mendengarkan orang tuanya berbicara. Namun bisa juga lewat mendengarkan lagu, melihat program selektif di televisi atau membaca buku. Jadi, kalau si ibu merasa tak bisa omong banyak, ia bisa mengajak anak untuk membaca buku. "Atau bekerja sama dengan ayah, terlebih bila si ayah bukan tipe pendiam pula. Bila ibu menyebutkan satu benda, misalnya 'itu burung', lalu ayah memperluasnya dengan kalimat yang lebih panjang, misalnya 'itu burung bangau, kakinya panjang,paruhnya juga panjang'.

Pokoknya bekerja sama dan saling membantu di antara pasangan agar anak tetap berkembang secara optimal," papar Livia. Untuk memulai pembicaraan dengan anak dapat dilakukan dengan bertanya. Misalnya, bila anak baru datang dari bermain, tanyakan apa yang tadi dilihatnya, main dengan siapa, permainan apa, dan sebagainya. "Jadi, tak perlu khawatir bahwa orang tua pendiam tak dapat mengobrol dengan anak. Selalu saja ada cara untuk memulai," tandas Livia. Juga bila ayah dan ibu sama-sama pendiam pun tak jadi halangan untuk mengobrol dengan anak. "Meskipun tentunya butuh sedikit usaha. Misalnya, sebanyak mungkin menyiapkan alat peraga. Entah dengan memperbanyak poster-poster di rumah atau mendatangi tempat-tempat yang dapat memperkaya wawasan anak. Secara otomatis anak akan bertanya dan Anda tinggal menjawab dan menerangkan."

\

Namun orang tua yang cerewet pun tetap harus bisa menerapkan pola komunikasi untuk anaknya. "Karena anak dari pasangan cerewet belum tentu bisa mendapat manfaat dari kecerewetan orang tuanya." Kalau orang tuanya banyak omong, tapi tak mendengarkan anak, tak sensitif terhadap kebutuhan anak, ya, sama saja, anak tak mendapatkan apa-apa.

WASPADAI BAHASA TUBUH

Selain strategi berkomunikasi, penting pula diperhatikan bahasa tubuh dan komunikasi non verbal di depan anak. "Bisa saja anak tak mengerti isi pembicaraan orang tuanya, namun anak bisa merasakan dan melihat dari raut muka dan gerak tubuh ayah-ibu bila sedang marah," tutur Livia. Bila anak melihat ayah-ibunya marah-marah, misalnya, bisa saja ia jadi rewel dan panik. "Apalagi kalau si kecil selalu melihat ayah-ibunya berbicara dalam nada tinggi dan penuh cercaan, ia akan menirunya.

Ia akan belajar bahwa untuk mencapai tujuan, orang harus bicara dalam nada tinggi." Dari bahasa tubuh pula, anak bisa mengetahui apakah orang tuanya menyayangi atau tidak. "Itu yang lebih penting, bukannya dari banyaknya bicara atau tidak." Selain itu, lewat komunikasi non verbal, rasa percaya diri anak pun bisa tumbuh. "Karena orang tua pendiam pun asalkan jadi pendengar yang baik akan membuat anak berkembang sehat. Misalnya, dengan memberikan perhatian dan mendengar keluhan-keluhan anak." Namun demikian, anak lebih senang kalau komunikasi dengan ayah dan ibunya tak terputus. Jadi, pesan Livia, sekalipun ayah-ibu pendiam, hendaknya jangan terlalu pendiam di depan anak. "Sehingga tak menimbulkan kesan, hanya salah satu pihak saja yang dominan."  

Santi Hartono/nakita