Setiap pernikahan adalah proses menyatukan dua individu berbeda sehingga dapat dikatakan sebagai proses adaptasi yang tidak mudah. Bila pasangan yang dinikahi berlatar belakang budaya jauh berbeda (pola komunikasi, bahasa, kebiasaan, pola pikir, pandangan, selera), tentu membuat tantangan terasa lebih berat dan banyak lagi rentan terjadi perselisihan.
"Tak perlu beda bangsa, setiap pasangan yang baru menikah pasti akan menemukan perbedaan. Namun, semuanya pasti bisa dibicarakan dan dicarikan jalan keluar," demikian yang dipaparkan psikolog Nisfie M.H. Salanto, Psi dari LPTUI (Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia).
Lebih lengkapnya ikuti tips menjaga hamonisasi hubungan dengan pasangan berbeda bangsa berikut!
Utamakan Bahasa dan Budaya
Mengapa bahasa menjadi penting? Pertama, kesulitan mengungkap maksud maupun kesalahan dalam penggunaan kata bisa membuat pasangan salah mengerti. Ingat, bahasa juga merupakan produk budaya. Setiap suku atau bangsa memiliki kebiasaan dalam penggunaan bahasa, terutama dalam bahasa percakapan. Kita tidak bisa hanya mengalihbahasakan kata-kata ke dalam bahasa asing. Di beberapa kalimat, kata yang digunakan dapat memiliki perbedaan makna.
Kedua, penyampaian dengan logat, intonasi, ritme dan sikap bicara yang kurang tepat, juga bisa mendatangkan penafsiran yang salah oleh pasangan.
Kuncinya, pahami cara berkomunikasi verbal dan non-verbal dengan baik. Pandai-pandailah memahami makna dan cara penyampaian yang baik sesuai dengan bahasa yang digunakan.
Ingat, komunikasi sangat penting karena merupakan jembatan utama untuk mengatasi perbedaan. Bila perlu, sebelum memutuskan untuk menikah, pelajari baik-baik bahasa yang memersatukan Anda dengan pasangan.
Prinsip Sampai Sepele
Anda mungkin terkaget-kaget dengan pasangan yang gemar bicara blak-blakan, tidak senang dengan pasangan yang suka bangun kesiangan, merasa bingung memenuhi selera makan pasangan.
Semua perbedaan ini memang bisa saja terjadi pada pasangan beda bangsa, namun jika masalah yang dihadapi bukan prinsip (misal, agama) masih dapat dicari kesepakatan. Masalah selera makan, itu hanya masalah penyesuaian. Jika komunikasi bagus, umumnya bisa selesai dengan pola komunikasi yang baik dengan pasangan.