Bila Istri Kabur Dari Rumah (1)

By nova.id, Selasa, 8 Juni 2010 | 17:40 WIB
Bila Istri Kabur Dari Rumah 1 (nova.id)

KEDEKATAN PSIKOLOGI

Bagaimana pun, kata Sukiat, purik bukanlah jalan keluar terbaik dari penyelesaian masalah. "Justru dengan lari dari rumah, akan sulit untuk menyelesaikan yang ada." Sukiat menjelaskan, jika hubungan fisik sudah jauh, "Hubungan batin pun sulit dijalin." Padahal dalam hubungan suami-istri, hubungan fisik mutlak perlu. "Kedekatan fisik membuat terciptanya pertemuan psikologis. Kalau fisiknya sudah jauh, maka psikologisnya juga enggak bakalan dekat.

Ia memberi contoh, kendati hati sedang kesal, namun dengan adanya kedekatan fisik, nanti pun akan tumbuh kedekatan psikologis. Sebab, kata Sukiat, lama-lama suami-istri akan saling memahami, "Oh, dia ternyata orangnya begini, toh." Dengan demikian akan terjadi perubahan.

Lagipula, tambah Sukiat, kalau suami istri berjauhan, segala kemungkinan bisa saja terjadi. Misalnya, bertemu orang lain yang bisa memahami dirinya, sehingga terjadilah perselingkuhan. "Bukankah PIL kadang hadir bukan hanya karena ketertarikan seks semata? Kebersamaan dan kedekatan kadang membuat jadi magnit. Makanya, untuk suami-istri lebih baik saling berdekatan saja.

ATUR EMOSI

Tentunya untuk bisa menyelesaikan masalah, masing-masing pihak harus lebih dulu meredam emosinya. "Jika sedang emosi, kita biasanya hanya melihat kejelekan pasangan. Karena itu, perlu mengatur emosi." Caranya, bisa dilakukan dengan pendekatan agamawi. Entah itu salat atau berdoa. "Kalau salat atau doanya khusyuk, pasti akan menurunkan emosi.

Berikut, cobalah berpikir positif. Carilah satu titik positif dari pasangan. "Lalu renungkan. Nah, lama-lama akan banyak kebaikan yang kita ingat dari pasangan. Akhirnya emosi kita pun teredam." Nah, kalau emosi sudah redam, biasanya rasio akan jalan.

Setelah itu, yang tak boleh dilupakan ialah kemampuan untuk mau mendengar. "Orang yang lagi emosional, maunya hanya didengarkan dan tak mau mendengarkan. Sehingga sering dikatakan egois." Jadi, tandas Sukiat, kalau memang ingin menyelesaikan masalah, keduanya harus mau saling mendengarkan apa yang diinginkan oleh pasangannya. Ingat, suami/istri punya andil terhadap setiap masalah yang ada.

Selain mau mendengarkan, suami-istri juga harus mau berbicara secara terbuka. "Ungkapkanlah semua isi perasaannya. Jangan kejengkelan dipendam saja." Dengan demikian, si pasangan jadi memahami apa maunya suami/istri sehingga akhirnya jadi saling memahami tentang yang diinginkan masing-masing pihak.

Yang tak kalah penting ialah mengingat tujuan dari perkawinan mereka. "Untuk apa kawin? Apakah perkawinannya mau sampai kakek-nenek atau tidak? Nah, kalau ingat tujuannya, biasanya apa pun akan dipertahankan. Jadi, kalau ada kendala yang menghadang di tengah jalan pun akan diselesaikan karena konsentrasinya ke tujuan. Masalah-masalah yang ada, akan jadi tantangan baginya." 

Bila perlu, anjur Sukiat, gunakan orang ketiga yang dihormati. Siapa tahu dengan adanya pihak ketiga yang bersedia mendamaikan, maka penyelesaian akan lebih mudah. Namun tentu saja kedua belah pihak harus sama-sama punya itikad untuk menyelesaikan masalahnya.

bersambung

Indah Mulatsih/nakita