Gemar Buka-Buka Dompet

By nova.id, Minggu, 16 Januari 2011 | 17:01 WIB
Gemar Buka Buka Dompet (nova.id)

Jangan menganggapnya lancang apalagi berniat mencuri. Perilakunya itu merupakan bagian dari proses perkembangannya. Jadi, wajar saja, ya, Bu-Pak.

Rasanya tak ada anak usia batita yang tak pernah bongkar-bongkar dompet/tas orang tuanya maupun orang lain semisal tamu. Kebanyakan orang tua cenderung memandang negatif perilaku tersebut. Dianggapnya, tak sopan dan lancang. Bahkan, ada pula yang sampai berpikir anak berniat mencuri. Tak heran bila orang tua malunya bukan main kala anaknya "ketangkap basah" buka-buka dompet/tas orang lain.

Padahal, kita sebenarnya tak perlu malu, apalagi sampai berpikiran negatif. Soalnya, "batita masih benar-benar polos. Niatnya buka-buka dompet atau tas sama sekali bukan lantaran ia lancang, apalagi mengarah pada keinginan mencuri. Anak usia ini, kan, belum mengerti nilai uang, konsep besar-kecil, maupun penting dan berharga atau tidak," terang Yohana Ratrin Hestyanti, Psi. dari Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Jakarta. Jadi, enggak fair, ya, Bu-Pak, bila kita menuduhnya demikian.

Perilaku buka-buka dompet/tas, menurut psikolog yang akrab disapa Jo ini, disebabkan anak usia ini punya dorongan kebutuhan bereksplorasi yang sangat besar. "Saking besarnya dorongan ini, ia tak mempedulikan lagi apa objeknya. Semua hal dijadikannya sasaran bereksplorasi, termasuk dompet dan isinya." Pokoknya, sepanjang objek itu dianggap menarik, ia pasti ingin tahu lebih jauh tentang benda pilihannya itu. Entah dengan memegang, meraba, membuka, memencet, mendorong, menjatuhkan, atau membongkar. Itulah mengapa, dompet/tas tamu pun jadi sasaran eksplorasinya.

Selain itu, dorongan bereksplorasi juga tak kenal tempat dan waktu. Hingga, di mana pun dan kapan pun, jika ia sudah tertarik pada suatu benda, ia langsung mengutak-atiknya. Sampai-sampai, saat kita bertamu atau kedatangan tamu pun, ia bisa saja melakukan "kegemaran"nya buka-buka dompet/tas.

GALI RASA INGIN TAHUNYA

Jadi, Bu-Pak, perilaku si kecil yang demikian wajar adanya. Justru bila kita memahami kebutuhan anak usia ini semata-mata untuk bereksplorasi, anak jadi memperoleh banyak masukan dan keuntungan. "Paling tidak, kalau aware, kita akan berusaha memahami proses perkembangan anak. Termasuk mengenali ia memang tak berniat usil, apalagi mencuri karena ia hanya tengah memasuki fase untuk menggali pengetahuan seluas-luasnya," tutur Jo.

Dengan demikian, sikap positif kita makin merangsang si kecil bereksplorasi secara sehat. Hingga, kita pun tak serta merta menghardik, "Enggak boleh!" kala ia menggeratak dompet/tas, melainkan mencoba mengkomunikasikannya, "Adek sedang apa? Dompet Bunda bagus, ya? Adek suka? Adek lagi cari apa, sih, di situ?" Jadi, kita berupaya menggali rasa ingin tahunya sekaligus "mendorong"nya bahwa tindakannya buka-buka dompet bukan kesalahan.

Baru kemudian secara perlahan, terlebih jika usianya sudah 1,5 tahun, kita kenalkan ia pada konsep kepemilikan, "Ini, kan, dompet Bunda, bukan punya Adek." Jangan lupa, anak usia ini belum mengerti konsep kepemilikan. Itulah mengapa, kita tak boleh mengatakan "kegemaran"nya ini sebagai tindakan lancang atau tak sopan.

MINTA MAAF

Tentu ia harus diajarkan pula, ada hal-hal tertentu yang tak boleh dilakukannya semisal merusak. Jadi, kala ia mulai menunjukkan keinginan menekuk-tekuk KTP atau SIM, misal, kita harus memberinya peringatan, "Eit, enggak boleh, Sayang. Nanti rusak."

Tapi jangan gunakan nada tinggi atau keras saat mengingatkannya, ya, Bu-Pak. Jangan pula panik atau heboh saat melihat ia menggeratak. "Bila kita teriak, ia pasti kaget atau malah menangis," ujar Jo. Dampaknya buruk, lo, buat si kecil bila kita kerap lepas kontrol seperti itu. "Anak jadi merasa tak nyaman dan takut."