Jangan Biarkan Ia Merebut Milik Orang Lain

By nova.id, Senin, 10 Januari 2011 | 17:01 WIB
Jangan Biarkan Ia Merebut Milik Orang Lain (nova.id)

Yang tak kalah penting, kembangkan diskusi hangat dalam keluarga dan biasakan anak mengutarakan keinginannya. "Ajari anak untuk mengenali keinginan dan kebutuhannya. Dari situ, ia bisa digiring untuk mengerti mana yang harus dipenuhi segera dan mana yang bisa ditunda, hingga ia pun terbiasa menahan diri untuk tak merebut milik orang lain sekalipun sangat menginginkannya," tutur Itje.

MODEL BUAT ANAK

Tapi jangan harap si kecil langsung berubah, ya, Bu-Pak. Soalnya, mengenalkan konsep kepemilikan dengan segala aspeknya seperti diurai di atas, bukan hal mudah; butuh waktu dan kesabaran. Itulah mengapa, pengenalannya harus dilakukan secara perlahan dan anak pun harus diingatkan terus-menerus.

Temperamen dan kemampuan daya tangkap anak juga berpengaruh, lo. Ada yang cepat menerima, namun tak sedikit pula yang perlu waktu dan butuh kasus untuk belajar dari pengalaman. Jadi, kita pun harus mengenali sifat/karakter dan tahu selera anak. Lewat pengenalan ini setidaknya kita bisa mengantisipasi perilaku anak semisal mainan apa yang sangat didambakannya, kapan ia berbaik hati meminjamkannya pada teman, dan kapan pula saatnya ia tak bisa diganggu gugat.

Tak kalah penting, kita harus jadi contoh buat anak. Jangan lupa, orang tua adalah model atau sosok peniruan buat anak. "Apa yang dilihat, direkam, dan dipelajari anak dari orang tua, itulah yang ditiru dan diterapkan dalam interaksinya dengan lingkungan." Jadi, ingat Itje, jangan ngebos dan menganggap diri paling berkuasa di rumah, ya, Bu-Pak, lantas bersikap seenaknya.

Selain itu, dituntut konsistensi dan kesamaan cara mendidik antara ayah dan ibu. Bila ibu melarang, misal, sementara dengan enteng, ayah bilang, "Nggak apa-apalah, anak kecil ini!", atau "Udah, deh, belikan ajalah daripada rewel.", si kecil akan bingung, mana yang harus dituruti. Ia pun tak bisa mengakui otoritas orang tuanya atau malah memanfaatkan salah satu pihak yang dianggapnya lemah. Akibatnya, perilaku main rebut jadi terus berkembang.

Nah, Bu-Pak, kini sudah ketemu solusinya, kan?

Th.Puspayanti/nakita