Lewat Belanja Si Kecil Belajar Banyak

By nova.id, Senin, 20 Desember 2010 | 17:01 WIB
Lewat Belanja Si Kecil Belajar Banyak (nova.id)

Bila orang tua merasa terpaksa atau terburu-buru, saran Jo, lebih baik anak ditinggal saja di rumah kalau memang memungkinkan. "Apalagi bila ada kegiatan lain yang lebih menyenangkan dan membuat anak lebih nyaman." Soalnya, suasana hati ibu maupun anak harus sama-sama oke atau tak uring-uringan agar suasana tak jadi rusak. "Begitu pula bila anak dalam kondisi tak sehat atau enggak fit dan sedang rewel," lebih baik ditinggal saja, deh, di rumah. Nanti sakitnya malah jadi kepanjangan, lo. Jadi, Bapak-Ibu, juga harus cermat dan tepat menilai, apakah si kecil siap atau tidak diajak belanja, ya.

Mengenai frekuensi, menurut Jo, sangat relatif dan tergantung kebutuhan. Jadi, enggak harus selalu kala orang tua memang sedang ada kebutuhan belanja, ya, Bu-Pak. Toh, pengalaman belanja di pasar swalayan maupun tradisional bisa dikaitkan juga dengan refreshing sebagai sesuatu yang fun buat anak. Tentu saja sepanjang kondisinya memungkinkan, "minimal ada waktu panjang semisal di akhir pekan." Harus diingat juga agar tak terlalu lama hingga meletihkan karena cuma akan membuatnya jadi bosan, rewel, dan tak tertarik lagi pada apapun juga yang dilihatnya. Untuk mengantisipasinya, saran Jo, berbagi tugaslah dengan pasangan, selain membawakan mainan atau makanan kesukaannya.

 Julie

BILA SI KECIL "NODONG" MINTA MAINAN

Sering, kan, si kecil bersikap begitu kala diajak berbelanja? Sebenarnya, tutur Jo, hal ini terkait dengan pembiasaan orang tua terhadap anak sejak awal. "Bila selama ini setiap kali anak menangis atau minta apa-apa selalu diberikan dan sama sekali tak ada usaha orang tua untuk mengontrol bahwa tak semua keinginan anak harus dipenuhi, maka anak akan terbiasa memaksakan keinginannya saat itu juga." Sama halnya bila setiap kali ia menangis lalu dicarikan penggantinya semata-mata agar jangan menangis, ia pun cenderung memanfaatkan tangisannya untuk menuntut dan terus menuntut.

Tak demikian halnya bila anak terbiasa dilatih untuk mengetahui bahwa tak semua keinginannya harus dan bisa dipenuhi. Ia akan mudah menerima kenyataan ketika dijelaskan dengan sederhana, "Sekarang Mama bawa uangnya hanya cukup untuk membeli kebutuhan keluarga kita. Jadi, nggak cukup kalau harus beli mainan juga. Adek, kan, sebetulnya juga sudah punya banyak mainan di rumah. Gimana kalau kita belinya nanti pas ulang tahun Adek?"

Alangkah baiknya bila orang tua juga menanggapi ketertarikan anak terhadap sesuatu benda/mainan dengan pengenalan lebih jauh tentang benda/mainan itu. Misal, "Oh, ini namanya robot tapi bisa diubah-ubah jadi mobil dan kotak pinsil." Tapi jangan ditambah dengan tawaran, "Kamu mau?", ya, Bu-Pak, bila kondisi keuangan memang tak memungkinkan. Soalnya, konsekuensi dari menawarkan memang harus membelikan jika anak mengiyakannya. Jadi, bersikap realistis sajalah. Jangan kelewat mengiming-imingi bila tak bisa memenuhi.

Sementara kalau anak minta makan di luar, menurut Jo, boleh saja sekali-sekali. Tapi kalau setiap kali diajak belanja terus minta makan di luar, tentu sudah nggak sehat lagi, apapun alasannya. Ingat, lo, kendali ada di tangan orang tua. Jadi, kalau Anda mau membiasakan, maka Anda sudah harus memperhitungkan risikonya, ya, Bu-Pak.

BIARKAN SI KECIL MENCOBA NAIK ESKALATOR

Tapi jangan dipaksa, ya, Bu-Pak. Apalagi jika ia takut. Sebaliknya, bila ia yakin tak mau kalah dengan kemampuan kakaknya, misal, "pastikan proses pelatihan itu ada dalam pengawasan orang tua sampai orang tua merasa yakin ia sudah bisa dilepas sendiri," anjur Jo. Jika ia tetap nekad melakukannya sendiri sementara Anda belum yakin, "Anda berhak 'memarahi'nya asalkan disertai penjelasan." Misal, "Adek belum bisa sendiri dan harus latihan dulu." Ingat, lo, anak usia ini belum menyadari bahaya akibat kenekatannya. Jadi, Anda harus tegas namun jangan sampai membuatnya "memelihara" ketakutan secara berlebihan. Selain itu, jangan lupa memberinya tantangan agar bisa melakukannya pada kesempatan lain, ya, Bu-Pak.

HATI-HATI, SI KECIL BISA TERPISAH ATAU TERSESAT

Tanggung jawab kita atas keamanan dan keselamatan anak sangat penting saat mengajaknya berbelanja. "Perhatian orang tua tak boleh lepas dari anak, sekalipun sibuk melihat-lihat atau memegang belanjaan atau benda yang ditawarkan," kata Jo. Di pasar tradisional yang los dan gangnya biasanya becek serta dipadati orang belanja, lebih baik si kecil digendong dan didekap erat.