Melatih Anak Memilih Sendiri

By nova.id, Jumat, 17 Desember 2010 | 17:01 WIB
Melatih Anak Memilih Sendiri (nova.id)

Seringkali orang tua menjadi pengambil keputusan buat anak karena dianggapnya anak belum tahu apa-apa. Padahal, sejak kecil anak justru harus dilatih memilih sendiri karena merupakan bekal dalam mengambil keputusan penting saat dewasa kelak.

Jadi, Bu-Pak, bila si kecil tak pernah dilatih memilih sendiri, kelak ia akan sulit dalam mengambil keputusan-keputusan yang lebih besar. Soalnya, tutur dra. Betty DK Zakianto, MPsi., ia tak pernah merasa yakin dengan kemampuannya, ragu pada dirinya, dan tak pernah bisa mengambil inisiatif. "Penghargaan pada dirinya jadi kurang karena ia tak yakin dirinya sebenarnya mampu."

Tentunya keadaan demikian akan mempengaruhi kariernya kelak. Bila di tempat kerjanya nanti ia mempunyai bos yang bisa memahaminya, sih, enggak masalah; tapi kalau ia ketemu atasan yang menuntutnya harus bisa mengambil keputusan dengan cepat, maka keadaan ini akan mempengaruhi prestasi kerjanya.

Bisa-bisa ia tak pernah dipromosikan untuk menduduki jenjang karier lebih tinggi, sehingga kariernya pun tak berkembang. Dalam pergaulan dengan teman-teman, ia akan selalu mengekor pendapat temannya terus, tak pernah berinisiatif secara spontan; apa-apa terserah pendapatnya.

"Kalau terus-menerus begitu, teman-temannya, kan, akhirnya juga akan jengkel; ini, kok, plinplan banget, sih." Jadi, perkembangan konsep dirinya pun akan semakin negatif karena ia selalu menganggap dirinya rendah atau kurang.

SABAR DAN SIAP MENTAL

Itulah mengapa, Betty menekankan, anak harus diajarkan dan dilatih memilih atau mengambil keputusan sendiri. Selain, kemampuan tersebut memang tak begitu saja dimiliki anak sejak lahir, melainkan harus diajarkan dan dilatih. "Orang tua harus terus-menerus mengajari dan melatihnya dalam kegiatan keseharian di rumah."

Tentu saja, ini bukan pekerjaan mudah, "dibutuhkan kesabaran tersendiri dalam membantu anak membuat keputusan atas pilihannya." Apalagi tak jarang, kala kita meminta ia memilih, mikirnya lama sekali. Selain, dibutuhkan pula kesiapan mental orang tua untuk memberi kesempatan anak.

"Banyak, lo, orang tua yang tak siap, terlalu cemas, dan khawatir anaknya tak bisa membuat keputusan yang benar, sehingga akhirnya orang tualah yang membuat keputusan atas pilihan tersebut."

Ketidaksiapan orang tua juga disebabkan anggapan bahwa anak masih kecil sehingga belum tahu apa-apa, jadi belum waktunya membuat keputusan sendiri. Terlebih lagi, sejak zaman dulu, kala orang tua masih kecil pun selalu diputuskan oleh orang tuanya. Tak heran bila setelah besar dan punya anak, hal itu pula yang dilakukannya pada sang anak.

Tak jarang pula, sikap orang tua sebagai pengambil keputusan bagi anak didasari oleh harapannya. "Orang tua mengharapkan apa yang ia inginkan akan dilakukan oleh anaknya," tambah dosen pada Fakultas Psikologi UI ini.Padahal, orang tua seharusnya sadar dan bisa mengendalikan diri bahwa anaknya bukanlah dirinya.

MELALUI KEGIATAN SEHARI-HARI