Manusia adalah makhluk bertulang belakang yang berjalan tegak, sehingga tulang belakang laiknya menjadi penyangga tubuh. Oleh karena itu, selama masa hidupnya, setiap orang pasti pernah mengalami sakit pada bagian belakang tubuhnya (back pain), mulai leher sampai pinggang. Yang membedakan adalah berat ringan dan intensitasnya. Pada wanita, kesehatan tulang belakang dipengaruhi hormon dan faktor kesuburan. Misalnya osteoporosis pada wanita menopause, di mana pada saat itu terjadi gangguan keseimbangan hormon.
Oleh karena itu, "Jika kita bisa mengoptimalkan, tidak hanya tulang belakang tetapi juga otot-ototnya, maka fungsi tulang belakang sebagai tiang tubuh sebagian akan diambil-alih oleh otot-otot yang kuat ini," kata Dr. Agus Yunianto, Sp.BS, Spesialis Bedah Saraf dari SW Rehabilitation Center, Jakarta. Makanya, pada orang-orang yang terlatih, misalnya olahragawan, kecil kemungkinannya terjadi gangguan pada tulang belakang.
Namun secara fisiologis, seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh manusia semakin menurun. Salah satunya tulang belakang yang bentuknya beruas-ruas dengan bantalan di antara tulang yang satu dengan tulang lainnya. Di bagian belakang tulang terdapat saraf dengan cabang-cabang ke ujung bagian tubuh. Di bagian leher dengan cabang-cabang ke tangan, sementara di bagian pinggang cabang-cabangnya ke kaki. Di kanan-kiri tulang belakang terdapat banyak otot yang memegangi tulang belakang.
Dan, sebagai makhluk berdiri tegak, maka secara gravitasi, tulang yang paling berat menopang adalah tulang nomor 4, 5, dan 5S1 di bagian pinggang dan paling sering mengalami kelainan. Sementara pada leher, tulang yang paling berat menopang kepala adalah leher nomor 5 dan 6.
Bantalan Menipis
Ada tiga bagian tulang belakang yang bisa terganggu, yaitu motorik, sensorik, dan otonom. Gejala gangguan motorik misalnya terjadi kelemahan. "Tangan lemah sebelah, tidak kuat mengangkat beban, tidak mampu mengancingkan baju, dan sebagainya. Ini pertanda bahwa kekuatan otot sudah lemah dan bahkan bisa terjadi kelumpuhan," jelas Agus.
Gejala gangguan sensorik misalnya kesemutan, baal, dan rasa panas. Sementara gangguan fungsi otonom yang merupakan fungsi saraf yang tidak kita sadari tapi bisa kita kendalikan meliputi tidak bisa buang air kecil atau tidak bisa BAB, bahkan tidak bisa ereksi.
Sumber Nyeri
Salah satu problem tulang belakang yang juga paling sering muncul adalah bantalan yang mengalami penipisan sehingga kemampuannya makin menurun. "Dalam kondisi normal, isi bantalan seperti gel (cairan kenyal yang banyak mengandung air), yang berfungsi sebagai peredam. Sehingga pada saat kita bergerak, lari, lompat, ia mengalasi tulang dan tulang dengan enak. Kalau ia mengalami penurunan fungsi (degeneratif), maka jumlah cairan berkurang dan lama-lama jadi agak keras, bahkan sampai keras sekali," lanjut Agus.
Akibatnya, bantalan ini bisa menonjol keluar atau disebut herniated nucleus pulposus (HNP), yaitu tonjolan bantalan yang menekan akar saraf sehingga menimbulkan rasa nyeri atau kerap disebut dengan saraf terjepit. Gangguan lain adalah penebalan facet (hipertrofi) yang juga menimbulkan rasa nyeri. Facet terdapat pada bagian belakang hubungan tulang dengan tulang. Facet ini bisa menebal sehingga tidak punya kelenturan untuk bergerak, sehingga timbul rasa sakit.