Nyeri Tulang Belakang Tak Selalu Harus Operasi

By nova.id, Senin, 27 Juni 2011 | 23:54 WIB
Nyeri Tulang Belakang Tak Selalu Harus Operasi (nova.id)

Nyeri pada tulang belakang juga bisa disebabkan oleh penyakit seperti ginjal atau kanker yang sudah menyebar. Pada kanker, rasa nyeri sangat terasa dan bersifat lokal. Ini berbeda dengan nyeri pada saraf terjepit yang bersifat dihantarkan (radicular pain). "Saraf itu ada alirannya. Misalnya saraf dari tulang leher bisa sampai ke bahu, ke siku, ke telapak kaki (dermatom). Nah, kita bisa menelisik, nyerinya sampai di mana dan dari mana," lanjut Agus.

Sumber nyeri juga bisa diketahui dari rasa nyeri itu sendiri. Misalnya nyeri karena tulang bergeser biasanya muncul pada saat seseorang mengubah posisi, misalnya dari tidur ke duduk. Ini karena tulang tidak kuat atau stabil. Nyeri karena tulang yang menebal biasanya muncul setelah kita beraktivitas selama beberapa saat. Misalnya setelah berjalan kaki sejauh 50 meter, kemudian muncul nyeri dan kaki seperti tidak punya kekuatan.

Pain Management

Gejala gangguan pada tulang belakang yang paling mudah dan sering muncul memang nyeri. Namun, orang sering menganggap remeh dan hanya minum obat pereda nyeri. "Padahal, kalau urusannya sudah di daerah tulang belakang, sebaiknya dicari penyebab nyerinya, apalagi pada usia 40 tahun ke atas. Minum obat saja tidak menyelesaikan masalah. Gejalanya hilang tetapi sumber nyeri tidak diketahui. Padahal, obat juga punya efek negatif," kata Agus.

Untuk mengatasi nyeri dilakukan pain management, yaitu tindakan untuk mencari sedetail mungkin sumber nyeri dan dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi nyeri tersebut. Selama ini,  ada anggapan atau ketakutan di masyarakat bahwa nyeri karena saraf terjepit pasti harus dioperasi yang bisa melumpuhkan. "Itu salah. Dengan pain management, nyeri dikelola supaya hilang atau bisa dikurangi, tidak harus dengan operasi," jelas Agus lagi. Bahkan, 80 persen pasien dengan nyeri di tulang belakang (leher, punggung sampai pinggang) bisa sembuh tanpa operasi.

Ini karena sebagian besar nyeri dikarenakan penyakit degeneratif biasa. Mungkin hanya dengan mengubah sikap atau kebiasaan, seperti kebiasaan duduk atau posisi tidur yang salah. Bisa juga karena overweight, sehingga secara gravitasi tulang belakang menahan beban tubuh yang lebih berat. Kebiasaan lain seperti merokok juga bisa membuat tulang keropos, begitu juga olahraga yang salah.

Sesuai Indikasi

Setelah sumber nyeri ketahuan, kemudian dilihat apakah tindakan operasi diperlukan atau tidak. Kalau tidak, maka tindakan pertama misalnya memperbaiki postur. Pada fase akut, bisa diberikan obat-obatan karena nyeri akan membuat kualitas hidup terganggu. Setelah itu dilanjutkan dengan fisioterapi dengan alat-alat khusus yang terdapat di tempat terapi tulang punggung, misalnya dengan alat 3D Newton. Fisioterapi bertujuan untuk melatih otot-otot di tulang belakang supaya kuat. Sementara untuk maintenance jangka panjang, bisa dengan melakukan olahraga seperti berenang.

"Kalau dengan cara konservatif seperti ini nyeri membaik dan hilang, ya diteruskan. Tapi, kalau masih sakit, akan dievaluasi lagi. Kalau perlu dengan pemeriksaan penunjang, misalnya CT Scan atau MRI," lanjut Agus. Setelah itu di-cross-check antara apa yang dirasakan pasien dengan pemeriksaan penunjang tadi. Kalau ternyata memerlukan tindakan operasi, dipilih-pilah lagi, dari yang paling ringan seperti endoskopi, sampai yang radikal seperti pemasangan pen untuk tulang yang bergeser.

Dengan cara-cara ini diharapkan nyeri pada tulang belakang bisa dihilangkan. Yang jelas, semuanya harus sesuai indikasi. "Kalau memang nyerinya karena penonjolan bantalan, tidak perlu sampai pasang pen, cukup diambil tonjolannya," jelas Agus.

Kalau ternyata ada tonjolan dan salurannya menyem pit, maka dilebarkan dan diganjal dengan semacam pengganjal supaya tidak menyempit lagi. Semua prosedur ini dilakukan dengan bedah mikro, artinya dengan sayatan kecil, luka operasi kecil, hanya sedikit merusak jarigan yang normal, dan mempertahankan sebagian besar fungsi organ yang ada, penyembuhan yang cepat, dan kemungkinan komplikasi yang kecil.

 Hasto Prianggoro