Nyeri Tulang Belakang Tak Selalu Harus Operasi

By nova.id, Senin, 27 Juni 2011 | 23:54 WIB
Nyeri Tulang Belakang Tak Selalu Harus Operasi (nova.id)

Nyeri Tulang Belakang Tak Selalu Harus Operasi (nova.id)
Nyeri Tulang Belakang Tak Selalu Harus Operasi (nova.id)

"Foto: Dok SW Rehabilitation Center "

Manusia adalah makhluk bertulang belakang yang berjalan tegak, sehingga tulang belakang laiknya menjadi penyangga tubuh. Oleh karena itu, selama masa hidupnya, setiap orang pasti pernah mengalami sakit pada bagian belakang tubuhnya (back pain), mulai leher sampai pinggang. Yang membedakan adalah berat ringan dan intensitasnya. Pada wanita, kesehatan tulang belakang dipengaruhi hormon dan faktor kesuburan. Misalnya osteoporosis pada wanita menopause, di mana pada saat itu terjadi gangguan keseimbangan hormon.

Oleh karena itu, "Jika kita bisa mengoptimalkan, tidak hanya tulang belakang tetapi juga otot-ototnya, maka fungsi tulang belakang sebagai tiang tubuh sebagian akan diambil-alih oleh otot-otot yang kuat ini," kata Dr. Agus Yunianto, Sp.BS, Spesialis Bedah Saraf dari SW Rehabilitation Center, Jakarta. Makanya, pada orang-orang yang terlatih, misalnya olahragawan, kecil kemungkinannya terjadi gangguan pada tulang belakang. 

Namun secara fisiologis, seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh manusia semakin menurun. Salah satunya tulang belakang yang bentuknya beruas-ruas dengan bantalan di antara tulang yang satu dengan tulang lainnya. Di bagian belakang tulang terdapat saraf dengan cabang-cabang ke ujung bagian tubuh. Di bagian leher dengan cabang-cabang ke tangan, sementara di bagian pinggang cabang-cabangnya ke kaki. Di kanan-kiri tulang belakang terdapat banyak otot yang memegangi tulang belakang.

Dan, sebagai makhluk berdiri tegak, maka secara gravitasi, tulang yang paling berat menopang adalah tulang nomor 4, 5, dan 5S1 di bagian pinggang dan paling sering mengalami kelainan. Sementara pada leher, tulang yang paling berat menopang kepala adalah leher nomor 5 dan 6.

Bantalan Menipis

Ada tiga bagian tulang belakang yang bisa terganggu, yaitu motorik, sensorik, dan otonom. Gejala gangguan motorik misalnya terjadi kelemahan. "Tangan lemah sebelah, tidak kuat mengangkat beban, tidak mampu mengancingkan baju, dan sebagainya. Ini pertanda bahwa kekuatan otot sudah lemah dan bahkan bisa terjadi kelumpuhan," jelas Agus.

Gejala gangguan sensorik misalnya kesemutan, baal, dan rasa panas. Sementara gangguan fungsi otonom yang merupakan fungsi saraf yang tidak kita sadari tapi bisa kita kendalikan meliputi tidak bisa buang air kecil atau tidak bisa BAB, bahkan tidak bisa ereksi.

Sumber Nyeri

Salah satu problem tulang belakang yang juga paling sering muncul adalah bantalan yang mengalami penipisan sehingga kemampuannya makin menurun. "Dalam kondisi normal, isi bantalan seperti gel (cairan kenyal yang banyak mengandung air), yang berfungsi sebagai peredam. Sehingga pada saat kita bergerak, lari, lompat, ia mengalasi tulang dan tulang dengan enak. Kalau ia mengalami penurunan fungsi (degeneratif), maka jumlah cairan berkurang dan lama-lama jadi agak keras, bahkan sampai keras sekali," lanjut Agus.

Akibatnya, bantalan ini bisa menonjol keluar atau disebut herniated nucleus pulposus (HNP), yaitu tonjolan bantalan yang menekan akar saraf sehingga menimbulkan rasa nyeri atau kerap disebut dengan saraf terjepit. Gangguan lain adalah penebalan facet (hipertrofi) yang juga menimbulkan rasa nyeri. Facet terdapat pada bagian belakang hubungan tulang dengan tulang. Facet ini bisa menebal sehingga tidak punya kelenturan untuk bergerak, sehingga timbul rasa sakit.

Nyeri pada tulang belakang juga bisa disebabkan oleh penyakit seperti ginjal atau kanker yang sudah menyebar. Pada kanker, rasa nyeri sangat terasa dan bersifat lokal. Ini berbeda dengan nyeri pada saraf terjepit yang bersifat dihantarkan (radicular pain). "Saraf itu ada alirannya. Misalnya saraf dari tulang leher bisa sampai ke bahu, ke siku, ke telapak kaki (dermatom). Nah, kita bisa menelisik, nyerinya sampai di mana dan dari mana," lanjut Agus.

Sumber nyeri juga bisa diketahui dari rasa nyeri itu sendiri. Misalnya nyeri karena tulang bergeser biasanya muncul pada saat seseorang mengubah posisi, misalnya dari tidur ke duduk. Ini karena tulang tidak kuat atau stabil. Nyeri karena tulang yang menebal biasanya muncul setelah kita beraktivitas selama beberapa saat. Misalnya setelah berjalan kaki sejauh 50 meter, kemudian muncul nyeri dan kaki seperti tidak punya kekuatan.

Pain Management

Gejala gangguan pada tulang belakang yang paling mudah dan sering muncul memang nyeri. Namun, orang sering menganggap remeh dan hanya minum obat pereda nyeri. "Padahal, kalau urusannya sudah di daerah tulang belakang, sebaiknya dicari penyebab nyerinya, apalagi pada usia 40 tahun ke atas. Minum obat saja tidak menyelesaikan masalah. Gejalanya hilang tetapi sumber nyeri tidak diketahui. Padahal, obat juga punya efek negatif," kata Agus.

Untuk mengatasi nyeri dilakukan pain management, yaitu tindakan untuk mencari sedetail mungkin sumber nyeri dan dilakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi nyeri tersebut. Selama ini,  ada anggapan atau ketakutan di masyarakat bahwa nyeri karena saraf terjepit pasti harus dioperasi yang bisa melumpuhkan. "Itu salah. Dengan pain management, nyeri dikelola supaya hilang atau bisa dikurangi, tidak harus dengan operasi," jelas Agus lagi. Bahkan, 80 persen pasien dengan nyeri di tulang belakang (leher, punggung sampai pinggang) bisa sembuh tanpa operasi.

Ini karena sebagian besar nyeri dikarenakan penyakit degeneratif biasa. Mungkin hanya dengan mengubah sikap atau kebiasaan, seperti kebiasaan duduk atau posisi tidur yang salah. Bisa juga karena overweight, sehingga secara gravitasi tulang belakang menahan beban tubuh yang lebih berat. Kebiasaan lain seperti merokok juga bisa membuat tulang keropos, begitu juga olahraga yang salah.

Sesuai Indikasi

Setelah sumber nyeri ketahuan, kemudian dilihat apakah tindakan operasi diperlukan atau tidak. Kalau tidak, maka tindakan pertama misalnya memperbaiki postur. Pada fase akut, bisa diberikan obat-obatan karena nyeri akan membuat kualitas hidup terganggu. Setelah itu dilanjutkan dengan fisioterapi dengan alat-alat khusus yang terdapat di tempat terapi tulang punggung, misalnya dengan alat 3D Newton. Fisioterapi bertujuan untuk melatih otot-otot di tulang belakang supaya kuat. Sementara untuk maintenance jangka panjang, bisa dengan melakukan olahraga seperti berenang.

"Kalau dengan cara konservatif seperti ini nyeri membaik dan hilang, ya diteruskan. Tapi, kalau masih sakit, akan dievaluasi lagi. Kalau perlu dengan pemeriksaan penunjang, misalnya CT Scan atau MRI," lanjut Agus. Setelah itu di-cross-check antara apa yang dirasakan pasien dengan pemeriksaan penunjang tadi. Kalau ternyata memerlukan tindakan operasi, dipilih-pilah lagi, dari yang paling ringan seperti endoskopi, sampai yang radikal seperti pemasangan pen untuk tulang yang bergeser.

Dengan cara-cara ini diharapkan nyeri pada tulang belakang bisa dihilangkan. Yang jelas, semuanya harus sesuai indikasi. "Kalau memang nyerinya karena penonjolan bantalan, tidak perlu sampai pasang pen, cukup diambil tonjolannya," jelas Agus.

Kalau ternyata ada tonjolan dan salurannya menyem pit, maka dilebarkan dan diganjal dengan semacam pengganjal supaya tidak menyempit lagi. Semua prosedur ini dilakukan dengan bedah mikro, artinya dengan sayatan kecil, luka operasi kecil, hanya sedikit merusak jarigan yang normal, dan mempertahankan sebagian besar fungsi organ yang ada, penyembuhan yang cepat, dan kemungkinan komplikasi yang kecil.

 Hasto Prianggoro