Ketika Amandel "Membandel" (1)

By nova.id, Selasa, 12 April 2011 | 17:06 WIB
Ketika Amandel Membandel 1 (nova.id)

Ketika Amandel Membandel 1 (nova.id)

"Foto: Aries Tanjung "

Amandel atau tonsil merupakan bagian tubuh yang berfungsi sebagai penghadang agar kuman tidak mudah masuk ke saluran pernapasan manusia. Amandel juga merupakan jaringan limfoid yang berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh. Bentuknya bulat mirip bakso, letaknya berada di kiri dan kanan rongga tenggorok. Ukuran amandel juga beragam, mulai dari sebesar kelereng hingga seukuran bola pingpong.

Amandel pada orang sehat akan berwarna sesuai dengan warna jaringan di sekitarnya dan berpermukaan rata. Sedangkan pada orang yang mengalami tonsilitis (infeksi atau radang tonsil), warnanya bisa menjadi kemerahan atau terdapat bercak putih pada amandel dan ukuran amandel kemudian membesar.

Jika seseorang atau anak-anak sering mengalami infeksi berulang, maka fungsi amandel akan menekan sistem pertahanan tubuh, sehingga pada amandel infeksi menahun, boleh dibilang fungsi pertahanan tubuhnya sangat kurang atau bahkan tidak ada.

"Walaupun bisa diderita oleh siapa saja, amandel sebagian besar dialami anak usia lima tahun sampai 15 tahun," tutur dokter spesialis THT dari RS Puri Indah, Jakarta, dr. Agus Subagio Sp.THT. Orang-orang dewasa tua (di atas 40 tahun) lebih jarang yang punya problem seputar amandel.

Henti Napas

Ada beberapa penyakit amandel, tetapi yang paling penting adalah infeksi (peradangan) dan pembesaran amandel. Gejala infeksi antara lain amandel membesar, kemerahan, bengkak, terkadang ada debris berwarna putih kekuningan. Sementara pada pembesaran amandel, biasanya tidak terasa sakit atau bengkak, tapi amandel terlihat sangat besar.

Baik infeksi maupun pembesaran amandel sama-sama menimbulkan masalah. Komplikasi infeksi amandel ringan misalnya sinusitis. Dengan lokasi yang berdekatan, maka radang amandel bisa menjalar ke sinus, ke telinga (radang telinga tengah), serta ke paru-paru (bronkhitis). Komplikasi yang lebih berat adalah terjadinya bengkak (abses) pada leher dalam, semacam bisul yang dapat menyebabkan sumbatan jalan napas yang sangat berbahaya. Bahkan, terkadang dokter sampai harus melakukan tindakan tracheostomy atau membuat lubang di leher untuk membebaskan jalan napas.

Selain itu, pembesaran amandel, terutama pada anak yang rongga tenggoroknya relatif kecil, bisa mengakibatkan sumbatan jalan napas. Dampaknya, terjadi Obstructive Sleep Apnea (OSA) atau henti napas saat tidur. Gejalanya antara lain mendengkur saat tidur, henti napas yang diikuti napas terengah-engah. "Pada siang hari, karena kualitas tidur yang kurang bagus, sering mengantuk, anak sudah besar tapi masih ngompol, juga dikaitkan dengan gangguan tingkah laku. Sekarang ini ada teori, anak hiperaktif ada kemungkinan terkait dengan OSA. Pada kasus yang sangat berat, bisa terjadi gagal jantung dan gangguan pertumbuhan," jelas Agus.

Gangguan pernapasan ini juga membuat anak spontan akan bernapas melalui mulut, bukan hidung. "Napas lewat mulut kan, tidak baik, salah satunya menyebabkan tulang rahang lebih tinggi. Langit-langit mulutnya yang keras jadi lebih tinggi, akibatnya gigi menjadi lebih maju atau tonggos (maloklusi). Selain itu, napas lewat mulut juga menyebabkan pertumbuhan rahang terganggu dan iritasi tenggorokan karena udara yang kering langsung masuk," lanjutnya.

Kapan Dioperasi?

Sesuai dengan berbagai tingkatan kondisi penyakit amandel, penanganannya pun beragam, mulai dari terapi obat antibiotik untuk mematikan bakteri atau virus yang menyerang, hingga operasi pengangkatan amandel sebagai solusi akhir.

Operasi pengangkatan amandel dibagi dua, yakni tradisional dan modern. Tradisional misalnya dengan guillotine dan diseksi, sementara yang modern antara lain menggunakan electric cauter  hingga radiofrekuensi. Penggunaan radio frekuensi memiliki beberapa keuntungan, diantaranya durasi operasi lebih singkat, perdarahan lebih sedikit, dan nyeri pasca operasi yang lebih ringan karena tidak terdapat luka operasi yang terbuka.

Operasi pengangkatan amandel sebaiknya dilakukan jika efek buruk amandel, baik infeksi maupun pembesarannya, jauh lebih besar dari manfaatnya. Pengangkatan amandel juga tidak tergantung usia. Banyak kalangan awam, bahkan kalangan medis, yang masih menganggap bahwa pengangkatan amandel, khususnya pada anak, sebaiknya dilakukan pada usia yang sudah agak besar. "Ini tidak benar. Pengangkatan amandel tidak tergantung usia. Anak usia 2 atau 3 tahun pun sudah bisa dilakukan operasi pengangkatan amandel, misalnya jika terjadi OSA yang sangat berat," lanjut Agus.

Syarat operasi, tubuh harus dalam keadaan fit dan tidak terdapat kontraindikasi. Operasi amandel adalah operasi yang paling sering dilakukan pada anak, tapi kecenderungannya belakangan semakin menurun. "Ini karena penggunaan antibiotik yang relatif sudah bagus, sehingga penanganan terhadap infeksi sudah jauh lebih bagus. Kejadian yang sekarang lebih banyak adalah pembesaran amandel daripada infeksi."  

Beberapa indikasi amandel harus diangkat antara lain jika sudah 3 kali atau lebih terjadi infeksi berulang, terjadi maloklusi gigi, terjadi sumbatan jalan napas, ada abses, dicurigai ada tumor, atau bau mulut yang tidak hilang-hilang. Sementara kontraindikasi atau amandel tidak boleh diangkat seandainya terjadi pembekuan darah, kurang darah, infeksi akut, penyakit yang berisiko, dan sebagainya.

Pasca operasi, biasanya bekas amandel akan berwarana keputihan, rasa nyeri. "Ini normal pada 24 jam pertama pasca operasi. Komplikasi yang paling sering adalah perdarahan ringan, yang akan berhenti tanpa dilakukan tindakan," jelas Agus.

 Hasto Prianggoro / bersambung