Dalam kondisi demikian, komunikasi antara pasangan pun mulai terhambat. Masing-masing sudah sibuk dengan kesibukannya sendiri-sendiri, sehingga akhirnya merasa jauh satu sama lain. "Mungkin saja selama ini kedua pasangan berjalan sendiri-sendiri akibat tak adanya komunikasi. Yang satu jalan ke mana, yang lain jalan ke mana. Nah, pada saat inilah dibutuhkan bulan madu kedua," tutur lulusan Fakultas Psikologi UI ini.
Dengan berbulan madu lagi, tutur Dini, pasangan bisa saling berbicara. Misalnya si istri mengatakan, "Saya sebetulnya pingin begini-begini, tapi selama ini kamu sudah lupa bahwa saya ingin begini-begini." "Umumnya, pasangan memang lupa, tak peka lagi pada kebutuhan pasangannya. Apalagi kalau pernikahan sudah berusia 10 sampai 15 tahun," papar Dini.
Padahal, lanjut Dini, "Mungkin saja istri masih ingin dipuji, misalnya, sementara sang suami berpikir, pujian hanya dibutuhkan saat pacaran saja." Jadi, kendati sudah jadi ibu-ibu pun, keinginan itu masih sangat dibutuhkan. Saat istri pakai baju baru, misalnya, suami cuek saja dan sedikit pun tak memuji atau berkomentar. Akibatnya, terang Dini, "Kebutuhan-kebutuhan emosi tak diperoleh di rumah."
TANPA ANAK
Saat berbulan madu kedua, anjur Dini, sebaiknya pasangan hanya berdua saja. Tak usah mengajak orang lain semisal anak-anak. Banyak pasangan yang bilang, "Kami sering, kok, pergi berdua, tapi sama anak-anak." Nah, kalau yang ini, bukan bulan madu namanya. "Boro-boro punya waktu untuk berdua. Yang ada malah sibuk ngurusin anak," cetus Dini.
Kendati membawa babysitterpun, perhatian si ibu tetap saja lebih besar ke anak. Sebaliknya, kalau anak ditinggal, pikiran si ibu juga tetap ke anak. Jadi, bagaimana, dong?
Dini mengakui, umumnya pada masa anak berusia balita, merupakan suatu masa yang sangat melelahkan. Khususnya bagi si ibu. "Di masa ini, hampir tak terpikirkan oleh si ibu untuk berbulan madu lagi. Kecuali jika kondisi rumah tangga memang sudah parah. Misalnya, suami selingkuh dan susah diajak bicara," tuturnya.
Karena itu, anjur Dini, pasangan sebaiknya mencari seseorang yang dipercaya untuk menggantikan merawat anak atau bayi selama mereka berbulan madu kedua. Dengan demikian, katanya, "Si ibu jadi bisa lebih tenang dan bisa menikmati bulan madunya."
Tapi Dini tak menganjurkan berbulan madu kedua kala si ibu masih menyusui. Meskipun rumah tangga pasangan tengah menghadapi masalah. "Lebih baik cari cara lain untuk mendapatkan solusi. Bicarakan dulu dengan keluarga atau berkonsultasi dengan ahli, misalnya," saran Dini. Menurutnya, waktu yang ideal untuk berbulan madu, minimal setelah anak lepas dari ASI.
Dini pun melihat perlunya membicarakan soal bulan madu kedua ini kepada anak. Tentu jika si anak sudah dapat diajak bicara semisal anak usia Sekolah Dasar. Katakan, "Mama dan Papa ada perlu ke luar kota dan kami enggak mau diganggu."
Menurut Dini, anak kecil bisa melihat, apa yang tengah terjadi pada orang tuanya. "Anak SD pun tahu kalau orang tuanya tengah ribut. Meski sudah berusaha menutup-nutupi, umumnya orang yang sedang emosi nggak bisa berpura-pura. Si anak pasti akan tanya, 'Kenapa, kok, Mama sekarang enggak ramah.' Jadi, apa salahnya kita katakan," tuturnya. Sementara untuk anak remaja, bisa dijelaskan secara detil apa adanya.
DIREMBUK