Soal pilihan tempat berbulan madu, Dini menyarankan, sebaiknya dirembuk berdua. Apalagi jika suami termasuk tipe orang yang bisa berkompromi, "Tentu akan lebih mudah dikompromikan mau ke mana bulan madunya." Tapi bila tipe suami decision maker, saran Dini, "Ya, ikuti sajalah kemauannya. Karena, toh, tujuan utama bulan madu bukan untuk bersenang-senang."
Lagipula, sambung Dini, setiap tempat baru pasti akan menciptakan suasana baru. Pasangan juga tak harus pergi ke luar kota. Bisa saja di hotel di dalam kota, misalnya. "Yang penting, suasananya lain dan masalah yang dihadapai pasangan bisa terselesaikan," kata konsultan bagian rekrutmen pegawai sebuah biro konsultasi ini.
Dini mengingatkan, jangan sampai masalah pemilihan tempat justru menciptakan ketegangan baru. Jika pasangan saling ngotot soal tempat, katanya, "Seolah-olah yang dipentingkan justru jalan-jalannya. Bukan mau mencari suasana baru dan mengefektifkan komunikasi di antara mereka." Dengan kata lain, pasangan harus menyadari, apa fungsi kepergian mereka berbulan madu kedua tadi. "Yang utama adalah apa yang bisa mereka lakukan di sana," lanjutnya.
Soal waktu, sebaiknya juga dirembuk bersama. Dini melihat, persoalan tempat dan waktu biasanya akan dihadapi oleh pasangan yang sama-sama berkarier. Karena itu Dini menawarkan, "Sesekali weekend ke hotel ada baiknya bagi pasangan yang sama-sama sibuk, yang enggak punya waktu untuk sharing berbagai masalah." Ia juga mengingatkan, "Jika setiap hari sibuk bekerja sementara Sabtu dan Minggu dihabiskan untuk anak-anak, bisa-bisa pasangan akan saling terjauhkan."
Satu hal lagi, saran Dini, ""Kalau perlu, dandanan diperbaiki. Khususnya bagi istri. Banyak, kan, perempuan beranggapan, di rumah tak perlu dandan. Nah, boleh, kan, sekali ini ia berdandan untuk suami. Dengan pergi berdua dan berdandan, suami tentu akan melihat sesuatu yang lain," tuturnya.
SERING-SERING
Soal efektif atau tidaknya bulan madu kedua, menurut Dini, sangat tergantung pada niatan masing-masing. Misalnya saja, ada pasangan yang menyatakan, merasa sangat tersinggung dengan sikap pasangannya yang berselingkuh. Tapi setelah berbulan madu kedua, tetap saja ia belum bisa melepaskan bayangan WIL-nya atau sebaliknya.
Perlu diingat pula, tak selalu sepulang dari berbulan madu lantas hubungan suami-istri yang tadinya renggang, segera bisa kembali normal. Tapi minimal, tutur Dini, "Pasangan mendapat pemahaman baru yang positif tentangan pasangannya. Karena mungkin saja selama ini pasangan punya pikiran negatif terhadap teman hidupnya."
Nah, usai berbulan madu kedua, tutur Dini lebih lanjut, "Suami atau istri diharapkan jadi tahu keinginan dan kebutuhan pasangannya, sehingga bisa berempati terhadap pasangannya. Itu lebih baik daripada suami atau istri tak pernah tahu kondisi pasangannya, bukan?"
Dari sinilah nanti akan timbul keinginan untuk memperbaiki diri dan saling membina pengertian baru. Dengan kata lain, dari bulan madu kedua ini akan diperoleh keterikatan atau suasana baru. Baik bagi pasangan yang berbulan madu karena ada masalah maupun yang tak ada masalah alias cuma karena jenuh semata.
Lantaran itu Dini melihat tak ada batasan berapa kali pasangan harus berbulan madu kedua. Selama bulan madu bisa menciptakan suasana baru, ikatan yang makin baik dengan pasangan, komunikasi bisa semakin baik, dan kehidupan rumah tangga bisa lebih lancar, maka, "Tak ada salahnya untuk selalu berbulan madu," tukas Dini.
Meski begitu, Dini memberi catatan, "Sejauh itu enggak boros dan tak membuat keluarga malah jadi terbengkalai, lo." Contohnya, anak sedang menghadapi ujian dan membutuhkan orang tua sebagai pendamping, "Ya, sebaiknya jangan berbulan madu dulu." Yang jelas, tekan Dini, makin sering pasangan membuat suasana baru seperti itu, maka rumah tangga akan makin terlepas dari situasi yang menjemukan.
Dalam banyak kasus, seperti dituturkan Dini, sering ditemukan suami menyeleweng tanpa alasan yang jelas. "Ternyata sang suami cuma jenuh karena nggak ada suasana baru di rumah. Istri dan suasana rumah begitu-begitu aja." Nah, jika pada saat itu muncul perempuan lain yang bisa membuat suasana baru bagi sang suami, "Akibatnya bisa runyam!" Jadi, kapan Anda berdua melakukan bulan madu kedua?
Hasto Prianggoro