Henny berpendapat, biarkan si kecil omong pacaran atau kawin segala macam. Toh, "pacaran" gaya anak-anak hanya sebatas jalan bareng selama berangkat dan pulang "sekolah", makan siang bareng, serta main bersama. Yang penting, tandasnya, berdayakan anak dengan penjelasan, "Pacaran hanya boleh dilakukan oleh orang yang mau menikah, yaitu orang yang sudah gede, yang sudah bekerja. Jadi, sekarang Kakak berteman saja dulu."
Selanjutnya, pesan Henny, jangan lupa untuk memberikan pendidikan seks. "Pertama kali mungkin dengan cara memperkenalkan alat reproduksi masing-masing. Misal, lelaki tak punya dada yang menggunung, sedangkan Mama punya. Kenapa Mama punya dada besar karena ini untuk menyusui bayi, karena yang mengandung itu hanya ibu, tak ada bapak hamil atau bapak menyusui. Kakak lihat, kan, tak ada bapak yang menyusui. Hal demikian juga diajarkan pada anak perempuan." Pendidikan seks yang demikian penting karena anak harus menjaga kebesihan alat reproduksinya agar tak terkena infeksi.
"Terlebih pada anak perempuan, ia harus tahu bagaimana menjaga kebersihan alat reproduksinya sebagai jalan lahir bayinya kelak." Dengan demikian, ia sekaligus diajarkan bagaimana bertanggung jawab atas dirinya. "Kemudian, ajarkan ia bagaimana menghargai dirinya dan orang lain. Kalau ia keluar dari kamar mandi, misalnya, sebaiknya tak lantas meluncur ke depan dengan bertelanjang. Sering, kan, anak kecil bersikap demikian.
Nah, ajarkan bahwa kalau keluar dari kamar mandi harus sudah dalam keadaan rapi memakai baju. Minimal tutupilah tubuhnya dengan handuk. Hal ini harus dibiasakan sejak kecil." Dengan mengajarkan konsep malu dan menghargai diri sendiri, menurut Henny, ia akan menyayangi badannya. Selanjutnya, ia juga harus ditanamkan, apa yang boleh dan tak boleh dilakukan oleh orang lain terhadap tubuhnya, terutama kepada anak perempuan.
"Demi untuk memproteksi atau menghindari ia mendapat perlakuan penyimpangan seksual dari orang lain." Jelaskan, misal, "Ini badan Kakak. Kakak harus menjaganya. Jangan sampai ada orang yang enggak Kakak suka atau Kakak enggak kenal memegang-megang badan Kakak. Apalagi kalau Mama enggak ada. Yang boleh memegang badan Kakak hanya Mama. Jadi, walaupun itu Papa atau Om, tak bisa sembarangan pada badan Kakak. Yang boleh dipegang hanya tangan, rambut, bahu, dan sebagainya." Kalau ia bertanya, "Kenapa?", jelaskan lebih lanjut.
Indah Mulatsih