Vaksin Kombinasi, Efektif Dan Lebih Murah

By nova.id, Jumat, 22 Oktober 2010 | 17:51 WIB
Vaksin Kombinasi Efektif Dan Lebih Murah (nova.id)

HARGA MAHAL

Secara umum di Indonesia faktor harga memang masih merupakan kendala terbesar. Harga-harga vaksin saat ini memang cukup meningkat dengan adanya depresiasi rupiah. "Disamping itu, vaksin juga memerlukan treatment tersendiri, terutama dalam hal pengiriman. Karena ia harus dikirim dengan suhu tertentu; antara 2 sampai 8 derajat Celcius. Dengan begitu jelas ini mempengaruhi harga vaksin," terang Widjaja Satriadi, MBA, Presiden Direktur SmithKline Beecham, saat peluncuran vaksin ini beberapa saat lalu.

Nah, untuk menentukan harga vaksin DTPw-HB, lanjut Widjaja, dengan mempertimbangkan beberapa hal. Salah satunya harga enggak boleh lebih mahal dari harga vaksin yang diberikan terpisah. "Kesulitan yang paling utama depresiasi rupiah terhadap kurs mata uang asing, sehingga membuat harga vaksin jauh lebih mahal. Tapi, kita sudah minta support dan Indonesia memang mendapat harga khusus," ujar Widjaja seraya menyebut kisaran Rp 50 sampai 60 ribu untuk sekali vaksinasi.

KUNJUNGAN BERKURANG

Keuntungan pemberian vaksin kombinasi, selain memberikan kekebalan beberapa penyakit sekaligus, juga mempersingkat jadwal imunisasi. Kunjungan ke dokter yang semula harus 6 kali; DPT 3 kali dan Hepatitis B 3 kali. "Nah, dengan vaksin kombinasi berarti hanya butuh 3 kali kunjungan," ujar Sri.

Dengan mempersingkat jadwal kunjungan, angka drop out pasien pun berkurang karena mempertinggi compliance atau kepatuhan orang tua untuk datang ke dokter. "Kadang-kadang pasien, kan, malas kalau harus sering dan bolak-balik ke dokter." Dengan berkurangnya jadwal vaksinasi, maka pasien diharapkan dapat menyelesaikan jadwal vaksinasinya tanpa penundaan.

Karena menggabungkan 2 macam vaksinasi, ini berarti bayi hanya menerima 3 kali suntikan dibandingkan dengan 6 kali suntikan bila menggunakan vaksin tunggal. Rasa nyeri akibat suntikan juga akan semakin sedikit. Kalau terpisah harus enam kali mengalami nyeri, sekarang hanya 3 kali. Bahkan, dari aspek ekonomi juga akan terjadi penghematan, dari biaya konsultasi dokter, harga vaksin, sampai biaya transportasi. "Juga menghemat waktu orang tua yang umumnya sangat sibuk bekerja," ujar Jose. Sayangnya, tekan Sri, vaksin kombinasi DTPwHB merupakan salah satu upaya alternatif, bukan menggantikan vaksin terpisah. "Vaksin yang terpisah tetap terus, apalagi karena memang vaksin kombinasi ini untuk kalangan terbatas saja, belum dipasarkan ke semua rumah sakit atau Puskesmas  

EMPAT ASPEK

  

Menurut Prof. Dr. Sri Rezeki H. Hadinegoro, Sp.A(K), ada beberapa aspek yang harus diperhatikan sebelum suatu negara mengambil kebutuhan vaksin tertentu. Pertama, apakah negara tersebut memang membutuhkan. "Apakah penyakit yang akan dicegah dengan vaksin tersebut betul-betul merupakan masalah di dalam negara itu, misalnya menimbulkan banyak korban atau kecacatan," ujar Sri. Kedua, apakah memang vaksin memberikan perlindungan yang sempurna (efektivitas). "Apakah antibodi yang dihasilkan memang tinggi, lebih tinggi dari ambang pencegahan. Atau cukup tinggi untuk melawan penyakit itu."

Ketiga, apakah vaksin itu memang cukup aman karena vaksin, kan, berbeda dengan obat. Obat diberikan pada anak yang sakit, sementara vaksin diberikan pada anak yang sehat. "Nah, yang diharapkan justru jangan sampai anak yang sehat menjadi sakit jika diberi suntikan vaksin. Artinya, diperhitungkan pula seberapa jauh efek samping dari vaksin tersebut." Keempat, harga.

"Kalau harganya mahal sekali sehingga tidak terjangkau, ya, buat apa. Karena tujuan imunisasi itu, kan, universal imunisasi," lanjut Sri. Artinya, kalau bisa cakupannya di atas 80 persen pada populasi yang berisiko terpapar. Misalnya, DPT. "Yang berisiko terpapar adalah anak di bawah satu tahun. Sehingga 80 persen dari populasi anak di bawah satu tahun di Indonesia harus diimunisasi.