"Polusi Udara Itu Apa, Sih, Ma?"

By nova.id, Selasa, 5 Oktober 2010 | 17:18 WIB
Polusi Udara Itu Apa Sih Ma (nova.id)

Dengan demikian, anak pun tergerak untuk ikut bertanggung jawab memelihara kebersihan lingkungannya. Saat menerangkan sampah, bisa dikaitkan pula dengan banjir. Misalnya, "Akibat sampah yang dibuang sembarangan, maka sampah itu bisa masuk got sehingga akan membuat got jadi mampet. Akhirnya, air akan meluap ke mana-mana dan jadilah banjir." Dalam menjelaskan, tutur Margaretha, memang harus panjang-lebar. Pasalnya, anak kadang tak cukup hanya dengan dijelaskan tentang akibat yang terjadi saja tapi harus pula diberikan informasi yang lengkap. "Tentunya dengan menggunakan bahasa yang mudah ditangkap oleh mereka."

DALAM KEGIATAN SEHARI-HARI

Sebenarnya, tak sulit, kok, memperkenalkan anak pada alam dalam arti kita tak harus menyediakan waktu khusus. "Kita bisa mengajarkannya kapan saja dalam kegiatan sehari-hari," ujar Margaretha. Saat kita menyiram tanaman di sore hari, misalnya; biasanya anak, kan, suka ikut nimbrung membantu.

Nah, saat itulah kita masuk untuk menjelaskan bagaimana tanaman akan sakit dan akhirnya mati jika tak dipelihara dan dirawat setiap hari. "Anak juga jadi mengetahui manfaat air bagi tanaman. Juga ia tahu perlakuan kasar dan merusak tanaman bisa membuat tanaman sakit dan akhirnya mati." Untuk itu, lanjut Margaretha, kita harus peka melihat situasi. "Kalau pas hari mendung, kan, bisa, tuh, untuk mengajarkan tentang konsep cuaca."

Begitu juga kalau di TV ada berita mengenai banjir, bisa diulas sedikit mengapa banjir bisa terjadi. Dengan demikian, anak bisa belajar. Begitu juga saat jalan-jalan ke luar kota, anak sekaligus dikenalkan dengan sawah, pohon-pohon langka, hingga binatang-binatang yang jarang dijumpai di kota seperti kerbau, kambing, atau bebek. Terlebih lagi kalau anak bertanya, "rasa ingin tahunya itu harus benar-benar kita manfaatkan," tukas Margaretha.

MENGEMBANGKAN KOGNITIF

Penting diketahui, bila sejak dini kita mengajarkan tentang alam dan lingkungan berarti kita telah mengembangkan aspek kognitif anak. "Bukankah pengenalan alam juga merupakan pengetahuan buat anak?" Dengan demikian, bila sejak kecil tak pernah diajarkan, maka informasi yang didapat oleh anak akan kurang. "Ia jadi anak yang tak tahu apa-apa di sekolahnya nanti." Jangan salah, lo, walaupun sifatnya hanya pengenalan namun informasi yang didapat akan bertumpuk di otak anak.

Jadi, saat diajarkan di sekolah, ia sudah tahu. Misalnya, mengenai terjadinya hujan. Ia, kan, sudah pernah dengar, yaitu salah satu tandanya awan hitam. Nah, saat di sekolah diajarkan, ia akan lebih cepat mengerti dibanding teman-temannya yang tak pernah dikenalkan dengan alam oleh orang tuanya. "Ia pun akan lebih tertarik lagi; mengapa awan itu bisa hitam, ia akan belajar lebih jauh lagi di sekolah."

Disamping mengembangkan aspek kognitifnya, pengenalan lingkungan juga akan membuat anak jadi tahu aturan atau norma-norma. Dalam hal kebersihan, misalnya, "ia tak akan buang sampah sembarangan karena ia mengerti apa perlunya membuang sampah di tempatnya." Nah, Bu-Pak, jangan "lupa" lagi, ya, untuk mengajarkan tentang alam dan sekitarnya pada sang buah hati. Manfaatnya luar biasa, lo.  

MEMPERKENALKAN KONSEP DAUR ULANG

Kita juga perlu, lo, memperkenalkan konsep daur ulang pada si kecil. Sejumlah ahli mengatakan, pengenalan dini terhadap konsep daur ulang akan membentuk tingkah laku yang benar terhadap lingkungan ke dalam pribadi anak. Nah, bagaimana cara memperkenalkannya?

* Ajak anak mengumpulkan plastik yang dapat didaur ulang, serta majalah bekas maupun koran. Setelah terkumpul, tarulah di tempat yang telah disediakan. Tentunya jangan lupa memberi penjelasan pada si kecil, misalnya, "Kantung plastik bekas ini akan dibuat kantung plastik baru, jadi tak akan memenuhi tempat penampungan sampah lagi. Kita pun tak harus membakarnya lagi sehingga tak ada lagi asap yang bisa membuat udara jadi kotor."