Agar Si Kecil Senang "Sekolah"

By nova.id, Jumat, 24 September 2010 | 17:35 WIB
Agar Si Kecil Senang Sekolah (nova.id)

"Umumnya, buku bahasa Inggris, kan, banyak gambar. Terlebih buku-buku dari luar, gambar dan warnanya banyak yang menarik sehingga anak pun akan senang dan suka dalam mempelajarinya. Jadi, kadang yang kita kira akan jadi beban ternyata tidak buat anak." Lagi pula, sambungnya, pengajaran bahasa Inggris di TK pun biasanya tak terlalu tinggi. "Untuk anak TK, kalau ia sudah bisa menyebutkan lima barang saja sudah bagus." Namun tentunya dengan pemahaman yang benar, lo. Misalnya, ia bisa menyebutkan "This is red. This is not red, but this is blue.This is blue book."

Nah, itu saja sudah bagus. Tapi bukan berarti karena masih di tingkat TK maka pengajaran bahasa Inggris bisa seenaknya. "Kadang masih banyak guru yang mengajarkan bahasa Inggris seenaknya. Masa hanya dengan menunjukkan gambar berwarna merah langsung bilang, 'Red. Red book.' Bukannya bilang, 'This is red. This is red apple. This is blue. This is blue book,' dan sebagainya." Jadi, walaupun materinya terbatas, pengajaran tetap harus benar.

KOMPUTER DAN BAHASA INGGRIS BERKAIT

Mengenai pengajaran komputer, terang Anggani, selalu bersamaan dengan bahasa Inggris karena hampir semua games di komputer menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, games untuk anak TK hampir semuanya tentang hal-hal yang mendukung untuk membaca dalam bahasa Inggris karena biasanya berupa sound lambang atau gambar, baik suara vokal maupun konsonannya. Dengan demikian, kalau belajar komputer, secara tak sengaja anak juga belajar bahasa Inggris. "Belajar bahasa Inggris lewat komputer itu akan lebih memudahkan buat anak, lo. Terlebih lagi instruksinya hampir semuanya pakai bahasa Inggris."

Sama halnya dengan pengajaran bahasa Inggris, mantan pengajar di JIS (Jakarta International School) selama 26 tahun ini, juga melihat tak ada masalah bila anak diajarkan komputer. Justru dengan anak mengenal komputer, setidaknya kala ia di rumah bisa meng-handle peralatan komputer orang tuanya. "Ia bisa ambil disket, memasukkan disket dengan benar, bahkan dapat mengoperasikannya dengan benar pula."

Namun tentunya, pengajaran komputer juga harus sesuai dengan perkembangan anak, yaitu dengan main-main sehingga anak akan enjoy dan tak jadi beban. Tapi kalau diajarkannya seperti mengajarkan komputer pada orang dewasa, "ya, anak akan bingung. Di usia ini, pengajaran komputer hanya sekadar melihat dan mengasosiasikan apa yang dipencet di keyboard dengan gambar dan suara yang muncul di layar."

ORANG TUA HARUS KRITIS

Bila pengajaran bahasa Inggris dan komputer maupun pengetahuan lainnya tak benar, saran Anggani, sebaiknya orang tua memberi tahu pihak "sekolah". "Sekolah' yang baik pasti akan tanggap atas keluhan orang tua muridnya karena 'sekolah' ini, kan, harus berusaha menjadi 'sekolah' masyarakat." Kepala TK yang waspada, lanjutnya, akan selalu bertanya pada orang tua mengenai anaknya kala di rumah. "Bila anaknya terus-terusan ngompol atau susah dibangunkan, maka kepala TK-nya harus introspeksi.

Lihat lagi programnya dan apa yang terjadi pada anak sejak ia masuk 'sekolah'. Jangan-jangan sistem pembelajarannya yang tak benar sehingga anak merasa terbebani." "Sekolah", terang Anggani, harus memberi hak kepada anak. Bila anak pandai diberikan haknya, maka anak yang sedang-sedang saja atau malah kurang pun tetap berhak mendapat pengajaran yang baik. "Mereka berhak mendapat kebahagiaan dalam belajar. Mereka bayar sama mahalnya, kok." Jadi, tandasnya, orang tua harus kritis dalam melihat pengajaran pada anaknya.

PINDAH "SEKOLAH"

Bila orang tua sudah melancarkan kritik dan "sekolah" tetap bersikukuh pada programnya, Anggani setuju orang tua memindahkan anaknya dari "sekolah" tersebut. "Kalau kita lihat anak kita sangat kesulitan dan tertekan terus-menerus, apa, ya, kita ingin anak kita hancur?" ujarnya. Jadi, hanya ada 2 pilihan, "sekolah"nya yang harus dibenahi atau si anak dipindahkan. Saya juga pernah 'mencabut' anak saya dari TK-nya," aku Anggani.

"Saya lihat seminggu, kok, anak saya ngompol terus. Pulang 'sekolah' juga ia tak bisa bermain bebas karena mendapat PR yang banyak, yaitu diminta menulis suku kata banyak sekali. Padahal, anak saya masih di TK A," tuturnya. Lantas, Anggani pun bertanya kepada guru anaknya, apa saja dalam setahun yang diajarkan. Si guru pun menjabarkan programnya dan program tersebut ternyata tak bisa diubah.