Perempuan di Lembaga Eksekutif Dinilai Mampu Menekan Korupsi

By nova.id, Kamis, 30 Oktober 2014 | 10:20 WIB
Perempuan di Lembaga Eksekutif Dinilai Mampu Menekan Korupsi (nova.id)

TabloidNova.com - Masuknya Retno Lestari Priansari Marsudi sebagai Menteri Luar Negeri RI, dan Yohana Susana Yembise sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabinet Kerja periode 2014-2019 disambut baik oleh pengamat politik dan peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Siti Zuhro.

Siti mengatakan, sebuah penelitian yang dilakukan di Eropa pada tahun 1990-an menyatakan keberadaan perempuan yang memegang peran penting di lembaga eksekutif ternyata mampu menekan atau menurunkan korupsi.

"Sejumlah perempuan yang ada di lembaga legislatif kemarin terjerat kasus korupsi. Secara tidak langsung, itu jadi rapor buruk untuk kaum perempuan. Oleh karenanya, saya berharap masuknya srikandi-srikandi di Kabinet Kerja ini bisa menekan korupsi di negeri ini, " katanya.

Ia mengatakan, masuknya perempuan pada Kabinet Kerja ini dipilih bukan hanya sebatas pertimbangan spesifik atau kepandaiannya semata. Namun, kehadiran mereka juga dianggap bisa membuat terobosan yang mungkin selama ini menjadi prioritas menteri laki-laki.

"Sebagai fitrahnya perempuan harus menunjukkan leadership perempuannya, yakni kalau dia sedang bekerja pasti detail, serius, dan menjiwai. Dan itu harus berkorelasi positif terhadap tugas-tugas yang dipercayakan oleh Presiden," katanya.

Menteri perempuan tersebut, lanjut Siti, harus jadi panutan atau role model di tengah citra buruk yang ditinggalkan oleh sejumlah perempuan di lembaga legislatif yang tersandung kasus korupsi.

Lebih lanjut, ia mengatakan, didapuknya Retno menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri diharapkan mampu mematangkan peran Indonesia di forum regional hingga internasional.

"Menlu yang baru sekarang harus bisa meyakinkan Indonesia di dunia internasional bahwa Indonesia siap menghadapi tantangan zaman. Kemudian khusus di lingkup ASEAN, kita tidak boleh tertatih-tatih menghadapi ASEAN Community tahun depan," katanya.

Sementara itu, kata Siti, masuknya perempuan pertama dari Papua, yakni Yohana Yembise, yang meraih gelar profesor dan menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, menjadi simbol pencerahan bagi pemberdayaan perempuan di kawasan Indonesia timur, khususnya Papua.

Ini adalah waktu bagi perempuan-perempuan terpilih ini untuk menunjukkan dedikasi dan kontribusi untuk negeri. Pakaian putih yang disosialisasikan Jokowi merupakan tanda bahwa mereka punya niat bersih untuk bekerja bagi bangsa ini.

Kompas.com/Sandro Gatra