Mau Apa, Sih, Sayang?

By nova.id, Minggu, 25 Juli 2010 | 00:26 WIB
Mau Apa Sih Sayang (nova.id)

Benarkah sulit untuk memahami keiinginan bayi? Ternyata tidak juga,kok. Asalkan orang tua mau belajar.

Yang namanya ibu pasti sering kelabakan kalau bayinya menangis. Kalau cepat ketahuan apa penyebabnya, sih, kita bisa langsung menghela nafas lega. Masalahnya kalau bayi menangis terus. Sudah diapa-apakan tetap saja menangis. Digendong salah, diajak main salah, dikasih susu, eh, malah tambah keras tangisannya. Nah, yang begini ini, kan, bikin stres.

Sebenarnya, kita bisa, kok, memahami keinginan bayi. Asalkan kita mau belajar. Seperti dikatakan Dra. Winarini Wilman. D. Mansoer. M.Ed.St.Ph.D(C), hubungan antara orang tua dan bayi adalah melalui proses belajar. "Orang tua harus memperhatikan bagaimana cara si bayi mengkomunikasikan kebutuhannya dan kemudian meresponnya," ujar psikolog yang akrab disapa Wina ini.

Yang namanya belajar, tentunya kita tidak selalu benar. Jadi, respon yang kita berikan kepada si bayi bisa saja keliru karena kita keliru menafsirkan yang ia inginkan. Sehingga kita harus memberikan respon yang lain sampai akhirnya ditemukan respon yang tepat. Dengan kata lain, kita perlu melakukan trial and error untuk bisa memahami keinginan si bayi.

BENTUK KOMUNIKASI

Sebagai patokan, ada beberapa hal yang bisa dipelajari oleh para ibu. Yang pertama ialah cara si bayi mengkomunikasikan kebutuhan atau keinginan maupun perasaannya. Ada 4 bentuk komunikasi pada bayi yaitu menangis, berceloteh, isyarat dan ungkapan emosi.

1. Menangis.

Merujuk pada penelitian, menangis diketahui merupakan cara awal bayi berkomunikasi. Tangisan terbagi dalam 4 jenis, yaitu, tangisan lapar, marah, sakit dan frustrasi. Bayi yang lapar kemungkinan tangisannya teratur atau berirama, tak terlalu keras dan tak meledak-ledak. Berbeda dengan bayi marah, biasanya tangisannya ritmik disertai lengkingan dan meledak-ledak. Tapi kalau tangisan bayi tiba-tiba melengking tanpa ada permulaannya, ini bisa menandakan si bayi merasa kesakitan karena tersengat sesuatu, misalnya. Sedangkan tangisan bayi yang frustrasi adalah berirama tinggi berapa kali, kemudian berhenti, lalu mulai lagi.

2. Berceloteh.

Setelah bayi agak besar, katakanlah 2 atau 3 bulan, dari mulutnya sudah bisa didengar celotehnya. Bentuk celotehnya akan meningkat terus sesuai dengan peningkatan usianya. Usia enam bulan, misalnya, bayi biasanya sudah bisa menggabungkan sebuah huruf hidup tertentu dengan huruf mati seperti "ma-ma", "pa-pa" atau "da-da". "Tapi celoteh bayi ini belum begitu ada maknanya," ujar Wina. Inti dari celotehnya ialah ia ingin mengajak berkomunikasi orang tuanya atau orang-orang yang ada di sekitarnya. Tentunya ia pun ingin mendapatkan respon atas celotehnya tersebut.

3. Isyarat.

Bayi melakukan gerakan-gerakan tertentu untuk menunjukkan apa yang ia inginkan dan tidak. Misalnya, mengulurkan tangan, berarti ia ingin digendong. Bila ia melepaskan mulutnya dari puting susu atau membuang wajah dari puting, berarti ia sudah kenyang.