Mau Apa, Sih, Sayang?

By nova.id, Minggu, 25 Juli 2010 | 00:26 WIB
Mau Apa Sih Sayang (nova.id)

4. Ungkapan Emosi.

Sejak lahir bayi sudah bisa tersenyum. "Tapi senyum yang tampak pada bayi baru lahir bukanlah senyuman sosial atau bukan senyuman yang disebabkan ada sesuatu dari luar, melainkan lebih berkaitan dengan sistem syarafnya yang belum baik," terang Wina.

Seiring dengan berjalannya waktu, bayi akan mempelajari bahwa senyum merupakan suatu hal yang menyenangkan. "Lama-kelamaan, karena bayi tahu ada orang-orang di sekitarnya yang selalu merespon dan selalu berhubungan dengannya, maka ia belajar bahwa dengan tersenyum ia dapat menimbulkan respon senang dari orang dewasa. Jadi akhirnya ia belajar bahwa senyum itu berkaitan dengan hal-hal positif," lanjut Wina. Biasanya senyum sosial muncul di usia 2-3 bulan.

Begitu juga dengan tertawa. Pada awalnya orang tua akan susah membedakan tertawa senang dengan tertawa sakit. Menurut penelitian ada campuran tertawa dan tangis yang menunjukkan rasa sakit. Dengan kata lain bayi bisa memberikan reaksi yang sama terhadap stimulus yang berbeda. Misalnya, terhadap sesuatu yang menakutkan dengan sesuatu yang menyenangkan kadang-kadang akan keluar tertawa. "Tapi nantinya semakin bayi besar, ia akan tahu bahwa tertawa itu menunjukkan sesuatu hal yang menyenangkan. Biasanya bayi pada usia 4 bulanan sudah tahu kalau dia dikelitik perutnya itu hal yang menyenangkan, makanya ia tertawa," tutur Wina.

SELALU MEMBERI RESPON

Kendati semua yang dipaparkan di atas bisa menjadi "petunjuk" bagi kita untuk memahami bayi, namun Wina mengingatkan agar kita tak terlalu terpaku pada teori tersebut. "Yang namanya teori itu tidak sama dengan praktek. Jadi, tak bersifat mutlak." Misalnya, tak semua tangisan berirama akan mengindikasikan bayi lapar.

Orang tua, lanjut Wina, harus selalu merespon setiap tindakan bayi agar lebih bisa memahami apa sebenarnya yang diinginkan si bayi. Caranya, seperti sudah dikatakan di atas, yaitu dengan trial and error. Misalnya, bayi menangis. Selain memperhatikan jenis tangisannya, kita pun harus mencari tahu apa penyebab ia menangis. Apakah popoknya basah. Kalau tidak, apakah ia lapar? Kalau ternyata ia menolak menyusu, berarti ia masih kenyang. Berarti ia ingin yang lain, mungkin diajak main, digendong, dan sebagainya. Dengan begitu, lama-lama kita pun akan hafal terhadap "kebiasaan" si bayi.

Selain itu, bila kita selalu memberikan respon, lama-lama si bayi pun akan belajar bagaimana cara yang tepat untuk memberi tahu kepada orang tuanya tentang kebutuhannya. Ia pun lama-lama bisa membedakan air muka dan nada suara orang tuanya, apakah sedang marah atau senang. Sehingga ketika suatu kali orang tua berbicara dengan nada "galak" disertai air muka yang "keruh", si bayi akan bereaksi takut yang tampak dari raut wajahnya.

Penelitian menemukan, bayi bahwa bayi yang sering didiamkan atau diabaikan akan memiliki perkembangan emosi yang kurang positif. "Dia akan semakin banyak menangis atau suka mengamuk. Karena dari pengalamannya dia tahu bahwa orang dewasa tak perduli sehingga dia mencoba dengan cara yang lebih keras lagi untuk mendapatkan perhatian," tutur Wina. Jadi Bapak-Ibu, jangan lupa untuk selalu memberi respon terhadap apapun yang dilakukan si kecil.

BEBERAPA UNGKAPAN EMOSI BAYI

* Marah.Biasanya ditandai dengan menjerit, meronta-ronta, menendangkan kaki, mengibaskan tangan, memukul atau menendang sesuatu yang ada di dekatnya.

* Takut.Ia akan menangis atau merengek sambil berusaha menjauhkan diri dari sesuatu atau hal yang membuatnya takut.