Selain itu, kalau kita terlalu sering memberikan hadiah benda, maka anak akan tak menghargai hadiah tersebut. Karena ia akan merasa bahwa ia bisa dengan gampang memperoleh hadiah tanpa harus ada sebabnya.
Kemudian, dalam memberikan hadiah, kita juga jangan hanya memberi begitu saja tanpa anak mengerti mengapa ia diberi hadiah. "Sebaiknya, saat memberikan hadiah juga disertai dengan kata-kata." Misalnya, "Ini Mama berikan karena Kakak sudah melakukan seperti yang akan kehilangan efektivitasnya.
Misalnya, memberi pujian. "Untuk anak usia di bawah 2 tahun, kita enggak bisa hanya memberi reward dalam bentuk pujian, karena anak belum mengerti. Sebaiknya kita juga memberikan mainan atau makanan kesukaannya," terangnya. Jadi, lebih ke reward yang berbentuk fisik. Bisa juga pujian tersebut disertai dengan pelukan, ciuman, atau bentuk komunikasi nonverbal lainnya.
Lain halnya bila si anak sudah berusia prasekolah, lanjut Betty, pujian bisa diberikan tanpa disertai reward yang berbentuk fisik. "Karena di usia tersebut anak sudah sudah mulai bisa diajak berbicara." Tetapi, pujian yang kita berikan haruslah sungguh-sungguh. Jangan sampai kita memuji anak hanya untuk basa-basi atau pura-puta. "Anak itu sangat peka, lo. Ia akan tahu jika orang tuanya berbohong," tukas Betty.
Sedangkan hadiah sebaiknya dipilih yang bisa membuat anak merasa dihargai. "Hadiahnya harus benar-benar benda yang diinginkan anak." Misalnya, barang-barang yang disukai si kecil. Kalau ia suka menggambar, nah, berilah hadiah seperangkat alat gambar. Sebab, "lewat hadiah tersebut anak akan belajar bahwa ia diterima dan punya arti." Pemberian hadiah akan menambah rasa harga diri anak.
Sementara reward dalam bentuk perlakuan istimewa, misalnya, si kecil mendapat bonus menonton VCD 2 judul karena selama seminggu ini ia setiap hari bisa untuk tidak nongkrong selama berjam-jam di depan pesawat TV. Atau, si kecil selama seminggu ini mau berlatih tidur sendiri di kamarnya, sehingga di akhir pekan ia boleh tidur bersama-sama dengan ayah dan ibunya. Contoh lain ialah mengajak si kecil jalan-jalan ke tempat wisata yang sudah lama diinginkannya karena ia telah berperilaku seperti yang kita harapkan. "Perlakuan istimewa akan membuat anak merasa berarti. Ini akan mengembangkan konsep dirinya," kata Betty.
JANGAN TERLALU SERING
Yang perlu diperhatikan, pemberian reward atau penghargaan haruslah proporsional. "Tidak semua perilaku yang dilakukan anak harus diberikan reward, terutama hadiah barang," ujar Betty. Jadi, kalau memang anak sudah mengenal baik-buruk, sebaiknya kita sudah harus mengurangi pemberian hadiah. "Kalau tidak, anak akan menuntut hadiah agar terus diberikan. Inilah yang disebut hadiah menurunkan motivasi berperilaku. Anak akan berpikir, saya nggak mau lagi belajar karena Mama enggak kasih hadiah lagi." Celaka, kan!
Selain itu, kalau kita terlalu sering memberikan hadiah benda, maka anak akan tak menghargai hadiah tersebut. Karena ia akan merasa bahwa ia bisa dengan gampang memperoleh hadiah tanpa harus ada sebabnya.
Kemudian, dalam memberikan hadiah, kita juga jangan hanya memberi begitu saja tanpa anak mengerti mengapa ia diberi hadiah. "Sebaiknya, saat memberikan hadiah juga disertai dengan kata-kata." Misalnya, "Ini Mama berikan karena Kakak sudah melakukan seperti yang Mama harapkan." Dengan demikian, anak belajar bahwa ia memperoleh hadiah karena ia melakukan sesuai apa yang diharapkan orang tua atau lingkungan. "Ini juga akan membantu anak memahami perilakunya, bahwa ia akan mengulangi perilaku itu karena perilaku itu memang diterima oleh lingkungan."
Sementara pujian harus diberikan secara bijaksana, bukan hanya bila kita sedang dalam suasana hati senang. Juga jangan terlalu sering memuji, karena hasilnya malah jadi tidak efektif. "Kalau setiap hari anak dipuji, anak akan merasa bahwa apa yang dilakukannya selalu betul." Selain itu, dikhawatirkan anak tak bisa belajar bahwa selain pujian, ada juga hal lain yaitu kritik. "Kita harus konsisten, kalau memang perilaku anak enggak sesuai dengan kita inginkan, maka anak harus diberi hukuman."
Pujian yang berlebihan selain tidak efektif, juga akan membuat anak menjadi egosentris. Sehingga, jika anak di rumah selalu mendapat pujian sementara di luar ia justru mendapat kritik, maka ia akan sulit menerima. "Anak biasanya akan jadi mudah frustasi, 'Kok, di luar begini?'. Karena selama ini ia memandang dirinya sebagai seorang yang hebat." Itulah mengapa anak juga perlu kritik, tidak hanya pujian.