Banyak Bertanya Belum Tentu Cerdas

By nova.id, Rabu, 9 Juni 2010 | 18:23 WIB
Banyak Bertanya Belum Tentu Cerdas (nova.id)

CARI PERHATIAN

Tak jarang anak mengulang-ulang pertanyaan yang sama sehingga membuat orang tua kesal, "Cerewet amat, sih, sudah dijawab tapi masih nanya lagi, nanya lagi." Padahal, bisa jadi si anak memang belum jelas atau puas dengan jawaban yang diberikan orang tua. Karena, seperti dikatakan Surastuti, "Anak tak selalu dapat mengekspresikan maksudnya secara jelas, sehingga orang tua bisa keliru memahami maksud sebenarnya dari pertanyaan anak."

Misalnya, anak sudah tahu yang namanya kursi, tapi ia masih bertanya lagi. Mungkin sebenarnya ia ingin bertanya, "Kenapa kursi yang ini ada pegangannya dan kursi yang itu tak ada." Nah, orang tua bisa menjelaskan, "Oh, itu kursi makan, itu kursi tamu, dan sebagainya." Dengan begitu, anak pun belajar bahwa dari sesuatu yang sama juga ada perbedaannya. Bahwa ada kelompok kursi namun di dalam kelompok kursi itu sendiri ada bedanya.

Selain itu, bisa jadi anak mengulang-ulang pertanyaan lantaran ingin cari perhatian. Misalnya, Anda tak melihat kepada anak saat menjawab. "Akibatnya anak akan terus bertanya sampai ayah atau ibunya melihat ke arahnya," ujar Surastuti.

Atau, sambung Mayke, "Selama ini anak memang kurang perhatian." Misalnya, Anda lebih memperhatikan pekerjaan sehingga anak terabaikan. Nah, salah satu cara si anak merebut perhatian tersebut adalah dengan bertanya terus menerus atau mengulang-ulang pertanyaan. Lantaran ia tahu, kalau ia bertanya maka orang tuanya akan memberikan reaksi. "Jadi anak belajar, oh, saya ini harus begitu kalau mau diperhatikan ayah atau ibu."

Hal yang sama juga akan terjadi pada anak yang kelebihan perhatian. Sehingga begitu ia merasa tak diperhatikan, ia pun langsung "cari gara-gara" agar diperhatikan.

Nah, menghadapi anak yang demikian, saran Mayke, cuekin saja. Tapi sebelumnya si kecil harus diberi tahu lebih dulu. Misalnya, "Tadi, kan, Ayah sudah kasih tahu bahwa itu koran Kompas. Jadi kalau Adik tanya lagi itu koran apa, Ayah enggak akan jawab." Namun biasanya si kecil akan terus berusaha. Nah, Anda harus konsekuen, bertahanlah untuk mendiamkannya.

Atau, bisa juga dengan cara mengembalikan pertanyaan tersebut kepada si anak, "Ayo, menurut Adik itu apa?" Toh, ia juga sudah tahu jawabannya. Jikapun ia sebenarnya belum jelas dengan jawaban yang telah diberikan, maka cara ini dapat merangsangnya untuk mencoba menemukan sendiri jawabannya.

JAWABLAH DENGAN JUJUR

Lain halnya bila si anak bertanya karena ia memang tak tahu atau kritis, maka Anda harus memenuhi keinginan tahunya. Namun dalam menjawab harus disesuaikan dengan tingkatan usia dan daya tangkap si anak. "Berilah jawaban yang sederhana dan mudah dipahami anak. Tak perlu panjang-lebar karena akan membuat anak bingung dan bahkan mungkin jadi malas bertanya," tutur Surastuti.

Misalnya, ia bertanya, "Ma, ini buah apa?" Cukup Anda menjawab, "Oh, itu buah kiwi." Tak usah ditambahkan dengan penjelasan, "Buah kiwi hampir mirip dengan buah sawo kesukaan Ade. Kulitnya juga coklat warnanya. Bedanya, kulit buah kiwi berbulu sedangkan kulit buah sawo nggak ada bulunya. Rasanya...."

Bila Anda tak tahu jawabannya, Surastuti menganjurkan agar bersikap jujur. "Katakanlah terus terang bahwa Anda tak tahu. Tak usah malu. Selanjutnya luangkan waktu Anda untuk mengajaknya bersama-sama dengan Anda mencari jawabannya."