Melepaskan Si Kecil Tidur Sendiri

By nova.id, Minggu, 6 Juni 2010 | 17:09 WIB
Melepaskan Si Kecil Tidur Sendiri (nova.id)

Begitupun kala si anak sakit, baru masuk play group atau kelahiran adik, dan sebagainya. "Orang tua harus memahami, karena anak juga bisa stres. Kita tak boleh memaksa. Apalagi dengan adanya adik baru, biasanya si kakak merasa jealous. Dia akan merasa tak disayang kalau disuruh tidur sendiri."

Itulah mengapa Ery menganjurkan agar orang tua mulai mengajari si anak tidur sendiri sejak sebelum adiknya lahir. Katakan, "Nanti kalau Kakak bobok di sini dan adik juga bobok di sini, kamarnya jadi penuh." atau, "Nanti kalau adik lahir, Papa tidur di mana?" Tapi jangan katakan, "Kakak, kan, sudah besar. Jadi harus tidur sendiri." Hal ini terlalu berat bagi anak karena kesannya seperti menolak. Akibatnya, ya, itu tadi, anak merasa tak disayang lagi.

Namun bila si kecil keseringan pindah kamar, menurut Ery, berarti ada masalah. "Orang tua harus cari tahu apa yang membuatnya tak mau tidur sendiri." Apakah ruangannya panas atau terlalu dingin, apakah warna kamarnya terlalu gelap, dan sebagainya. "Karena ada anak yang tak mau tidur sendiri lantaran tak cocok dengan kamarnya. Jadi kita cari tahu secara fisik dulu. Berikutnya baru kita lihat, apakah ada sesuatu yang menakutkan dia."

Anak kecil, terang Ery, kadang suka berimajinasi bahwa di kamarnya ada monster dan sebagainya. "Biasanya kalau kita memberikan keyakinan dengan kata-kata yang baik, si anak tak takut lagi."

MERASA TAK AMAN

Kebanyakan anak yang menolak tidur sendiri, menurut Ery, ada kaitannya dengan karakter kepribadian tertentu. "Ada anak yang sulit sekali menyesuaikan terhadap perubahan. Anak yang demikian kemampuan beradaptasinya rendah. Jadi, kalau ada sesuatu yang berubah dia marah dan tak suka." Menghadapi anak tipe ini, sarannya, orang tua perlu lebih ekstra sabar.

Bisa juga lantaran si anak kurang percaya diri sehingga ia merasa takut kala harus tidur sendiri. "Hal ini berarti rasa aman si anak belum penuh. Rasa aman tersebut diperoleh dari ibu. Karena ibu adalah orang pertama yang dipercaya anak." Jadi, kalau anak merasa nyaman dan aman karena puas dengan ibunya, maka ia akan berani. Karena di mana pun ia berada, cukup dengan membayangkan ibunya saja, ia sudah yakin bahwa si ibu ada di sebelahnya. "Nah, pada anak yang rasa amannya kurang, si ibu benar-benar ada di dekatnya, tak bisa hanya lewat bayangannya saja."

Kendati demikian, si kecil tetap harus dilatih tidur sendiri. Karena, terang Ery, anak harus disiapkan untuk mandiri, untuk menghadapi bagaimana nanti ia hidup tanpa orang tua. "Satu hal lagi, anak akan menghadapi zaman yang tak kita ketahui. Jadi, kalau ia tak bisa menghadapi masalah tidur sendiri yang sebenarnya hanya masalah sederhana, maka bagaimana ia menghadapi dunia atau hal yang lebih berat dari sekadar tidur sendiri."

BERITAHU ANAK

Namun, sekali lagi tekan Ery, caranya bukan dengan memaksa. Ingat, si kecil sedang dalam tahap belajar. Jadi, biarkan si kecil tidur bersama orang tuanya dulu, tapi kemudian dipindahkan ke kamarnya. "Namun sebelumnya si anak harus diberi tahu dulu, ya," ujar Ery. Misalnya, "Ya, sudah, sekarang kamu bobok dulu di kamar Mama. Nanti kalau Adik sudah bobok, Mama pindahin, ya, ke kamar Adik.

Sama halnya bila si anak mau tidur sendiri di kamarnya namun harus ditemani dulu, katakan, "Sekarang Adik di kamar ditemani sama Mama. Nanti kalau Adik sudah bobok, Mama akan kembali ke kamar Mama."

Kalau tidak, terang Ery, "Anak akan tak percaya lagi pada orang tuanya." Si anak juga jadi tak tenang dan tak bisa tidur karena dia takut, "Aku enggak boleh tidur. Karena kalau aku tidur, nanti aku dipindahin/ditinggalin sama Mama." Tapi bila orang tua sudah memberi tahu lebih dulu, si anak jadi punya dorongan untuk mandiri. "Ia merasa tidur sendiri itu menyenangkan karena suasananya tak menegangkan. Pada akhirnya ia akan senang untuk tidur sendiri."