Was-was Anak Tak Bisa Diam?

By nova.id, Sabtu, 5 Juni 2010 | 22:36 WIB
Was was Anak Tak Bisa Diam (nova.id)

Lari sana-sini, tak bisa diam, itulah gaya si batita yang sedang menikmati usia eksplorasi. Tapi,amankah lingkungan rumah Anda ?

Senewen dan deg-degan. Itu rasanya kalau kita punya anak usia batita. Habis, si kecil tidak mau diam, terus aktif bergerak. Baru saja ditegur tak boleh menyentuh termos, "Eit, jangan dipegang, Sayang. Itu panas!" ia sudah lari ke arah meja,"Lo, kok, naik meja. Nanti jatuh, lo. Ayo, ah, turun!"

Si kecil memang sedang doyan-doyannya beraktivitas. Segala macam benda mau diraihnya dan semua sudut ingin dijelajahinya. Jadilah orang tua sibuk melarang ini dan itu bahkan kemudian marah ke pada anak. Padahal, seperti dituturkan Dra. Dewi Mariana Thaib, terlalu banyak melarang sebetulnya kurang bijaksana. "Anak jadi tak berkembang dan kalau kelewat sering dilarang, bukannya tak mungkin ia jadi gampang ngamuk karena merasa frustrasi."

Di sisi lain, ada pula anak yang bereaksi sebaliknya. Yaitu sengaja melakukan apa-apa yang dilarang. "Ada juga yang kemudian jadi ngambek, tak mau lagi melakukan sesuatu," tutur psikolog anak dari RSB Bunda ini.

RENTAN CEDERA

Harap dipahami, terang Dewi, anak usia ini memang banyak bergerak secara fisik. Dorongan rasa ingin tahu dan ingin mencoba segala sesuatu pada dirinya begitu besar. Karena itulah, tambah Dewi, "Anak seusia ini juga belum tahu yang namanya takut. Kalau dia mau lari, ya, lari saja, nggak peduli mau nabrak apa."

Nah, karena gayanya yang "seradak-seruduk" sementara belum tahu arti bahaya, si kecil pun jadi gampang cedera. Karena itulah, saran Dewi, daripada kita cuma marah dan mengomel, "Lebih bijaksana jika kita mencegah agar kelakuan si anak tidak membahayakan dirinya."

Caranya? Ciptakan lingkungan yang aman bagi anak. Perabot atau hiasan rumah yang sekiranya membahayakan, misalnya, sebaiknya disingkirkan dulu. "Jangan sampai anak merasa, rumah adalah tempat yang mengekang dirinya. Biarkan ia bebas di rumahnya sendiri. Kalau ia merasa aman dan nyaman, maka anak akan merasa, rumah adalah segalanya bagi dia."

Jika sejak kecil sudah ditanamkan seperti itu, tutur psikolog yang juga berpraktek di Klinik Medika Bayuadji ini, kelak bila si anak punya masalah, "Ia akan selalu kembali ke rumah dan bukan pergi ke tempat yang negatif."

TETAP DIAWASI

Kendati lingkungan rumah sudah aman, tak berarti Anda boleh meninggalkannya sendirian. Orang tua harus senantiasa mendampingi anak. Soalnya, si kecil yang sedang senang-senangnya mencoba melakukan apa saja, bisa mengerjakan sesuatu yang membahayakan. Misalnya saja, ia ingin meniru ayahnya yang kemarin dilihatnya memasukkan colokan listrik. Ia tak sadar, hal itu amat berbahaya untuk anak seusianya. Itu sebabnya, ia perlu senantiasa diawasi.

Pengawasan ini menjadi semakin penting, karena sedikit saja orang tua lengah, si kecil sudah berada entah di mana. Bukan tak mungkin tahu-tahu ia sudah ada di dapur dan bermain-main dengan benda tajam, misalnya. Atau bahkan berada di luar rumah, yang tentunya sangat berbahaya bagi si anak. Jadi, tandas Dewi, "Ke mana pun ia pergi, orang tua harus mengikuti. Orang tua harus selalu berada di dekat anak."