Yang termasuk harus diawasi pula adalah alat permainan. "Pastikan mainannya tak membahayakan." Hindari pula mainan yang berukuran kecil agar tak tertelan anak. Namanya juga anak sekecil itu, apa pun ia coba masukkan ke dalam mulutnya. "Pilih mainan yang ukurannya lebih besar dari mulut si anak."
MENGAJARKAN CARA AMAN
Pelan-pelan, ajarkan padanya tentang masalah keamanan hingga akhirnya ia mengerti, mana yang boleh dilakukannya dan mana yang harus dihindari. Anak usia ini, jelas Dewi, belum memiliki batasan yang baik mengenai baik-buruk ataupun boleh-tidak. "Tapi jika diberi penjelasan dengan cara sederhana dan bahasa yang mudah dimengerti, ia pasti mengerti, kok. Apalagi di usianya itu, ia sedang gemar-gemarnya bertanya. Jadi, inilah saat yang tepat untuk memberinya banyak pelajaran."
Kalau Anda memergokinya tengah bermain dengan gunting, misalnya, jangan langsung merebut benda tajam itu lalu marah-marah. Sebaliknya, jelaskan padanya, bahwa benda itu bisa melukai dirinya. Beri ia "bukti" dengan mengambil secarik kertas kemudian gunting. "Nah, kertasnya putus, kan? Itu artinya, gunting ini tajam. Mama tak mau kamu terluka."
Bila si kecil lantas menangis karena keasyikannya terganggu, saran Dewi, biarkan saja. "Toh, anak tak akan kenapa-napa gara-gara menangis. Dengan begitu, ia belajar mengendalikan emosinya. Bila emosi atau keinginannya selalu dituruti, maka ia tak bisa mengendalikan diri."
Adakalanya orang tua mengalihkan perhatian si anak dengan memberikan benda lain sebagai pengganti. Misalnya, ia bermain pisau. Gantilah pisau itu dengan pisau roti yang tak tajam. "Tidak apa-apa, sejauh tak membahayakan dan dapat memenuhi rasa ingin tahunya yang besar," kata Dewi. Si anak pun jadi tak merasa kesenangannya direnggut begitu saja oleh orang tua.
Dedeh Kurniasih/nakita