""
Sering kita saksikan seorang anak sulit sekali ditinggal oleh ibunya. Sampai-sampai ibunya mau ke kamar mandi pun, si anak harus ikut. Apalagi kalau ditinggal ibu bekerja, wah, nangisnya bisa sampai menjerit-jerit. Jelas bikin susah si ibu, kan? Juga orang lain semisal pengasuh atau neneknya, karena harus sibuk membujuk si kecil untuk menenangkannya. Ibu pun jadi tak tenang setiap kali akan meninggalkan anak.
Sebenarnya, kata Dra. Ninik Bawani, wajar saja anak lekat sama ibunya. "Nggak apa-apa, kok. Perilaku ini memang normal. Toh, bila sudah besar, dengan sendirinya si anak enggak lengket lagi pada ibunya. Ia hanya membutuhkan ibu pada saat-saat tertentu saja," terang psikolog dari RS Internasional Bintaro ini.
Justru kalau anak enggak lengket sama ibunya, menurut Ninik, berarti perkembangannya tak sehat. "Karena perilaku lekat ini merupakan suatu tahapan perkembangan yang harus dilalui setiap anak." Lain halnya kalau kelengketan tersebut memang sudah ekstrim sampai anak tak mau lepas dari ibunya, "Berarti ada sesuatu yang salah."
Baca Juga: Lolos dari Perhatian Orangtua, Kaki Anak Tiga Tahun Ini Terjepit Eskalator di Mal
OBYEK KELEKATAN
Perilaku kelekatan ini, terang Ninik, sebenarnya sudah "dipelajari" sejak anak masih bayi. "Anak akan memilih siapa yang menjadi obyek kelekatannya. Bisa sang ibu atau pengasuhnya. Yang jelas, obyek kelekatan ini adalah orang yang mengasuhnya sehari-hari."
Setiap anak, terangnya lebih lanjut, membutuhkan sesuatu atau memiliki kebutuhan primer. Misalnya, minum susu, ganti pakaian, dan sebagainya. Ini berarti harus ada orang yang selalu hadir untuk mengurusi si anak. Entah itu si ibu atau pengasuhnya. Nah, dari situlah anak belajar bahwa orang yang selalu hadir inilah yang bisa memenuhi kebutuhannya.
Memang pada awalnya kelekatan anak adalah pada sang ibu. Lantaran si ibu bisa memenuhi kebutuhannya. Perilaku lekat ini akan terus berkembang. "Nah, kalau kelekatan pada si ibu terpenuhi di masa bayi, maka anak akan merasa aman. Otomatis ia pun akan berkembang dengan berani. Sehingga di usia batita ia tak akan lengket terus pada ibunya. Ia tak takut ditinggal ibunya karena ia berpikir, bila ibunya pergi, toh, akan kembali." Anak juga tak takut untuk berhubungan dengan orang lain yang dikenalnya.
"Biasanya perilaku kelekatan ini berlangsung sampai usia 3 tahun. Karena pada masa batita ini si anak juga sudah mulai belajar bersosialisasi," kata Ninik. Jadi, obyek kelekatan yang tadinya dimulai dari ibu, maka dengan perkembangan umur akan berpindah. "Anak mulai bertemu dengan orang banyak, terutama teman sebayanya. Obyek kelekatannya berpindah pada teman sebaya sehingga anak tak terlalu membutuhkan ibunya lagi."
KURANGNYA RASA AMAN