Yang tak kalah penting ialah menyiapkan anak untuk berpisah dengan ibu. "Sebaiknya anak diberi tahu jauh hari atau malam sebelumnya. Jangan pada saat ibu mau pergi baru si anak diberi tahu." Tujuannya untuk menyiapkan mental anak bahwa ia akan berpisah dengan ibunya. Sehingga anak tahu bahwa ada saatnya ia ditinggal namun ibunya tetap akan kembali.
LAKUKAN BERSAMA
Adakalanya si anak lengket sama ibu hanya pada saat-saat tertentu, misalnya setelah ibu pulang dari kantor. "Hal ini disebabkan anak merasa berpisah dan kehilangan ibunya," ujar Ninik. Karena itu, anjurnya, hal pertama yang sebaiknya dilakukan ibu sepulang kantor ialah mencari anak. "Beri ia ciuman dan pelukan. Tanyakan bagaimana kegiatannya selama ditinggalkan. Jadi, anak diajak berkomunikasi."
Setelah itu, katakan, "Ibu mau mandi dulu, ya. Nanti kita teruskan lagi." Jadi, anak diberi tahu bahwa ada yang harus dikerjakan oleh ibu. "Beri anak suatu kegiatan di tempat yang dekat dengan ibu melakukan kegiatannya." Katakan, "Adik main di sini dulu. Ibu mandi sebentar." Atau bila ibu misalnya mau memasak di dapur tapi anak tetap mau ikut, ajaklah. Sementara ibu memasak, biarkan anak melakukan kegiatannya di tempat yang tak jauh dari ibu. Sehingga anak bisa melihat ibunya dan melihat apa, sih, yang sedang dikerjakan ibu.
Baca Juga: Diet Sehat ala Cinta Laura, Cukup Makan Makanan Ini agar Berat Badannya Ideal
Bagaimanapun, ujar Ninik, anak selalu membutuhkan ibu. "Selama segala sesuatu bisa dikerjakan bersama anak, lakukanlah bersama. Jangan anak malah dipisahkan dari ibu." Karena, terangnya, pada masa balita anak sedang mengembangkan berbagai aspek. Antara lain dalam hubungan perilaku kelengketan ini ialah aspek rasa aman. "Jadi, kenapa mesti anak disingkirkan atau dipisahkan? Jangan lupa, anak membutuhkan orang tua dan orang tua pun butuh anak."
Nah, Bu, sekarang sudah tahu, kan, kenapa si kecil maunya nempel terus? Jangan susah lagi, ya.
Ayah, Ikutlah Menciptakan Rasa Aman
Para ayah, tahukah betapa besar peran Anda dalam membantu menciptakan rasa aman pada anak? Penelitian membuktikan, anak-anak yang banyak berinteraksi dengan ayahnya akan membuat si anak menjadi lebih berani dalam menghadapi orang-orang asing.
"Sejak usia bayi seharusnya ayah juga banyak berinteraksi dengan anak. Bukan hanya ibu yang melakukannya. Umumnya ibu, kan, lebih pada kebutuhan emosional anak. Sedangkan ayah lebih pada aktivitas fisiknya, lebih banyak pada permainan seperti main loncat-loncatan, kuda-kudaan, dan sebagainya," tutur Dra. Ninik Bawani. Nah, dengan adanya interaksi ini, anak menjadi senang pada ayahnya. Dalam perkembangannya kemudian, anak menjadi tak takut pada orang asing dan tak terlalu lengket sama ibu.
"Segala sesuatunya memang harus dimulai sejak usia bayi," ujar Ninik. Namun bila si ayah baru memulainya di usia ini, tentulah belum terlalu terlambat. Misalnya, mengajak anak bermain. "Cuma memang tak mudah. Karena anak harus belajar mengenal ayahnya sebagai seseorang yang tak menakutkan dan bisa memberikan rasa aman," terangnya.
Untuk itu, ayah bisa memulai dengan melakukan peran ibu terlebih dulu. Misalnya, membuatkan susu, menggantikan pakaian, memandikan, dan sebagainya. "Dengan demikian anak merasa bahwa ayah juga bisa memenuhi kebutuhannya," tukas Ninik.
Dedeh Kurniasih
Baca Juga: Masakan Favorit Kungfu Chef Muto, Salah Satunya Ikan Teri yang Gizinya Setara Ikan Salmon