Mengajak Anak Menonton Bioskop

By nova.id, Jumat, 21 Mei 2010 | 17:14 WIB
Mengajak Anak Menonton Bioskop (nova.id)

Yang pertama ialah waktu tayang. Hal ini penting karena sangat berbeda dengan menonton di rumah. "Kalau menonton dengan laser disc di rumah, kan, waktunya bisa ditunda-tunda atau dipotong. Misalnya, anak mau mandi dulu, maka filmnya bisa dihentikan sementara, lalu nanti disambung lagi." Filmnya pun berdurasi singkat-singkat, sekitar 10-15 menit. Setelah selesai lalu ceritanya berganti lagi.

Sedangkan di bioskop waktu tayangnya berdurasi lama. Kira-kira 1,5 sampai 2 jam. Agak sulit bagi anak dalam waktu yang lama berada di bioskop tersebut. "Anak kecil, kan, belum mampu untuk duduk diam dengan tenang dan manis dalam waktu lama. Karena itulah seringkali terjadi ada anak yang menangis atau karena kecapaian dia menjadi tertidur," terang Ike.

Dalam memilih jam tayangnya pun harus tepat. Jangan sampai si anak diajak menonton yang jam tayangnya malam hari, pukul 7 ke atas. Karena malam hari adalah waktu anak beristirahat. "Sebaiknya pilih waktu di siang hari."

Kemudian suasana di bioskop. "Ruangan yang gelap, layar yang besar, suara-suara yang keras dan menggema bisa membuat anak jadi cemas. Apalagi bagi anak yang agak penakut." Sedangkan untuk suasana lingkungan bioskop yang ramai, biasanya tak masalah. Karena anak sejak kecil pun mungkin sudah terbiasa diajak ke tempat-tempat yang ramai orang seperti mal dan supermarket. Hal itu tak akan membuatnya takut.

Saran Ike, anak harus dijelaskan tentang suasana di dalam bioskop. Misalnya, "Nanti kalau di bioskop kamu duduk diam dengan manis. Kamu duduk di tengah, di antara Mama dan Papa. Kalau nanti kamu mau pipis atau mau sesuatu bilang sama Mama atau Papa. Kamu di sana tak perlu takut. Karena lampunya nanti akan dimatikan, sehingga ruangnya jadi gelap. Suara-suara di dalamnya juga akan terdengar keras. Itu nggak apa-apa."

Penjelasan ini sangat penting karena anak tak punya pengalaman tentang itu. "Ia harus disiapkan. Kalau tidak, bisa jadi ia akan terkaget-kaget, takut dan bahkan menangis keras."

Sementara soal fisik anak, hanya dilihat apakah ia sehat atau tidak. Kalau soal makanan dan minuman, bisa dibeli di kantin bioskop.

JELASKAN CERITANYA

Dari segi cerita, tentunya harus sesuai dengan usia anak. Bukan tema-tema orang dewasa dan juga tak banyak unsur kekerasannya. "Meski ada film-film untuk segala usia, seringkali banyak ditemui adegan-adegan kekerasan dan juga tokoh-tokoh dengan wajah yang seram. Anak bisa takut," tutur Ike.

Disamping itu, tuturnya lebih lanjut, pada anak ada yang dinamakan observational learning. Maksudnya, anak mengamati tingkah laku orang secara nyata, apakah itu tingkah laku orang tua, pengasuhnya atau orang di sekitarnya. "Nah, dalam menonton, anak bisa mengamati melalui modeling. Jadi tak hanya meniru tingkah laku orang di sekitarnya, tapi bisa juga meniru perilaku tokoh-tokoh yang ada dalam film."

Dikhawatirkan, bila filmnya mengandung hal-hal negatif, anak akan meniru hal negatif pula. Lain halnya bila anak meniru yang positif seperti tolong menolong. Itulah mengapa Ike minta, sebelum mengajak anak menonton, orang tua mesti tahu bahwa di film pasti ada tokoh dengan perilaku baik dan buruk, dan bahwa anak pasti akan menirunya. Nah, tugas orang tualah untuk mengarahkan si anak pada perilaku-perilaku yang baik.

Alangkah baiknya bila orang tua sudah mengetahui lebih dulu tentang film yang akan ditonton, apakah patut atau tidak ditonton oleh anak. Entah dengan bertanya pada tetangga atau kerabat yang sudah mengajak anak menonton film tersebut atau menontonnya sendiri lebih dulu, dan sebagainya.