Pentingnya Membentuk Pola Tidur Anak (1)

By nova.id, Kamis, 6 Mei 2010 | 17:08 WIB
Anak tidur pulas (Freepik)

Anak harus dibiasakan tidur dan bangun pada waktunya. Jika ia terbiasa berdisiplin tidur, ia akan mudah berdisiplin dalam hal lainnya.

"Odi nggak mau tidur sekarang. Mau nonton teve dulu." Sering, kan, si kecil mengelak naik ke tempat tidurnya seperti halnya Odi? Entah lantaran acara teve yang ditonton lagi seru-serunya ataupun karena ia lagi asyik main.

Pendeknya, tak gampang menyuruh batita tidur, sekalipun hari sudah jauh tengah malam. "Anak usia batita memang lagi asyik-asyiknya bereksplorasi. Rasa ingin tahunya sangat besar, sehingga wajar jika si anak ogah masuk ke kamar tidur. Ia terlalu excited, maunya main terus," terang Dra. Ninik Bawani, psikolog anak dari RS Internasional Bintaro, Tangerang.

Tapi bukan berarti kemauan si kecil boleh dituruti begitu saja. Ia tetap harus belajar disiplin dalam hal waktu tidur. "Dengan anak terbiasa berdisiplin dalam tidur, maka ia pun akan mudah untuk berdisiplin dalam hal lainnya." Lagipula, tidur yang cukup sangat baik untuk kesehatan anak. "Selain badannya sehat, metabolisme dan aktivitasnya juga bagus."

Bagaimanapun, lanjut Ninik, pola tidur anak harus diciptakan orang tua. Artinya, orang tualah yang mengatur kapan si anak harus tidur dan bangun. "Sebenarnya membiasakan tidur dan bangun teratur harus dipolakan sejak bayi agar tak bikin repot orang tua. Terlebih bagi orang tua yang keduanya bekerja."

Jika pun di usia batita sudah kadung tak berpola, tetaplah belum terlambat untuk mengaturnya. Yakni dengan cara mendisiplinkannya. Tentu saja untuk mengubah kebiasaan tidur anak, pada awalnya akan terasa sulit. Kuncinya kesabaran.

TAHAPAN TIDUR

Selanjutnya Ninik menjelaskan 5 tahapan tidur. Tahap ke-1 ialah saat kita baru mau tidur. Mata kita baru akan tertutup dan bola mata masih bergerak-gerak. Riyep-riyep, istilahnya. Pada tahap ke-2, biasanya mata sudah tak bergerak-gerak lagi, tapi kita masih dalam keadaan sadar.

Selanjutnya di tahap ke-3, gelombang EEG (electro-encephalogram)-nya mulai melambat. Gelombang tersebut akan sangat lambat di tahap ke-4 di mana kita sudah benar-benar pulas. "Otot-otot kita pun sudah mulai kendur dan mata juga sudah tak bergerak-gerak lagi."

Akhirnya di tahap ke-5, kita mulai bermimpi. Tahap ini disebut fase REM (Rapid Eye Movement) atau GMC yakni Gerak Mata Cepat. Di tahap ini bola mata kita bergerak-gerak. "Biasanya tahap ini akan terlewati bila anak-anak tidurnya dalam suasana tenang, tak minum obat, ataupun ditakut-takuti sebelum berangkat tidur," terang Ninik.

Pada masa kanak-kanak, lanjut Ninik, fase GMC prosentasenya harus lebih banyak dari orang dewasa. "Jika fase GMCnya kurang atau tidurnya terlalu banyak di tahap 1-4, maka ia akan bangun dengan perasaan tak enak. Ia mudah marah dan tak bisa mengontrol dirinya." Karena itu, anjurnya, sebelum tidur si anak tak boleh terlalu capek dan pikirannya tak dalam keadaan marah.

TAK HARUS TIDUR SIANG