Tingkat berikutnya, ada anak yang sama sekali tidak mampu berbicara. Bahkan ada yang dibarengi dengan buang air besar atau buang air kecil di celana.
Langkah awal untuk mengatasi anak yang mengalami SM adalah dengan pendekatan agar rasa cemasnya berangsur menghilang.
Yang perlu dipahami, saat mulai belajar mengatasi rasa cemasnya, ia seperti anak yang baru mulai belajar berbicara atau terbata-bata.
Umumnya, ia mengeluarkan bunyi yang tidak jelas atau disebut monosilabel. Selanjutnya, setelah dirinya merasa lebih kuat, barulah mulai terdengar suaranya.
1. Trauma saat belajar bicara.
Misalnya, anak dilarang berbicara saat dia ingin bicara. Padahal anak usia 3-5 (usia prasekolah) sedang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Baca Juga: Yang Harus Dilakukan Orangtua Jika Anak Tunjukkan Gejala Sedang Stres
Untuk memenuhinya ia jadi banyak bertanya dan berbicara. Atau, anak trauma karena dimarahi orang tuanya saat mengajukan banyak pertanyaan.
2. Munculnya rasa cemas yang tinggi.
Peristiwa traumatis atau kisah-kisah menyeramkan yang didengar anak dapat menimbulkan kecemasan yang tinggi dan menjadi pencetus munculnya SM.
Misalnya, karena anak mendapat hukuman keras akibat melanggar aturan atau berbuat salah.
Kecemasan bahwa ia akan melakukan kesalahan lagi membuatnya merasa tidak berdaya.