ASI Membuat IQ Tinggi Dan Mandiri

By nova.id, Senin, 26 April 2010 | 17:52 WIB
ASI Membuat IQ Tinggi Dan Mandiri (nova.id)

ASI eksklusif juga meningkatkan ikatan kasih sayang antara ibu dan bayinya. Jika di dalam kandungan bayi merasa aman dan terlindungi di dalam rahim, kini ketenteraman itu diperolehnya lewat kontak kulit ke kulit dengan ibunya dan ia tetap bisa mendengar detak jantung ibunya kala ia tengah menyusu. Karena merasa aman, dilindungi, dan dicintai, anak akan tumbuh sehat, cerdas, dan mandiri.

Lewat pemberian ASI pula, ibu jadi tahu, bayinya tak tahan pada jenis makanan tertentu. Misalnya si ibu makan santan lalu bayinya mencret, ia jadi tahu dan berhenti mengkonsumsi santan. Ini terjadi karena bayi tak bisa mencerna ASI tersebut akibat ada bahan sensitif. Kalau ibunya tak makan santan lagi, ya, si bayi tak akan mencret kembali."

Yang jelas, ibu menyusui tak perlu diet apa pun, sepanjang mengkonsumsi makanan bergizi seimbang. Berbagai bahan makanan berserabut semisal sayur, buah, dan kacang-kacangan amat dianjurkan. Sebab, selain baik untuk pencernaan, banyak mengandung cairan. Ibu menyusui perlu banyak cairan. Umumnya, 2 liter cairan per hari."

MITOS

Sayangnya, banyak ibu tak menyusui bayinya dengan berbagai alasan. ASInya kering, kurang, payudaranya kecil, atau karena takut. "Padahal, semua itu cuma mitos!" Utami menjelaskan, ada anggapan bahwa bayi baru lahir harus diberi minum. Jadilah kalau ASI belum keluar, ia diberi cairan lain atau dot. "Kalau dikasih cairan lain, bagaimana dia bisa belajar menyusu? Mengisap ASInya jadi sedikit," terang Utami.

Sedangkan jika diberi dot, maka ia akan "bingung dot". Maksudnya, ia bisa mengisap di bagian depan atau sampai kepala dot. "Waktu harus menyusu ASI, daya isapnya, kan, beda. Ini membahayakan daya isap bayi. Di sisi lain, kalau daya isapnya berkurang, produksi ASInya pun akan kurang."

Penting diketahui, produksi ASI tergantung kebutuhan bayi. Jika bayi kurang minum bukan berarti ibunya tak bisa memproduksi sebanyak yang diminta bayi. Kemungkinan besar karena bayinya yang tak bisa mengambil susu dengan baik, misalnya karena posisi menyusui yang salah. Tapi jika ASI diperah atau diminumkan dengan benar, maka ASI tak ada habis-habisnya karena dalam payudara ibu ada "pabrik" ASI (di daerah payudara yang berwarna putih), tempat produksi ASI, yang lalu dialirkan ke "gudang" ASI (di daerah payudara yang berwarna coklat).

Banyak-sedikitnya produksi ASI dirangsang oleh pengosongan "gudang"nya. Jika "gudang" susu kosong, otomatis "pabrik" akan membuatnya. Setelah produksinya banyak, lalu kita perah. Karena letak "gudang" itu pula, maka puting susu harus masuk ke dalam mulut bayi secara benar. Gusi-gusi bayi menekan daerah coklat di sekelilingnya, bukan cuma putingnya.

DUKUNGAN SUAMI

Besar-kecil payudara, kata Utami, tak menentukan banyak-sedikit ASI. Bisa jadi, besarnya itu karena lemak. "Tak perlu takut ASI tak keluar. Sebetulnya tak ada ibu yang tak keluar ASInya. Dari 100 ibu yang mengatakan seperti itu, 98 orang tak bermasalah. Hanya 2 yang bermasalah."

Merujuk data penelitian lembaga konsumen, ibu-ibu tak mau memberikan ASI lebih karena takut ditinggalkan suami jika payudaranya berubah. Padahal, terang Utami, "Yang mengakibatkan payudara berubah bukanlah menyusui, tapi kehamilan. Jadi, jika payudara tak mau berubah, ya, jangan punya anak, jangan hamil."

Itulah mengapa Utami menegaskan, "Dalam menyusui, suami harus ikut serta." Maksudnya, jika ibu tak didukung, maka hampir tak mungkin ibu memberikan ASInya selama 6 bulan. "Nah, pemberian ASI eksklusif ini, 50 persennya ditentukan pula oleh suami." Utami mengingatkan, proses menyusui atau memberi makan bayi bukanlah urusan ibu semata. "Suami pun harus membantu sehingga ibu tak gelisah dan pikirannya tenang. Jika gelisah, ASI bisa tak keluar."