Air susu ibu alias ASI ibarat ari-ari di luar tubuh. Janin yang semula terlindungi ari-ari, setelah lahir "dilindungi" ASI. Masih banyak lagi, lo, manfaat lainnya.
Salah satu benda yang dikenal bayi pada jam-jam pertama kelahirannya adalah payudara ibunya. Soalnya, seperti dikatakan dr. Utami Roesli, SpA, MBA dari RS St. Carolus Jakarta, "Setengah jam setelah lahir, bayi harus diperkenalkan dengan payudara ibunya."
Memang, isapan bayi di puting susu ibunya itu bukan untuk makan/nutrisi. Sebab, di hari-hari pertama kehidupannya, ia belum memerlukan cairan. "Perkenalan pertama pada puting susu ibunya bertujuan agar ia belajar minum sehingga nantinya ia terbiasa menyusu."
Menurut Ketua Lembaga Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu Sint. Carolus ini, menyusu tak bersifat instinktif tapi harus dipelajari. "Jadi, salah kalau kita menganggap karena hamil dan ada hormon-hormon tertentu, bayi bisa menyusu dengan baik dan lancar!" Nah, pelajaran menyusu yang dimaksud adalah bagaimana menentukan posisi puting susu ibu dan mulut bayi. "Ini lebih penting dibanding posisi ibu dan tubuh bayi saat menyusu."
"TAMENG"
Disamping memberi pelajaran pada si kecil, ASI di hari-hari pertama kehidupan bayi juga penting diberikan. Bukan untuk bayi tumbuh, melainkan untuk "tameng" menggantikan badan sang ibu. Karena ASI di hari-hari pertama mengandung kolostrum. Bahan ini (terdapat pada ASI di hari 1 hingga 14) mempunyai kandungan vitamin dan perlindungan yang diperlukan untuk daya tahan tubuh.
Oleh karena itu ASI melindungi bayi dari gangguan usus dan pencernaan, serta memperkecil kemungkinan keluhan alergi. Tak perlu cemas jika ia buang air 10-15 kali dalam sehari di bulan pertama. "Itu bukan diare, penyakit atau ASInya tak cocok, melainkan di dalam kolustrum terdapat pencahar. Jadi, normal saja. Berat badannya pun tidak turun, tetap naik."
Namun, pesan Utami, jika ibu mengganti ASI dengan apa pun, risiko infeksi akan lebih besar terjadi. Entah dari air untuk membuat susu formula, botol yang tak steril, dan lainnya.
Yang pasti, tegas Utami, "ASI tak pernah basi. Dia itu seperti darah yang jika tak dipakai, diserap tubuh kembali dan jika diserap bayi, akan diproduksi lagi," tutur Utami.
CERDAS & MANDIRI
Pendek kata, memberi ASI amat banyak manfaatnya. Terutama bagi si bayi. Menurut penelitian, bayi jadi tumbuh optimal dan lebih sehat, tidak kegemukan atau terlalu kurus. "Bayi akan sehat karena dalam ASI ada antibodi yang tak terdapat dalam susu hewan," jelas Utami. Itulah mengapa para ahli menganjurkan bayi harus diberikan ASI eksklusif (hanya ASI saja tanpa cairan lain) selama 6 bulan.
Yang tak kalah penting, pemberian ASI eksklusif juga berpengaruh pada tingkat kecerdasan bayi. Penelitian yang dilakukan pada 1993 mengungkapkan, di usia 7 tahun, anak memiliki IQ dengan poin 8,3 lebih tinggi. "Sebab, ASI ialah susu manusia dan buat otak manusia. Jadi, ada zat-zat khusus untuk pembentukan sel otak, yang tak bisa didapat pada susu sapi."
ASI eksklusif juga meningkatkan ikatan kasih sayang antara ibu dan bayinya. Jika di dalam kandungan bayi merasa aman dan terlindungi di dalam rahim, kini ketenteraman itu diperolehnya lewat kontak kulit ke kulit dengan ibunya dan ia tetap bisa mendengar detak jantung ibunya kala ia tengah menyusu. Karena merasa aman, dilindungi, dan dicintai, anak akan tumbuh sehat, cerdas, dan mandiri.
Lewat pemberian ASI pula, ibu jadi tahu, bayinya tak tahan pada jenis makanan tertentu. Misalnya si ibu makan santan lalu bayinya mencret, ia jadi tahu dan berhenti mengkonsumsi santan. Ini terjadi karena bayi tak bisa mencerna ASI tersebut akibat ada bahan sensitif. Kalau ibunya tak makan santan lagi, ya, si bayi tak akan mencret kembali."
Yang jelas, ibu menyusui tak perlu diet apa pun, sepanjang mengkonsumsi makanan bergizi seimbang. Berbagai bahan makanan berserabut semisal sayur, buah, dan kacang-kacangan amat dianjurkan. Sebab, selain baik untuk pencernaan, banyak mengandung cairan. Ibu menyusui perlu banyak cairan. Umumnya, 2 liter cairan per hari."
MITOS
Sayangnya, banyak ibu tak menyusui bayinya dengan berbagai alasan. ASInya kering, kurang, payudaranya kecil, atau karena takut. "Padahal, semua itu cuma mitos!" Utami menjelaskan, ada anggapan bahwa bayi baru lahir harus diberi minum. Jadilah kalau ASI belum keluar, ia diberi cairan lain atau dot. "Kalau dikasih cairan lain, bagaimana dia bisa belajar menyusu? Mengisap ASInya jadi sedikit," terang Utami.
Sedangkan jika diberi dot, maka ia akan "bingung dot". Maksudnya, ia bisa mengisap di bagian depan atau sampai kepala dot. "Waktu harus menyusu ASI, daya isapnya, kan, beda. Ini membahayakan daya isap bayi. Di sisi lain, kalau daya isapnya berkurang, produksi ASInya pun akan kurang."
Penting diketahui, produksi ASI tergantung kebutuhan bayi. Jika bayi kurang minum bukan berarti ibunya tak bisa memproduksi sebanyak yang diminta bayi. Kemungkinan besar karena bayinya yang tak bisa mengambil susu dengan baik, misalnya karena posisi menyusui yang salah. Tapi jika ASI diperah atau diminumkan dengan benar, maka ASI tak ada habis-habisnya karena dalam payudara ibu ada "pabrik" ASI (di daerah payudara yang berwarna putih), tempat produksi ASI, yang lalu dialirkan ke "gudang" ASI (di daerah payudara yang berwarna coklat).
Banyak-sedikitnya produksi ASI dirangsang oleh pengosongan "gudang"nya. Jika "gudang" susu kosong, otomatis "pabrik" akan membuatnya. Setelah produksinya banyak, lalu kita perah. Karena letak "gudang" itu pula, maka puting susu harus masuk ke dalam mulut bayi secara benar. Gusi-gusi bayi menekan daerah coklat di sekelilingnya, bukan cuma putingnya.
DUKUNGAN SUAMI
Besar-kecil payudara, kata Utami, tak menentukan banyak-sedikit ASI. Bisa jadi, besarnya itu karena lemak. "Tak perlu takut ASI tak keluar. Sebetulnya tak ada ibu yang tak keluar ASInya. Dari 100 ibu yang mengatakan seperti itu, 98 orang tak bermasalah. Hanya 2 yang bermasalah."
Merujuk data penelitian lembaga konsumen, ibu-ibu tak mau memberikan ASI lebih karena takut ditinggalkan suami jika payudaranya berubah. Padahal, terang Utami, "Yang mengakibatkan payudara berubah bukanlah menyusui, tapi kehamilan. Jadi, jika payudara tak mau berubah, ya, jangan punya anak, jangan hamil."
Itulah mengapa Utami menegaskan, "Dalam menyusui, suami harus ikut serta." Maksudnya, jika ibu tak didukung, maka hampir tak mungkin ibu memberikan ASInya selama 6 bulan. "Nah, pemberian ASI eksklusif ini, 50 persennya ditentukan pula oleh suami." Utami mengingatkan, proses menyusui atau memberi makan bayi bukanlah urusan ibu semata. "Suami pun harus membantu sehingga ibu tak gelisah dan pikirannya tenang. Jika gelisah, ASI bisa tak keluar."
Apalagi, memberi ASI akan menyehatkan ibu. "Hubungan suami- istri lebih cepat kembali, karena uterus atau rahim cepat mengecil. Biasanya, buat pria, hal ini sangat penting," tutur Utami. Tak perlu khawatir pula, menyusui bisa membuat badan gemuk. Penelitian menunjukkan, ibu yang memberi ASI eksklusif akan kembali ke berat badan normal lebih cepat. "Untuk jangka panjangnya, kemungkinan kena sejumlah jenis kanker juga jadi mengecil."
ASI PERAH
Alasan bekerja sehingga tak bisa menyusui, juga bukan berarti tak bisa disiasati. Ibu dapat menyediakan ASI secukupnya dengan cara memompa payudara. "Dalam botol dengan penutup, bisa tahan 6-8 jam dan bila disimpan di lemari es bisa tahan 24-48 jam. Bahkan di dalam freezer bisa bertahan hingga 3 bulan meski ada kerugiannya, yakni zat antibodinya berkurang," terang Utami.
Sebaiknya, masukkan ASI yang sudah diperah ke dalam botol berpenutup (sebelumnya botol harus direbus agar steril), lalu simpan di lemari es. Taruh label di botol untuk menandakan kapan ASI tersebut dipompa. Jika ingin diberikan pada bayi, hangatkan pada suhu tubuh 37 derajat Celcius. "Jangan dimasak dengan temperatur tinggi karena bisa menghilangkan vitamin, antibodi, dan bahan makanannya. Sebaiknya, lakukan dengan kucuran air ledeng yang hangat. Terakhir, suapkan ke mulut bayi dengan sendok.
Memang, aku Utami, ada kerugian memberi ASI dengan cara ini. "Ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi berkurang karena tak terjadi kontak langsung."
Dedeh Kurniasih/nakitaMerawat Payudara
Jika menyusui, puting susu akan sensitif. Namun begitu, luka atau radang di daerah tersebut bisa dihindari jika kita menyusui dengan benar. Posisi mulut bayi dengan puting susu harus tepat. Jika terjadi luka atau radang, pasti karena posisi menyusui yang salah. Itu terjadi karena gusi-gusi bayi tak menekan atau menggigit bagian yang seharusnya.
Gejalanya bisa dikenali. Lihat apakah ada tanda kemerahan dan bila ditekan pelan terasa sakit. Jika demikian halnya, langsung letakkan kompresan air es di payudara. Masukkan es batu dalam plastik dan bungkus dengan waslap, taruh di dalam beha. Ganti kompresan secara teratur dan gunakan sekurangnya 24 jam atau bahkan 48 jam.
Tetaplah menyusui bayi secara teratur kendati payudara sakit. Selesai menyusui, keringkan dengan baik. Lalu usapkan tetesan ASI untuk bahan perlindungan. Jika ada obat dari dokter bisa tetap digunakan asal dibersihkan kembali kala akan menyusui. Bila terjadi luka atau radang, dampaknya ASI yang diisap akan berkurang. Dengan demikian berat badan bayi akan turun.
Teknik Menyusui
1. Posisi perut bayi menempel pada tubuh ibu dengan kepala menghadap wajah ibu.
2. Letakkan kepala bayi pada siku lengan ibu. Posisi kepala, lengan, dan kaki bayi berada pada satu garis lurus.
3. Jika posisi menyusui pada satu sisi, maka satu lengan memeluk punggung ibu (tapi jangan tergencet). Satu tangan lagi ke arah payudara ibu. Jika menyusui pada payudara kiri, misalnya, maka kepala bayi diletakkan di siku lengan kiri ibu. Lengan kanan bayi memeluk belakang punggung ibu. Lengan kiri bayi ke arah bebas ke payudara. Pundak bayi dan kaki dalam posisi segaris.
4. Bayi bisa disusui dengan posisi berbeda. Misalnya, berbaring. Letakkan bayi di samping ibu. Taruh kepalanya di atas bantal. Bisa juga sambil duduk, diletakkan di pangkuan ibu.
5. Jika ibu punya dua bayi dalam masa menyusui, bisa dilakukan dua cara. Tergantung individu masing-masing. Ada yang sekaligus. Ini bisa menghemat waktu. Tapi ada juga dengan cara bergantian, satu per satu. Nah, dalam hal dua bayi ini, ibu harus mempelajari kebiasaan si bayi minum. Ibu harus tahu dengan sendirinya waktu-waktu untuk si bayi minum dan cara mana yang ibu rasa nyaman untuk menyusui.
6. Ada mitos bahwa sebelum menyusui hendaknya susu pertama yang keluar dibuang dulu. Itu tak benar. Bukannya harus dibuang tapi diolesi pada puting susu, agar aromanya menarik untuk diminum bayi.
7. Setelah menyusui, keringkan puting dengan baik. Usapkan untuk perlindungan dengan tetesan ASI.
8. Lamanya pemberian ASI tergantung keinginan bayi. Ada yang sekali menyusu perlu 5 menit dan sebagainya. Ibu akan tahu dengan sendirinya.