Anak tak perlu mainan yang mahal atau canggih. Yang penting, ia senang memainkannya dan mainan itu melatih berbagai aspek penting yang diperlukan untuk perkembangannya.
Masuk toko mainan pada masa sekarang ini, memang sering bikin kepala pusing. Habis, begitu banyak macamnya. "Saya juga pusing, nih, nyari mainan untuk anak saya yang berumur 2 tahun," keluh seorang ibu.
Pandai-pandai memilih mainan untuk para batita, sangat dianjurkan oleh psikolog anak Dra. Mayke S. Tedjasaputra. "Untuk anak batita, biasanya, kan, orang tua yang memilihkan meski kadang anak minta karena melihat teman atau tetangganya punya." Yang jelas, lanjut Mayke, kita harus tahu persis, apakah mainan yang kita pilih (atau dipilih anak) memiliki manfaat. "Jangan karena takut anaknya ngambek, menangis, lalu dibelikan. Anak juga harus belajar, tak semua keinginannya bisa dipenuhi."
TIGA ASPEK
Mainan yang baik, kata Mayke, harus memenuhi 3 aspek. Yaitu yang dapat membantu perkembangan fisik-motorik, kognitif (kecerdasan), dan proses emosi-sosial anak. "Komputer atau game memang bisa merangsang aspek kognitif anak karena ia dituntut dapat mengatur strategi untuk menyelesaikan permainan dengan baik, sehingga pemecahan masalahnya dapat merangsang kognitifnya."
Namun, tambahnya, fisik motorik dan emosional-sosial anak tidak terlatih. "Sedangkan anak batita harus dilatih juga perkembangan fisik motoriknya serta emosional-sosialnya sehingga ia tak canggung lagi jika nanti harus bersosialisasi dengan anak lain. Dengan tidak terampilnya ia dalam kegiatan fisik, ia akan jadi tersisih, serba tidak bisa, dan akhirnya berpengaruh pada rasa percaya dirinya."
Komputer atau permainan berteknologi canggih, menurut Mayke boleh-boleh saja diperkenalkan pada anak batita. "Tapi jangan terlalu lama dan terlalu sering. Maksimum 1 jam saja. Kecuali kalau memang ia sedang dalam keadaan sakit, tak boleh keluar rumah. Nah, mainan macam ini bisa jadi alternatif pengisi waktunya."
Mayke juga tak setuju jika orang tua membelikan mainan yang memakai baterai sebagai sumber tenaganya. Mobil-mobilan dengan remote control, misalnya. "Kalau cuma sekadar selingan, tak apa. Soalnya, mainan macam itu cenderung membuat anak pasif dan juga cepat membosankan."
Ia juga mengingatkan, jangan membelikan mainan berdasarkan gender. "Anak lelaki pun tak ada salahnya main boneka dan anak perempuan main mobil-mobilan atau pistol-pistolan. Laki dan perempuan harus bisa semua. Biarkan anak bebas bermain, sehingga ia akan mendapat pengetahuan sebanyak mungkin."
Tentu saja, tambahnya, "Ibu atau ayah perlu curiga jika bocah lelakinya hanya mau main boneka. Segera alihkan ke mainan lain."
TAK CEPAT BOSAN
Segi keamanan, juga perlu dicermati orang tua. Aman dalam arti tidak ada bagian yang mudah tertelan, tidak tajam, tidak menjepit, tidak menimbulkan api, dan tidak beracun. "Anak usia batita, kan, masih suka mengemut mainan," terang pengasuh Rubrik Tanya Jawab Psikologi di nakita ini.