Sejak dini si kecil harus diperkenalkan pada aturan. Ini penting untuk penyesuaian dirinya kelak sebagai anggota masyarakat. Tapi, bagaimana caranya agar si kecil mematuhi disiplin?
"Saya cenderung sangat lentur dalam soal disiplin. Beda dengan suami saya.Dia banyak sekali menerapkan aturan pada anak kami. Padahal, anak kami masih kecil, baru 2 tahun. Kasihan, kan, jika dia terlalu banyak dilarang," ungkap Nadia, ibu seorang putri.
Para orang tua, terutama ibu, umumnya sulit bersikap tegas menghadapi si kecil. Apalagi jika si kecil sudah menunjukkan mimik wajah memelas, aduh, rasanya kasihan sekali. Jadi, deh, permintaan si kecil yang tadinya ditolak, akhirnya dikabulkan juga. Habis, enggak tega, sih.
Padahal, dengan ibu atau ayah bersikap demikian, sama juga mengajari anak untuk tak mematuhi aturan atau berdisiplin. Nah, jika kejadian ini sering terulang, si kecil tak akan tahu, mana yang sebenarnya boleh dan mana yang sebenarnya dilarang.
Apalagi jika si kecil diizinkan melakukan apapun yang ia ingin lakukan kala ia menginginkannya, ini lebih parah lagi. Kelak, ia akan mengalami kesulitan setelah memasuki lingkungan di luar rumah. Misalnya, sekolah. "Di sekolah, kan, ada aturan-aturan. Misalnya, mau masuk ke kelas harus berbaris dulu. Atau, di kelas ada saat di mana anak harus duduk tenang. Jika anak tak biasa disiplin, peraturan itu enggak mungkin bisa dia lakukan," terang psikolog Rahmitha P. Soendjojo.
Harus diingat, lanjut psikolog yang biasa dipanggil Mitha ini, mendisiplinkan anak bukan semata-mata agar anak berdisiplin dalam waktu seperti waktu makan, waktu tidur, dan lainnya. Tapi juga berdampak pada hal-hal lain dalam kehidupan, seperti menghargai orang lain. "Jika anak bisa duduk tenang di kelas, kan dia enggak mengganggu teman-temannya. Jika dia teratur, itu berarti dia belajar untuk bisa juga menghargai kepentingan orang lain. Dia tahu bagaimana adjustment, menyesuaikan diri di lingkungan itu," tuturnya.
Para ahli mengatakan, anak-anak yang dibesarkan dalam situasi di mana setiap orang diperbolehkan melakukan segala sesuatu yang mereka inginkan kala mereka menginginkannya, umumnya tak akan disukai oleh orang-orang di luar rumahnya. Sebaliknya, anak-anak yang pada saat ini belajar untuk hidup berdasarkan peraturan, cenderung tumbuh menjadi anak yang lebih bahagia dan berkelakuan lebih baik.
Lantaran itu, mendisiplinkan anak harus dilakukan sejak sedini mungkin. Nah, usia batita merupakan usia yang tepat untuk mulai memperkenalkan anak pada disiplin. Sebab, terang Mitha, "Anak umur ini, kan, belum tahu mana yang benar dan salah, mana yang boleh dan tidak. Mereka juga belum dapat mengontrol dirinya. Jadi, orang tua harus memperkenalkannya dengan aturan."
PAKAI TAKTIK
Tapi tentunya tak gampang mendisiplinkan anak batita. Sebab, di usia ini, si kecil mulai mengembangkan kemandiriannya. Ia mulai mengenal, "Saya maunya ini," atau "Ini punyaku." Sehingga, ia berkecenderungan untuk menolak atau menunjukkan sikap bertolak belakang terhadap apa yang orang tua inginkan darinya.
Selain itu, anak usia ini sedang dalam tahap eksplorasi. Ia belajar tentang dunianya melalui eksperimen, pengamatan sebab-akibat, dan mencobai lingkungannya termasuk orang dewasa yang ada di lingkungan itu.
Tak heran jika anak usia ini kerap dikatakan "susah diatur". Tapi tak berarti si kecil tak bisa diatur atau dilatih berdisiplin. Hanya saja, seperti dikatakan Mitha, orang tua perlu taktik tertentu untuk mendisiplinkannya.